Mohon tunggu...
Putri Belila
Putri Belila Mohon Tunggu... Freelancer - Lebih suka menjadi diri yang fleksible tidak suka terjebak pada satu karakter

Tertarik mencari ilmu tentang pendidikan, kesehatan, pertanian, manajemen bisnis. Passion: melestarikan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hemat Belanja Sayur dengan Berkebun Organik

15 Juni 2019   08:30 Diperbarui: 15 Juni 2019   08:45 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya menjadi gemas saat melihat kebun tetangga pada dianggurin.   Padahal di desa tapi kebun minim tanaman, tepatnya Desa Banjarejo RT 11 RW 03 Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Mereka hanya menanam tanaman semusim misalnya jagung dan singkong. 

Anehnya hampir tiap hari tetangga pada bingung nyari uang belanja untuk beli sayur. Barangkali jika mereka tinggal di kota di pemukiman padat baru tahu rasanya tidak punya pekarangan. 

Cabe rawit satu biji saja harus beli, daun pepaya selembar saja harus ngeluarin isi dompet. Jadi mereka tidak terbayang betapa bermanfaatnya kebun dalam menopang kebutuhan dapur.

Berawal dari rasa gemas itulah saya berinisiatif membuat kebun penuh dengan tanaman. Saya berkebun sistem organik, mengandalkan tenaga manual untuk perawatan tanaman dan menggunakan pupuk dari bahan alami tanpa campuran pupuk sintesis. 

Kenapa saya pilih yang agak ngoyo alias organik ini? Karena produk pertanian organik lebih aman dimakan jadi bikin tubuh lebih sehat, lingkungan tanah terpelihara karena terhindar dari residu pupuk kimia sintetis. 

Yang bikin saya tercengang nih awal tahu hebatnya produk pertanian organik, masa busuk sayur maksimal 3 minggu itupun hanya menguning tidak lembek. 

Adapun buah tomat hasil uji tunggu saya hahaha bertahan dari bulan Oktober sampai April itu utuh tidak keriput baru bulan Mei mulai keriput tapi tidak lembek. Ya gimana saya ga semangat berkebun organik kalau awetnya dahsyat, mantap. Silahkan buktikan kalau pembaca tidak percaya!

 Sasaran utama yaitu tanaman pangan, buah-buahan dan empon-empon. Cara berkebun sederhana saja tinggal tanah dicangkul, diberi pupuk kandang (kotoran kambing, ayam dan menthok) lalu ditanami. 

Kebetulan ibu saya beternak unggas dan bapak beternak kambing jadi tidak perlu beli pupuk kandang. Pengairan kebun mengandalkan air hujan. Sesederhana itu saya berkebun.

Jika saya bertanam di polybag, saya menggunakan takaran antara tanah dan pupuk kandang berbanding 3:1. Untuk perawatan tanaman saya menggunakan pupuk tambahan yaitu pupuk organik cair yang disemprotkan ke daun maksimal tiap pagi atau selambat-lambatnya 3 hari sekali. 

Saya lebih suka menyemai bibit sendiri karena bibit yang kualitasnya unggul akan tampak tumbuh lebih cepat tinggi dibanding bibit yang kualitasnya jelek. 

Sedangkan bibit yang lambat tumbuh ketika disemai sebaiknya tidak ditanam. Jadi penyemprotan saya lakukan sejak awal muncul daun sampai muncul bakal bunga.

Area tanam saya yaitu di kebun belakang rumah, samping kanan rumah, depan rumah dan di pinggir jalan. Saking sangat rajin berkebun, saya sempat menangkap 'sinyal' heran dari orang tua sepertinya mereka berpikir: "Kurang kerjaan apa ngisi waktu kok berkebun sampai segitunya?". Halaman rumah penuh tanaman mungkin mereka agak risih. Tapi saya cueki saja kan lagi greget banget berkebun hahaha.

Saran saya untuk tanaman pangan sebaiknya tidak ditanam dipinggir jalan karena tanaman akan menyerap banyak asap kendaraan menjadi kurang sehat dimakan. 

Apalagi yang berupa sayur dan buah, lebih aman yang terpendam dalam tanah jadi tidak langsung terkena asap kendaraan. Tanaman yang cocok ditanam di pinggir jalan ya bunga dan tanaman hias. 

Sejak akhir tahun 2015 sampai sekarang banyak sekali tanaman pangan yang saya tanam diantaranya: tomat, aneka cabe (rawit, teropong, keriting), aneka terong (unggu bulat kecil, ungu bulat besar, hijau panjang), beluntas, bayam, sawi, bunga kol, kecipir, kangkung, daun gedi, kemangi, labu hijau dan labu kuning, pokak, seledri, daun bawang, kucai, pandan, aneka kacang (kacang panjang, kacang panjang tahunan, kacang tanah), jagung, singkong, jahe, kencur, sereh, daun sirih, aneka jambu (jambu Australia dan jambu kristal), aneka pepaya (California, Thailand), tebu, jeruk, srikaya, murbei, mangga, kersen, markisa dsb. Niat tanam banyak sekali agar tidak usah beli di abang sayur. Jadi dalam setahun bisa dihitung jari saya beli sayur sehingga hemat uang belanja.  

 Jika tiba musim panen sayur dan buah saya mengira bakal tidak habis dimakan keluarga sendiri jadi harus dibagi-bagi ke tetangga. Kalaupun dijual hanya beberapa bahan pangan saja yang laku. 

Tidak semua tanaman sayur selalu bisa dipanen tiap hari karena ada tanaman musiman dan tanaman permanen. Contoh tanaman sayur permanen yaitu: daun gedi, daun pepaya, daun beluntas, pokak. Kalau buah-buahan umumnya tanaman permanen.

Jerih payah berkebun terbayar ketika memetik sayur segar dan renyah lalu langsung dimasak, dimakan mentah untuk lalap pun sedap. Memetik sayur sendiri memilih daun yang muda dan segar. 

Beda jika membeli  dari pasar khawatir terkena obat semprot kimia ala pertanian modern dan yang utama tidak memasak dari sayuran yang terkontaminasi sayur busuk. Ah saya jadi sebel. Membeli tapi mempetaruhkan kesehatan itu saya paling tidak suka.

Serunya berkebun jika dilakukan dengan hati senang, bisa sedekah pula dari hasil panen. Berkebun organik membuat badan saya lebih sehat dan menghemat pengeluaran kebutuhan dapur, lingkungan pun terjaga dari residu kimiawi obat. Hal inilah yang memotivasi saya untuk berkebun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun