Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bukber dan Reuni Ajang Pamer atau Silaturahmi?

7 April 2024   09:42 Diperbarui: 14 April 2024   04:18 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi- Bukber Alumni SMA 88 Jakarta

Ramai sekali saat bulan puasa datang, banyak orang mengadakan bukber. Di grup wa dan medsos bertebaran ajakan bertemu untuk bukber (buka bersama). Dari mulai teman sekolah baik SD, teman SMP, SMA dan kuliah. Belum lagi teman arisan, teman rumah, perkumpulan ibu-ibu di sekolah anak dan ajakan bukber lainnya.

Bahkan gencatan undangan bukber di grup juga sudah mulai berseliweran dari sebelum Ramadhan tiba. Tujuannya agar para peserta bukber lebih leluasa mensetting waktu untuk bertemu kangen dengan teman lama. Sehingga harapannya banyak yang akan mengikuti acara bukber yang sudah dijadwalkan.

Antusiasme bukber ini biasanya paling sering di lakukan di awal ramadhan hingga pertengahan ramadhan. Sedangkan Akhir Ramadhan bagi sebagian orang tentu akan lebih berkonsentrasi mudik/pulang kampung, menghabiskan waktu bersama keluarga.

Ramadhan sepertinya memang menjadi oase tersendiri, dengan daya tariknya yaitu berbuka puasa. Karena umat muslim begitu menantikan saat-saat berbuka puasa, setelah seharian berpuasa. Sehingga hal 'Berbuka puasa' ini menjadi magnet tersendiri bagi banyak orang.

Indahnya momen berbuka ini, dimanfaatkan banyak orang menjadi momen berkumpul. Seolah merayakan waktu bahagia bersama melepas penat bersama keluarga, teman ataupun sanak saudara. Setelah berjuang dalam puasa selama kurang lebih 13jam, menahan lapar dan dahaga.

Yang unik, beberapa waktu belakangan ini viral video di media sosial, acara buka bersama yang diikuti wanita-wanita kelas atas, yang seolah toko emas berjalan. Tubuh mereka dihiasi pakaian cantik yang ditambah kilauan emas yang dipakai. Sambil menikmati hidangan, mereka berpose menggunakan HP mahal. 

Terlihat di leher, pergelangan tangan dan jari masing-masing peserta bukber, menggunakan emas berderet melingkari tubuh mereka. Ada cincin dengan ukiran bunga berukuran besar menghiasi jari, leher yang dihiasi untaian emas memanjang dengan liontin besar. Gelang yang dihiasi emas berkilauan. Seolah masing-masing dari mereka sedang beradu kekayaan dan memperlihatkan kesuksesan hidup.

Dari sisi kalangan atas, mungkin gaya hidup hedonisme seperti ini sudah wajar terjadi. Yaitu gaya hidup yang mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas (Google-Collin Gem).  Seperti salah satunya arisan dolar ataupun arisan berlian yang juga pernah kita lihat di media sosial.

Pada kondisi tertentu, beberapa orang mengekspresikan dirinya cenderung berlebihan di media sosial. Dan hal ini membutuhkan apresiasi dari lingkungan sosial atas pencapaiannya dalam kehidupan. Seolah ingin menujukkan citra diri yang baik atau mungkin saja sebagai kompensasi pembuktian, atas kerasnya perjuangan hidupnya hingga ke titik tertentu tersebut. 

Sehingga seseorang memerlukan apresiasi, penghargaan atas tindakan yang diambil. Dan tak jarang bertemu teman lama diantaranya bukber, reuni, ataupun halal bihalal, membuat seseorang kehilangan esensi tujuan dari kegiatan itu sendiri.
Acara bukber, reuni atau halal bihalal yang biasanya adalah tempat bertemu kangen antar teman. kadang menjadi ajang pamer kekayaan, pencapaian dalam hidup, profesi, status, anak dan bahkan kekuasaan. 

Belum lagi banyaknya pertanyaan yang salah yang biasa dijumpai di acara bukber, reuni ataupun halal bihalal. Banyak pertanyaan yang cendrung bersifat pribadi, dan kadang menyakiti. Meski awalnya hanya sebagai pembuka obrolan. Misalnya sudah nikah atau belum, sudah punya anak atau belum, mau nambah anak kapan dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun