Mohon tunggu...
putri ayusholiha
putri ayusholiha Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswi IAIN Jember

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengetahui Sebuah Istilah Perenialisme

21 Mei 2020   13:26 Diperbarui: 21 Mei 2020   13:36 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pengertian dan Pemikiran Tokoh Filsafat Pendidikan Perenialisme

Pengertian Filsafat Pendidikan Perenialisme
Perenialisme berasal dari kata prennial diartikan sebagai continuing throughthout the whole year atau lasting for e very long time, yakni abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir. Dengan demikian, esensi kepercayaan filsafat perenial ialah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi.

Aliran perenialisme beranggapan bahwa pendidikan harus didasari oleh nilai-nilai cultural masa lampau, regressive road to culture, oleh karena kehidupanya modern saat ini banyak menimbulkan krisis dalam banyak bidang.

Pemikiran Tokoh Filsafat Pendidikan Pereialisme

1. Robert Maynard Hutchins ( 1899-1977 )

Ia merupakan seorang tokoh filsafat pendidikan yang berasal dari Amerika. Ia lahir pada tanggal 17 januari 1899. Pada tahun 1945-1951 di usia 30 tahun ia menjadi presiden termudah di universitas chicago. Ia merupakan juru bicara di dalam aliran prennialisme. Ia beranggapan bahwa pendidikan harus menumbuhkan kecerdasan dan pengembangan.

Ia juga mengemukakan bahwa pendidikan mengimplikasikan pengajaran. Pengajaan mengimplikasikan pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimana pun dan kapanpun adalah sama. Yaitu sama terbukti. Karena itu kapan pun dan dimanapun pendidikan adalah sama. Selain itu pendidikan dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup.

2. Mortimer J. Adler
Mengartikan pendidikan sebagai proces, dimana semua kemampuan dan bakat manusia dipengaruhi dengan pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasan-kebiasaan yang baik, melalui sarana yang dibuat secara aristik dan dipakai untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri dalam rangka mencapai tujuan yang diterapkan, yaitu kebebasan yang baik.

Jadi,  Mortimer J. Adler ingin mengatakan bahwa pendidikan adalah mencetakan kepribadian manusia menjadi lebih optimal dan lebih baik, dimana seluruh potensi dan bakar alam yang dimilikinya dikembangkan semakin mungkin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun