Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indahnya Mudik Lebaran, Mengisi Jiwa Anak dan Orang Tua

14 April 2024   13:52 Diperbarui: 28 Juni 2024   18:25 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi-Anak Belajar menjala ikan di sekitar sawah 

Momen mudik Idul Fitri adalah momen yang banyak dinanti oleh banyak orang.

 Apalagi setelah indonesia dinyatakan bebas pandemi Covid-19 pada tahun 2024. Lebih dari 193,6 juta jiwa melakukan mudik untuk merayakan Idul Fitri 1445H (Sumber: Google).

Mudik bagi anak-anak terasa lebih sederhana dan indah. Dalam benak sebagian anak, mudik adalah melihat hamparan sawah hijau. 

Menyusuri kampung halaman 'Si Mbah'. Yang terkadang naik turun jalannya, karena mengelilingi pegunungan dan lembah.

Lalu berpetualang seperti kisah si Bolang di TV. Meniti jembatan dan bermain air di Sungai yang bersih tanpa sampah. Jernihnya seolah kita bisa berkaca pada air yang mengalir. Gemericik airnya syahdu terdengar mendamaikan hati.

Hamparan kabut dan embun di pagi hari, ciri khas pedesaan. Menggoda untuk anak-anak berlarian di tepi sawah. Yang dikelilingi aneka pepohonan hijau dengan udara segar yang menyejukkan mata dan jiwa. 

Tentu tempat tujuan mudik bisa jadi berbagai rupanya. Perkotaan ataupun melewati area pantai. Namun rasa yang ditimbulkan hampir serupa. 

Nuansa mudik membentuk kenangan indah, seolah mengisi baterai Jiwa. Refreshing di tengah kehidupan kota besar yang padat, penuh dengan permasalahan kehidupan.

Sebagian anak lain memaknai mudik lebaran, dengan amplop THR (Tunjangan hari raya, layaknya orang dewasa) khas lebaran. Dari Kakek-Nenek, ataupun sanak saudara di kampung. Rasanya begitu simpel dan asyik bayangan mudik bagi anak-anak.

Tak terhitung lelah akan jarak jauh yang harus ditempuh di jalanan. Baik menggunakan transportasi mobil, kereta, pesawat bahkan ada yang menggunakan motor. 

Banyak orang rela duduk dengan waktu cukup lama, yang seringkali disertai macet panjang.

Perjalanan seperti ini menjadi suatu cerita tersendiri. Yang kadang dirindukan. Terutama di momen Idul Fitri, yang dirayakan setahun sekali. 

Seolah lelah di perjalanan terbayarkan, dengan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga sambil bermaaf-maafan. 

Namun perlu diingat, mudik bukanlah hal yang wajib dilakukan. Sehingga rutinitasnya tidak perlu dipaksakan.       

Jika ditelisik, kata Mudik ini dalam bahasa Jawa Ngoko, singkatan dari ”Mulih Dilik’’ yang artinya pulang sebentar, pulang dahulu setelah merantau (Google). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik mempunyai arti pulang ke kampung halaman.

Pulang itu sendiri bermakna kembali ke rumah atau ke tempat asalnya. Artinya jika seseorang mudik berarti bahwa orang tersebut pulang ke kampung halaman/ke rumah/ke tempat asal nya (Google-KBBI).

Mudik memiliki arti tersendiri bagi masing-masing orang. Alasan utama mudik biasanya karena ingin menengok orang tua di kampung halaman. Atau membawa orang tua dan keluarga mengunjungi sanak saudara di kampung. Sehingga momen mudik yang di rayakan satu tahun sekali, terkadang menjadi sesuatu yang banyak dinantikan.

Orang tua memiliki arti khusus dalam mudik lebaran. Karena akan berbeda rasanya jika mudik tanpa alasan karena orang tua. Berbeda pula artinya, seolah hanya bermakna sekedar liburan dan berwisata saja.

Berziarah ke makam orang tua yang telah tiada, ataupun leluhur pun dapat dijadikan pengingat diri kala mudik. Bahwa amal dan doa anak Shalih menjadi penerang kubur bagi orang tuanya.

Harapannya dengan mudik ini, silaturahmi menjadi terjalin lebih erat antar saudara. Karena saling mengenal saat mudik, dapat menautkan hati. Anak pun akan memahami silsilah keluarga. Siapa saudara dari kedua orang tuanya. Sehingga persaudaraan tidak terputus hanya di orang tua saja.

Dokumen Pribadi- Ds. Tirtomoyo, Wonogiri Jawa Tengah
Dokumen Pribadi- Ds. Tirtomoyo, Wonogiri Jawa Tengah
Hikmah mudik salah satunya, terjalinnya silaturahmi di masa depan. Silaturahmi membuat anak saling mengenal dengan saudaranya. 

Layaknya kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Lewat mudik, anak menjadi individu yang saling mengenal dan menyayangi keluarga. 

Jika mendengar ada saudara yang kekurangan, dapat dengan sigap membantu jika memiliki kelebihan finansial.

Momen mudik ini memungkinkan pula adanya pertukaran informasi mengenai pendidikan, lapangan pekerjaan juga dapat dibagikan kepada sanak keluarga di kampung halaman. 

Sebuah hikmah lain silaturahim, yaitu memperbanyak rejeki, baik bagi yang mengunjungi dan dikunjungi.

Tak jarang, dengan momen mudik ini, perekenomian lingkungan yang kedatangan pemudik, akan mengalami perkembangan baik secara ekonomi dan sosial. Sebuah keberkahan dari mudik Idul Fitri.

Yang perlu diingat adalah momen sekali dalam setahun ini, harus disikapi dengan bijak. Tidak perlu pula habis-habisan dan berlebihan dalam mengeluarkan uang. Hingga akhirnya berhutang, tak jarang ada yang terjerat pinjol (pinjaman online), karena ingin dianggap sukses dan berkecukupan. 

Karena seringnya saat mudik, kita harus merogoh kantong lebih dalam untuk pengeluaran pada momen ini. Sehingga perlu perencanaan keuangan dengan matang dan cermat. 

Bahkan menabung dari jauh hari bisa menjadi pilihan. Agar sepulang dari bermudik, keuangan masih tetap aman, keluarga tetap harmonis.

Mari luruskan niat mudik dan berilah pemahaman yang cukup pada anak dan keluarga. Tentang esensi dan keistimewaan mudik yang lebih sederhana.

Isilah kesempatan mudik lebih bermakna dan berkesan. Dengan menceritakan banyak hal kepada anak. Pengalaman berharga yang mungkin akan membekas di hati dan mengisi jiwanya dengan fitrah kebaikan.

Serta pemahaman budaya lingkungan, dan interaksi sosial di kampung halaman. Yang mungkin sebelumnya anak lebih banyak bermain gadget atau media digital ketika di rumah.

Dokumen Pribadi-Anak Belajar menjala ikan di sekitar sawah 
Dokumen Pribadi-Anak Belajar menjala ikan di sekitar sawah 

Ajak pula anak memahami keadaan, contohnya bagaimana memperlakukan orang lain dengan baik. Diantaranya, pemilik rumah yang akan dikunjungi. Salah satunya menghargai ataupun tidak mencerca makanan yang disediakan. Yang mungkin memiliki rasa dan bentuk berbeda dengan selera anak sebelumnya.

Melalui mudik, dapat pula diselipkan banyak pelajaran dan rasa syukur. Misalnya perjuangan orang tua hingga sampai ke titik saat ini. 

Ataupun berkisah tentang tempat-tempat yang dilewati dan memiliki arti sejarah. Tentu hal ini menjadi momen nostalgia bagi orang tua, sekaligus menjalin bonding (ikatan) dengan anak. 

Harapan lainnya, dari mudik ini, anak juga dapat belajar. Bagaimana menyayangi, berbakti dan mendahulukan kepentingan orang tua. 

Semoga dari sanalah rejeki yang kita miliki dapat mendatangkan keberkahan dalam hidup. 

_Catatan Mudik 2024_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun