Mohon tunggu...
Putri Dewi
Putri Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Aktif di Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Luka Masa Kecil Menguak Dampak Trauma Anak pada Kehidupan Dewasa

3 November 2023   23:51 Diperbarui: 4 November 2023   01:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai penelitian menemukan bahwa perilaku yang muncul di masa dewasa berakar pada trauma yang dialami di masa kanak-kanak. Peristiwa mengancam jiwa yang dialami anak dapat mempengaruhi perilakunya di masa dewasa. Seperti pelecehan seksual, perundungan, atau kekerasan dari orang tua merupakan beberapa trauma masa kecil yang dapat menimbulkan stres pada anak dan mungkin berdampak pada masa depan anak saat dewasa (Kim et al., 2017). Kumpulan trauma yang dialami anak semasa kecil akan menjadi trauma psikologis dan tetap melekat pada anak hingga ia dewasa (Huh dkk, 2017). 

Trauma-trauma tersebut masih ada di alam bawah sadar, sehingga terwujud dalam bentuk perilaku dan emosi negatif, seperti perasaan tidak dicintai orang lain, tidak percaya diri, cemas, atau ingin mendominasi orang lain (Burlakova & Karpova, 2021).

Trauma masa kecil dapat berdampak buruk bagi kehidupan anak di masa remaja dan/atau dewasa. Berikut dampak dari trauma masa kecil.

1. Kesulitan Mengatur Emosi

Kesulitan pengaturan emosi atau hyperarousal adalah kondisi di mana seseorang tidak mampu mengatur emosinya dengan baik akibat trauma masa lalu. Orang dengan hyperarousal cenderung bertindak dahuuu sebelum berpikir.
Tidak hanya itu, mereka sering melalaikan tanggung jawabnya. Bahkan tidak jarang orang dengan hyperarousal, seperti bereaksi berlebihan terhadap sesuatu yang normal dan tidak mengancam namun dianggap sebagai ancaman.

2. Sulit Menjadi Diri Sendiri

Ketika seseorang memiliki luka di masa kecil maka cenderung kesulitan menjadi diri sendiri. Minim rasa percaya diri dan menciptakan diri yang palsu. Tujuannya agar disukai oleh orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut menjadi hambatan dalam aktualisasi diri atau kematangan diri. Sehingga, menyiksa batin ketika terus dibiarkan.

3. Kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain

Dalam kehidupan sehari-hari, trauma dapat memiliki dampak yang signifikan dan beragam pada fungsi sosial atau karakter seseorang. Berkaitan dengan trauma masa kecil, pada umumnya, masalah mental ini bisa berupa kondisi seseorang yang kurang mampu mengendalikan dirinya sendiri (Burlakova & Karpova, 2021). Oleh sebab itu, individu yang pernah memiliki trauma cenderung sulit menjalin relasi dengan orang lain.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang untuk mengatasi trauma masa kecil yang mereka alami, termasuk melakukan aktivitas yang mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang inner child mereka, seperti membuat jurnal, refleksi diri, aktivitas perawatan diri, atau berkonsultasi pada profesional.

Mengatasi trauma masa kecil adalah proses yang kompleks, dan sebaiknya dilakukan dengan bantuan seorang profesional kesehatan mental. Namun, beberapa langkah yang dapat membantu mengatasi trauma masa kecil meliputi:

1. Konsultasi dengan seorang terapis

Konsultasikan pengalaman Anda dengan seorang terapis atau konselor yang berpengalaman dalam bekerja dengan trauma masa kecil. Mereka dapat membantu Anda memahami dan mengatasi trauma tersebut.

2. Mencari dukungan sosial

Bicarakan pengalaman Anda dengan teman dekat, keluarga, atau orang-orang yang Anda percayai. Dukungan sosial dapat membantu mengurangi rasa isolasi dan memberikan dukungan emosional.

3. Pendidikan diri

Pelajari lebih lanjut tentang trauma dan dampaknya pada kesehatan mental. Pengetahuan dapat membantu Anda memahami pengalaman Anda dan bagaimana mengatasinya.

Ingatlah bahwa setiap individu berbeda, dan apa yang bekerja untuk satu orang mungkin tidak cocok untuk orang lain. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami trauma masa kecil, sangat penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental yang berpengalaman. Mereka dapat memberikan panduan yang tepat sesuai dengan situasi Anda.

Dosen Pengampu 

Prof.Syamsu Yusuf LN, M.Pd 

Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd.

Referensi

Kim, J. S., Jin, M. J., Jung, W., Hahn, S. W., & Lee, S. H. (2017). Rumination as a mediator between childhood trauma and adulthood depression/anxiety in non-clinical participants. Frontiers in psychology, 8, 1597.

Burlakova, N., & Karpova, O. (2021). Parent-child communication and inner dialogues in the self-awareness of children with disabilities. European Psychiatry, 64(S1), S506-S506

Huh, H. J., Kim, K. H., Lee, H. K., & Chae, J. H. (2017). The relationship between childhood trauma and the severity of adulthood depression and anxiety symptoms in a clinical sample: The mediating role of cognitive emotion regulation strategies. Journal of affective disorders, 213, 44-50.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun