JAKARTA - Persoalan ekonomi merupakan suatu masalah yang sensitif bagi masyarakat saat pandemi ini, kurangnya perhatian dari pemerintah ataupun masyarakat terhadap kaum dhuafa mengakibatkan mereka terpinggirkan dari ekonomi hingga menjalar pada masalah pendidikan. Al-Qur'an menegaskan kata Dhuafa (lemah) dan Mustad'afin (kaum lemah) dalam konteks kemiskinan, kedua istilah tersebut mengacu pada penyebab timbulnya kemiskinan dalam kehidupan sosial.Â
Kaum Dhuafa terdiri dari orang-orang terlantar, fakir miskin, anak-anak yatim, janda dan orang cacat. Oleh karena itu yang dimaksud dengan menyatuni kaum dhuafa adalah memberikan harta atau barang yang bermanfaaat untuk kaum dhuafa. Adapun ayat tentang perintah untuk menyantuni kaum dhuafa dalam Al-Qur'an sebagai berikut:
(Qs. Al-Hadid : 7)
Artinya : Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.
Berdasarkan pada teologi firman allah diatas, maka kami diberikan amanat dari dosen pengampu mata kuliah Kemuhammadiyahan yang kami ambil pada semester ini untuk turut serta membantu memberdayakan kaum dhuafa sebagai bentuk kewajiban kita sebagai manusia serta saudara seiman. Berikut penjelasan mengenai keadaan ekonomi Nenek hayati.
Nenek Hayati merupakan seorang nenek berusia 68 tahun yang berstatus janda karena sang suami (alm. Bapak Doman) sudah meninggal sekitar 20 tahun yang lalu sehingga tidak ada yang bisa menafkahinya.Â
Beliau tidak bekerja karena masalah kesehatannya yang mengakibatkan beliau tidak sanggup untuk bekerja, seperti sering cape jika berjalan terlalu jauh, gampang pusing dan pegal-pegal jika terlalu banyak beraktivitas. kemudian untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti membayar kontrakan sebagai tempat tinggal dan untuk makan sehari-hari beliau mengandalkan penghasilan cucunya yang bekerja sebagai waiters di salah satu restoran jepang.Â
Walaupun Nenek Hayati mempunyai anak tetapi mereka semua sudah menikah dan tinggal dengan keluarganya masing-masing sehingga anak Nenek Hayati jarang sekali memberikannya uang. Tentu uang yang diberikan oleh cucunya tersebut hanya cukup untuk membayar sewa kontrakan saja dan untuk makan sehari-hari Nenek Hayati sering kali mencari pinjaman ketetangga sekitar untuk membeli beras dan lauk pauk seadanya. dan apabila beliau tidak mendapatkan pinjaman dari tetangga sekitar ia akan membantu mengupas bawang di warteg dekat rumahnya dengan bayaran sepiring nasi untuk ia makan.
Melihat kondisi perekonomian Nenek Hayati membuat hati kelompok kami terketuk untuk membantu meringankan beban Nenek Hayati. Sehingga pada tanggal 29 oktober 2021, kelompok kami mendatangi rumah nenek hayati untuk mewawancarai beliau dan menyampaikan maksud dan tujuan kami untuk melakukan penggalangan dana atas nama Nenek Hayati.Â
Setelah itu kelompok kami melakukan penggalangan dana dengan menyebarkan poster "Open Donasi Bantu Nenek hayati" di berbagai sosial media seperti pada instagram dan whatsapp. Kami juga menghampiri para donatur satu persatu dengan harapan masih ada orang baik yang ingin menyisihkan sebagian hartanya untuk membantu perekonomian Nenek Hayati. Kegiatan menggalang dana ini berlangsung selama 2 bulan terhitung dari bulan November sampai dengan Desember 2021, dengan total dana yang dapat kelompok kami kumpulkan yaitu sebesar Rp 1.500.000