Mohon tunggu...
Putri Dwi Anggraini
Putri Dwi Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Informatics Student

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Profesionalisme dan Kode Etik di Era TIK dan Generative AI

11 November 2024   17:09 Diperbarui: 11 November 2024   17:13 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendahuluan

Perkembangan pesat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta Kecerdasan Buatan (AI) telah membawa dampak besar di berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, bisnis, hingga interaksi sosial. Inovasi dalam teknologi ini memungkinkan kita mengotomatisasi tugas, menganalisis data dalam skala besar, dan menghasilkan berbagai konten melalui Generative AI. Namun, di balik segala manfaatnya, kemajuan ini juga menimbulkan tantangan besar terkait etika dan profesionalisme. Seiring dengan bertambahnya kompleksitas teknologi, para profesional di bidang TIK dituntut tidak hanya untuk memiliki keahlian teknis tetapi juga menjunjung tinggi standar etika yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan menjaga kepercayaan public (Muhtadi & Putri, 2023). Profesionalisme dan kode etik menjadi sangat penting di era digital ini untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi membawa manfaat dan tidak disalahgunakan.

Pentingnya Profesionalisme dalam TIK

Pentingnya profesionalisme dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak bisa dipandang sebelah mata, terutama di era di mana teknologi memiliki dampak yang luas pada kehidupan manusia. Seorang profesional TIK diharapkan untuk memahami bahwa setiap keputusan teknologi yang mereka ambil memiliki implikasi dan konsekuensi bagi masyarakat luas. Artinya, tanggung jawab mereka tidak hanya sebatas menguasai keterampilan teknis atau menghasilkan produk yang canggih, tetapi juga mempertimbangkan aspek moral dan sosial dari teknologi yang mereka kembangkan (Singh & Negi, 2021). Sikap profesional dalam bidang TIK menuntut seseorang untuk selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari inovasi yang mereka hasilkan terhadap masyarakat, mulai dari privasi data hingga keamanan informasi. Hal inilah yang menjadi pembeda antara seorang profesional TIK dengan sekadar ahli teknis, yaitu sikap yang mempertimbangkan sisi manusia dan dampak sosial teknologi. Dalam lingkungan di mana teknologi semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari, sikap profesional menjadi landasan utama untuk menjaga kepercayaan publik serta kredibilitas industri teknologi.

Kode Etik Bidang TIK (merujuk ke ACM)

Menurut penelitian Jurnal Excelsior Pendidikan oleh Malaisari et al, kode etik dalam bidang TIK, seperti yang diatur oleh Association for Computing Machinery (ACM), adalah panduan penting yang menekankan tanggung jawab profesional dalam berbagai aspek, demi memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan tidak hanya efektif tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas. Kode etik ini menggarisbawahi beberapa prinsip kunci yang sangat relevan di era AI, khususnya dalam menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh teknologi AI generatif yang semakin kompleks (Malaisari et al., 2024).

Salah satu aspek penting dalam kode etik ACM adalah menghormati hak privasi dan kebebasan pengguna. Profesional TIK diharapkan untuk menjaga kerahasiaan data dan menghindari penyalahgunaan informasi pribadi. Dalam konteks ini, kode etik menekankan bahwa setiap profesional harus berkomitmen untuk melindungi data pribadi pengguna dan memastikan bahwa informasi tersebut tidak disalahgunakan (Zhang & Zhang, 2023).

Kode etik ACM juga menekankan pentingnya keadilan dan kejujuran dalam setiap penerapan teknologi. Transparansi dalam penggunaan AI generatif sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat memahami sumber dan proses konten yang mereka konsumsi. Hal ini penting untuk mencegah manipulasi yang merugikan publik dan untuk membangun kepercayaan di antara pengguna (Wang et al., 2019).

Selain itu, kode etik ini menggarisbawahi pentingnya peningkatan keterampilan secara berkelanjutan. Profesional TIK harus terus mengikuti perkembangan teknologi untuk dapat memahami dan mengelola risiko etis yang mungkin muncul. Dalam AI generatif yang berkembang sangat cepat, pemahaman yang lebih dalam sangat diperlukan agar para profesional dapat mencegah atau mengatasi masalah seperti ketimpangan dalam algoritma atau penggunaan konten tanpa izin.

Dengan kode etik yang kuat, para profesional TIK memiliki panduan yang membantu mereka bertindak secara bertanggung jawab dan memastikan bahwa teknologi yang mereka kembangkan berkontribusi secara positif bagi masyarakat. Di tengah era AI generatif yang semakin maju, kode etik ACM menjadi landasan untuk mencegah penyalahgunaan, menjaga kredibilitas teknologi, dan memastikan bahwa inovasi tersebut mengutamakan kepentingan public (Putra, 2022).

Persiapan Mahasiswa Informatika sebagai Profesional TIK

Mahasiswa informatika yang ingin menjadi profesional TIK perlu memahami pentingnya profesionalisme dan etika. Selain keterampilan teknis, mereka harus menyadari bahwa teknologi mempengaruhi nilai sosial dan budaya. Dalam proses belajar, mahasiswa harus melihat teknologi sebagai alat yang membentuk dan dipengaruhi oleh masyarakat, sehingga mereka mempertimbangkan dampak sosial dari inovasi yang mereka ciptakan. Mahasiswa juga harus siap beradaptasi dengan perubahan teknologi yang pesat. Kemampuan beradaptasi dan pembaruan pengetahuan akan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan masa depan.

Terakhir, sikap kritis dan rasa tanggung jawab merupakan kualitas yang harus ditanamkan pada setiap mahasiswa yang akan terjun ke dunia profesional TIK. Dalam menggunakan dan menciptakan teknologi, mahasiswa harus memiliki kepekaan untuk menilai apakah suatu teknologi memberikan manfaat atau justru merugikan masyarakat. Keputusan teknis yang mereka ambil harus didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang kuat, sehingga setiap teknologi yang dikembangkan tidak hanya efisien dan inovatif tetapi juga aman dan bertanggung jawab. Pembentukan sikap ini membutuhkan pendekatan pendidikan yang tidak hanya fokus pada keterampilan teknis, tetapi juga mengintegrasikan pemahaman mengenai etika, sosial, dan moral dalam kurikulum. Hal ini memastikan bahwa mahasiswa Informatika tidak hanya siap secara teknis, tetapi juga memiliki kesadaran penuh terhadap tanggung jawab sosial sebagai seorang profesional di bidang TIK.

Opini Utama

Era generative AI membawa tantangan baru bagi profesionalisme dalam bidang TIK. Dampak dari pengembangan teknologi yang semakin canggih ini terlihat pada munculnya kebutuhan yang mendesak akan profesionalisme dan kode etik yang lebih ketat. Generative AI misalnya, memungkinkan manipulasi data dan penciptaan informasi yang bisa berakibat buruk jika tidak diawasi dengan baik. Karena itu, saya berpendapat bahwa regulasi lebih ketat terhadap penggunaan AI diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan.

Selain itu, perusahaan dan institusi pendidikan juga harus mengambil peran dalam mengembangkan kode etik dan kebijakan internal yang jelas terkait dengan pemanfaatan TIK dan AI. Kebijakan yang tegas ini penting untuk menjaga integritas profesi dan memberikan panduan bagi profesional TIK dalam menghadapi dilema etis. Pemerintah dan lembaga terkait juga diharapkan bisa menyediakan regulasi yang mendukung keamanan data dan privasi pengguna di era digital ini.

Kesimpulan  

Perkembangan teknologi informasi dan AI membawa banyak manfaat, tetapi juga menimbulkan tantangan etika yang kompleks. Profesionalisme dan kode etik menjadi komponen penting untuk menjaga agar perkembangan ini tetap bermanfaat dan tidak merugikan masyarakat. Para profesional TIK, pemerintah, dan lembaga pendidikan harus bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung profesionalisme dan etika dalam dunia teknologi. Dengan demikian, kita bisa memastikan bahwa teknologi yang kita gunakan akan memberikan dampak positif bagi masyarakat luas, tanpa mengorbankan nilai-nilai moral yang kita junjung tinggi.

Referensi

Malaisari, F. I., Sondopen, D., & Suryowati, S. (2024). Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Memperhatikan Terhadap Minat Belajar Anak. Jurnal Excelsior Pendidikan, 5(1), 25--37. https://doi.org/10.51730/jep.v5i1.57

Muhtadi, M. A., & Putri, V. K. (2023). Hukum Perlindungan Konsumen dan Etika Bisnis di Era Teknologi Kecerdasan Buatan: Perlindungan Pengguna dan Tanggung Jawab Perusahaan. Jurnal Hukum Dan HAM Wara Sains, 2(09), 922--930. https://doi.org/10.58812/jhhws.v2i09.674

Putra, D. D. (2022). Aspek Etika Pada Layanan Referensi Dan Informasi Di Perpustakaan: Sebuah Ulasan. Journal of Documentation and Information Science, 6(2), 84--92. https://doi.org/10.33505/jodis.v6i2.220

Singh, K., & Negi, A. S. (2021). Evaluation of technological advancements and their future impact on exercising of human rights in society and politics. Journal of Liberty and International Affairs, 7(3), 81--96. https://doi.org/10.47305/JLIA2137181s

Wang, T., Liu, J., Zhao, J., Yang, X., Shi, S., Yu, H., & Ren, X. (2019). Privacy-preserving crowd-guided AI decision-making in ethical dilemmas. International Conference on Information and Knowledge Management, Proceedings, 1311--1320. https://doi.org/10.1145/3357384.3357954

Zhang, J., & Zhang, Z. ming. (2023). Ethics and governance of trustworthy medical artificial intelligence. BMC Medical Informatics and Decision Making, 23(1), 1--15. https://doi.org/10.1186/s12911-023-02103-9

Biodata Penulis
Putri Dwi Anggraini
Informatika
Universitas Muhammadiyah Malang
Asal Tulungagung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun