Rahasia, Dalam Dua Arah yang Berbeda
Aku jatuh cinta, jatuh cinta pada dia yang memiliki mata teduh dan memabukkan, rasanya berada disisinya adalah candu, apalagi ketika aku memeluknya lama-lama, saat berboncengan dengannya, dia menarik tanganku perlahan, mengisyaratkan lebih erat untuk memeluk. Kita adalah temu yang tak terencana, kagum secara perlahan, ceritanya melekat hari demi hari, sekedar teman cerita namun takut kehilangan, tetapi jalan kita berbeda, aku mencintaimu di waktu yang salah.
"biarkan debar ini hanya menjadi milikku, biarkan kau tak perlu tahu rasa sukaku kepadamu."
Batinku sambil memeluknya, menyenderkan kepalaku di pundaknya. Kali ini pelukanku semakin erat.
"maaf telah menyukaimu diam-diam, itu di luar kendaliku." Kataku membatin.
Dia adalah sosok pendengar yang baik, mendengarkan keluh kesahku, memberikan solusi-solusi terbaiknya selalu, dan entah dari kapan aku mulai menyukainya, segala yang ada pada dirinya. Bagiku dia adalah tempat pulang ternyaman.
Entah bagaimana sikapnya yang aku tak paham, terkadang aku menyadari kita berada di dua arah yang berbeda, kami adalah segala rahasia.
Aku hanya ingin bersamamu lebih lama
Menatap matamu lebih dalam
Memelukmu lebih lama
Aku hanya ingin mengatakan bahwa; aku menyayangimu
Aku hanya ingin kita terus begini
Tanpa suara
Tanpa mengucapkan apa-apa
Hanya saling memendam
Lebih baik begini
Menjadi rahasia
A
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H