Mohon tunggu...
Putri Belva
Putri Belva Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Hoping that my blogs will make your days a bit happier!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Gawat! Indonesia Batal Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2023, Ekonomi Indonesia Rugi

31 Maret 2023   03:45 Diperbarui: 31 Maret 2023   03:58 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia sepak bola Indonesia harus kembali menerima fakta pahit di awal tahun 2023. Belum selesai dengan kasus Kanjuruhan yang terjadi pada Oktober lalu, Indonesia kembali dikagetkan dengan keputusan resmi pembatalan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Federation Internationale de Football Association (FIFA) selaku induk sepak bola dunia secara resmi mengumumkan keputusan ini pada Rabu, 29 Maret 2023 lalu. Surat pembatalan pun diunggah melalui laman FIFA setelah dilaksanakan pertemuan antara Gianni Inafantino selaku Presiden FIFA dan Erick Thohir selaku Presiden PSSI.

Sejatinya, mandat sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 telah diberikan kepada Indonesia sejak 2019 silam. Rencananya, perhelatan olahraga sepak bola terbesar dunia ini akan dilaksanakan pada 2021. Namun, merebaknya pandemi COVID-19 memaksa jadwal pelaksanaan mundur hingga dua tahun lamanya. Indonesia pun sudah mempersiapkan lokasi (venue) dan segala infrastruktur yang dibutuhkan hingga 80% yang dijadwalkan akan berlangsung pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023 di Jakarta, Solo, Bandung, Surabaya, Palembang, dan Bali.

Mau tak mau, seluruh persiapan yang sudah digenjot pemerintah Indonesia harus berhenti pasca keputusan FIFA. Berbagai sumber menyebut pembatalan dan bahkan pengeluaran Indonesia dari tuan rumah Piala Dunia 2023 dilatarbelakangi karena penolakan Indonesia terhadap partisipasi timnas Israel.

Polemik ini sebenarnya sudah memanas sejak Medical Emergency Rescue Commiittee (MER-C), organisasi kemanusiaan Indonesia menolak kedatangan Israel pada Juni 2022. Langkah ini dilantas diikuti oleh pihak-pihak lainnya. Gubernur Bali, I Wayan Koster mengirim surat penolakan kedatangan Israel ke Bali pada Maret 2023. Selain itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo juga ikut menyatakan penolakannya terhadap timnas Israel ke kota Solo.

Sumber lain menyebut alasan keputusan FIFA juga didasari atas tragedi Kanjuruhan. Tragedi yang terjadi Oktober 2022 dan memakan banyak korban jiwa ini juga disebutkan dalam surat keputusan FIFA. Dikatakan bahwa FIFA tetap berkomitmen aktif membantu PSSI dan pemerintah Indonesia dalam membangun transformasi persepakbolaan Indonesia, terutama pasca tragedi pada Oktober 2022 lalu.

Meskipun belum ada pernyataan resmi terkait siapa pengganti Indonesia, beberapa sumber beredar menyatakan terdapat dua negara sebagai kandidat. Adapun Peru dan Argentina digadang-gadang telah mendaftar sebagai calon pengganti Indonesia dalam Piala Dunia U-20.

Lalu, apa kata Erick Thohir? 

Respon Erick Thohir Ketua Umum PSSI banyak disoroti pasca dikeluarkan Indonesia dari tuan rumah Piala Dunia U-20. Dari beberapa sumber wawancara, Erick menyatakan bahwa ia sudah melakukan upaya semaksimal mungkin untuk mempertahankan Indonesia. Diketahui sebelumnya beliau telah melakukan pertemuan dengan Presiden FIFA di Qatar. Namun apa daya, keputusan telah diambil.

Erick pun menghimbau agar seluruh masyarakat Indonesia harus mematuhi keputusan FIFA sebagai lembaga tertinggi persepakbolaan dunia. Lanjutnya, beliau berharap seluruh penggemar sepak bola di Indonesia tetap menghormati dan menerima keputusan FIFA.

Apa dampak pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023?

Selain batal menjadi tuan rumah, Indonesia juga harus menerima sanksi. FIFA telah mengkonfirmasi hal ini melalui surat keputusannya dimana akan ditentukan sesegera mungkin.

Beberapa kemungkinan sebagai dampak buruk pun telah diprediksi, antara lain kecaman dari dunia internasional karena Indonesia dianggap diskriminatif sekaligus tidak mampu melaksanakan amanat. Diskriminatif dalam hal ini dimaknai bahwa Indonesia dinilai terlalu mencampur adukkan kepentingan dan esensi olahraga dengan politik.

Jika dihitung dalam kalkulasi ekonomi, bisa dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami kerugian dalam penyediaan modal penyelenggaran. Diketahui sejak Juli 2020, pemerintah Indonesia telah mengucurkan dana hingga Rp. 400 miliar khusus untuk persiapan penyelenggaran piala dunia. Lalu pada Juni 2022, pemerintah memberikan tambahan dana sebesar Rp. 3 Triliun khusus untuk pengembangan olahraga. 

Dari total dana tersebut, Kementerian Pemuda dan Olahraga (MENPORA) menggunakan Rp. 500 miliar untuk kepentingan persiapan piala dunia. Tak sampai disitu, pada Februari 2023, pemerintah kembali menggenjot dana hingga Rp. 314 miliar khususnya untuk urusan renovasi lokasi dan venue. Jika ditotal, maka kurang lebih pemerintah Indonesia telah menggelontorkan dana hingga Rp. 1,4 Triliun untuk belanja modal pelaksanaan Piala Dunia 2023.

Pengamat sepak bola sekaligus mantan pelatih PERSIJA, Mustaqim berpendapat keputusan ini juga berimplikasis pada nilai ekonomi Indonesia, khususnya di bidang pariwisata. Sebagai salah satu liga dengan kasta tertinggi, nilai ekonomi yang dihasilkan dapat mencapai hingga Rp. 3 Trilliun. Fakta ini didukung oleh fakta bahwa sepak bola merupakan cabang olahraga yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.

Maka dari itu, apabila kemungkinan liga Indonesia dihentikan sebagai sanksi yang diberikan FIFA, maka seluruh kompetisi regular Indonesia tidak dapat dilaksanakan. Lantas, hal ini akan berdampak pada mata pencaharian kelompok masyarakat tertentu seperti pengurus, wasit, bahkan pedagang kaos, sepatu dan sektor pariwisata lainnya.

PT Juara Raga Adidaya sebagai perusahaan pemegang lisensi merchandise Piala Dunia 2023 juga menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan FIFA. Perusahaan tersebut bahkan telah memproduksi hingga 53 jenis merchandise. Angka ini merupakan yang paling terbanyak yang bisa dihasilkan dalam sejarah Piala Dunia U-20.

Mohammad Faisal selaku Direktur Eksekutif Center of reform on Economics (Core) menambahkan bahwa pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia sejatinya akan sangat menguntungkan berbagai sektor, terutama pariwisata baik bagi usaha kecil hingga besar. Sektor tersebut meliputi hotel, restoran, dan bahkan UMK.

Beliau mengambil contoh Korea Selatan yang pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 dimana  berhasil meraup untung hingga Rp. 180 Trilliun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun