Oleh : Putri Ayu WulandariÂ
(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ)Â
Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama COVID-19 pada 2 Maret 2020, Indonesia secara otomatis menjadi salah satu negara yang terdampak virus corona.Â
Pada saat itu juga seluruh masyarakat Indonesia dilanda kepanikan. Terlebih jumlah korban yang tertular semakin meningkat setiap harinya. Dampak terhadap berbagai sektor pun tidak dapat dielakan, dampak yang ditimbulkan lebih merujuk kepada dampak negatif. Sektor pendidikanpun tidak luput terkena imbas dari adanya virus corona ini.Â
Di masa pandemi COVID-19 ini seluruh sekolah dan perguruan tinggi menerapkan e-learning sebagai metode pembelajaran. Merujuk dari Surat Edaran Mendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan COVID-19 pada Satuan Pendidikan, dan Nomor 36962/MPK.A/HK/2020, dimana kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara daring dalam rangka pencegahan penyebaran Virus  Corona  (COVID-19).Â
Bahkan kegiatan Ujian Nasional (UN) ditiadakan. Begitu pula pada tingkat perguruan tinggi, seluruh universitas menerapkan Perkuliahan Jarak Jauh (PPJ) sebagai langkah untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam memutus rantai penularan Virus Corona.Â
Di masa pandemi ini seluruh dosen dan mahasiswa diminta untuk melakukan PJJ dengan menggunakan berbagai aplikasi daring seperti zoom, whatsapp grup, google classroom, atau aplikasi lain yang serupa.Â
Pada awalnya kebijakan ini hanya diberlakukan untuk dua pekan saja, namun melihat jumlah angka penularan yang semakin meningkat, akhirnya kebijakan tersebut diperpanjang sampai akhir semester genap ini. Semuan kegiatan perkuliahan baik itu ujian tengah semester, ujian akhir semester, bimbingan skripsi, praktikum, tesis, dan lain sebagainya dilakukan secara daring.
Bagi mahasiswa peran aktif dalam setiap proses perkuliahan pasti sangat diperlukan, entah itu dengan mengajukan pertanyaan, berargumentasi, berdiskusi, dsb. Hal itu bertujuan untuk membangun pemikiran mahasiswa yang kritis.Â
Melihat juga dari pendekatan pembelajaran kita yang digunakan saat ini ialah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau student centered. Seperti yang telah sebutkan sebelumnya bahwa peserta didik di tuntut untuk aktif dalam setiap proses pembelajaran, dimana ketika mahasiswa datang ke kelas mereka tidak hanya duduk, mendengarkan dosen berbicara, memperhatikan presentasi kelompok lain, mengerjakan tugas, dan seterusnya. Namun mereka dapat berperan aktif dengan melakukan diskusi, mengajukan pertanyaan, berargumentasi, menyampaikan pendapat, dan mengkritisi terhadap materi pembelajaran. Sehingga kemampuan berfikir kritis mereka dapat terbangun.Â
Walaupun pendekatan pembelajaran kita berpusat pada peserta didik, jangan menganggap peran pendidik (dosen) sudah tidak diperlukan lagi.Â