Kondisi Keluarga
Perjuangan keluarga Ibu Sukartini di Desa Parit Keladi, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Dengan enam orang anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan, Ibu Sukartini dan suaminya berjuang keras untuk memastikan kehidupan keluarganya tetap berjalan meski dalam keterbatasan.Â
Saat ini, Ibu Sukartini berusia 49 tahun, sedangkan suaminya 53 tahun. Suami dari Ibu Sukartini telah bekerja di bagian kabel Telkom sejak 2017, meskipun pekerjaannya tidak konsisten dan kadang-kadang mengalami masa pengangguran selama beberapa minggu.Â
Sebelum itu, suaminya berkerja serabutan. Saat bekerja, suaminya dapat menghasilkan Rp.150.000 per hari namun suaminya lebih sering menganggur daripada bekerja. Untuk penghasilan perbulan keluarga ibu Sukartini yaitu sebesar  Rp. 2.000.000-Rp.3.000.000.
Ibu Sukartini sendiri bekerja sebagai petani sayur, fokus pada kangkung dan kacang panjang. Dari hasil panennya, kangkung dapat mencapai 30 kg per kali panen dengan harga Rp 5.000 per kilogram, sedangkan kacang panjang berkisar 20-30 kg dengan harga Rp 7.000 per kilogram.Â
Meskipun satu tahun sebelumnya ia menanam padi, tetapi kondisi kesehatannya yang terkena sakit usus buntu, kista, dan masalah pada rahim membuatnya beralih ke tanaman sayur yang lebih ringan. Â
Biaya operasi Ibu Sukartini ditanggung oleh BPJS pemerintah, namun ia harus membeli benang jahit dengan biaya sendiri sesuai saran dokter. Meskipun pengobatan gratis, masa sulit selama tiga bulan tersebut memberikan dampak besar pada keuangan keluarganya, terutama pada biaya sehari-hari. karena ketika itu ia dan suami tadak bekerja.Â
Untungnya, ibu Sukartini mendapatkan bantuan dari alumni temannya yang mengumpulkan dana saat ia sakit. Ia juga pernah meminjam uang dari kas pengajian yang diikutinya. Saat ini, Ibu Sukartini masih menanggung tiga anaknya yang masih sekolah, sedangkan tiga anaknya lainnya sudah bekerja.
Biaya sekolah anak-anak Ibu Sukartini gratis sedangkan keperluan sehari-harinya mencapai Rp 50.000 per hari, namun kebutuhan sekolah seperti sepatu, baju, dan tas didukung oleh bantuan KIP (Kartu Indonesia Pintar) dengan jumlah masing-masing Rp 1.000.000 untuk anak SMA, Rp 700.000 untuk anak SMP, dan Rp 450.000 untuk anak SD.Â
Selain itu, Ibu Sukartini juga mendapatkan bantuan PKH (Program Keluarga Harapan) sebesar Rp 700.000 setiap dua bulan sejak tahun 2012 dan bantuan beras berupa uang Rp 200.000 per bulan sejak tahun 2015. Penerimaan bantuan ini memiliki pengawasan terkait dengan aspek kesejahteraan anak-anak, seperti tingkat kehadiran dan kondisi kebutuhan sehari-hari.Â
Di dalam rumah ibu Sukartini, tinggal bersama suaminya dan kelima anaknya. Anak kedua Ibu Sukartini, yang merupakan seorang janda, membawa serta satu anaknya. Sementara itu, anak- anak ketiga, keempat, kelima, dan keenam juga turut tinggal di sana.Â
Hanya putra sulung Ibu Sukartini saja yang tidak tinggal bersamanya dan tinggal di Rasau. Ibu Sukartini biasanya mencuci pakaian dan piring menggunakan air parit di halaman dapur terbuka, sementara untuk kebutuhan air minum, mereka mengandalkan air hujan.Â
Daya listrik yang digunakan sebesar 900 kWh, dan untuk memasak, ibu Sukartini menggunakan gas. Fasilitas di rumah termasuk satu kulkas, sebuah TV dengan ukuran 21 inci, satu kipas angin dan rice cooker. Selain itu, Ibu Sukartini memiliki satu sepeda dan dua motor sebagai kendaraan pribadi.
Kondisi Rumah
Untuk kondisi rumah Ibu sukartini terbilang cukup sederhana dengan Panjang dan lebar 7 meter rumah ini memiliki 4 ruangan yaitu 2 kamar tidur, ruang tamu dan dapur, dan rumah ini berdiri diatas tanah dengan Panjang 200 meter dan lebar 7 meter yang dimana tanah tersebut merupakan tanah warisan,. Namun, keadaan tanah ini menjadi lebih rumit karena separuh dari tanah tersebut menjadi hak abangnya.Â
Abang Ibu Sukartini memutuskan untuk menjual setengah tanah kepada seorang pengusaha wallet. Akibatnya, di belakang rumah Ibu Sukartini kini berdiri sebuaah wallet. Meskipun separuh tanah tersebut menjadi bagian dari kepemilikan pengusaha wallet, sang pemilik wallet telah memberikan izin kepada Ibu Sukartini untuk tetap tinggal di sana dan bersabar menunggu hingga ia memiliki cukup uang untuk memindahkan rumahnya ke tanah disampingnya,
Rumah Ibu Sukartini memiliki dinding yang sebagian besar menggunakan semen, kecuali di bagian dapur yang masih menggunakan papan sehingga masih terdapat bagian yang bolong dan dinding semennya terdapat beberapa bagian yang berlubang.
 Lantai ruang tamu dilapisi dengan ubin berwarna biru, sedangkan kamar depan dan dapur memiliki lantai plaster semen, dan kamar belakang masih menggunakan lantai dari papan.Â
Atap rumah menggunakan seng tanpa adanya dek, sementara fasilitas WC berada di halaman dapur dengan dinding semen yang belum selesai. Di sebelah WC terdapat kamar mandi yang belum selesai pula, dilengkapi dengan pintu kayu sederhana. Untuk halaman rumah ibu Sukartini terbilang sangat luas, dan di sekitar rumah Ibu Sukartini, terdapat parit besar di depan rumah yang dapat digunakan untuk mandi dan mencuci.
Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Februari-April 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H