Mohon tunggu...
Putri Ayu
Putri Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal Fakultas FISIP Prodi Ilmu komunikasi

Tetap berproses walaupun sudah menemukan hasilnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Warung Kopi Tuan Malam Tegal, Tempat Klasik Penuh dengan Seni dan Sejarah

21 November 2024   09:32 Diperbarui: 21 November 2024   09:50 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Untuk mendapatkan inspirasi tempat ngga hanya di Tegal, melainkan perlu ke beberapa kota, hingga luar daerah. Untuk in door saya mengambil bangunan dari jawa barat, rumah Srotong atau rumah jawa kuno. Kalo Srotong itu sebutan dari rumah rakyat, berbeda dengan joglo yang di bangun oleh orang yang berkasta tinggi. Wayang kulit itu saya dapat dari temen ke temen. Sedangkan out door yang dipenuhi de daunan serta pohon yang rindang, karna saya pecinta tanaman dan rezeki yang tidak terlihat salah satunya dari tumbuhan," jelas Fani Shakana.

Walaupun di sebut warung kopi, Tuan Malam tidak hanya menyajikan kopi saja melainkan menyajikan makanan dan minuman yang cocok bagi semua kalangan, seperti susu, coklat, mendoan, mie rebus dan lain-lain. 

Menu favorit di sini adalah kopi rakyat, nama tersebut diambil dari kebiasaan masyarakat yang menikmati kopi hitam dengan cara sederhana. Selain itu, kopi rakyat termasuk yang paling murah di antara lainnya, sesuai namanya "Merakyat". 

Sedangkan menu makanan yang paling digemari adalah "Sotone Mane" soto khas Betawi yang diracik oleh sang ibu dari pemilik Tuan Malam. Cita rasa yang dibuat tidak pernah berubah karna perlu ketelitian ketika membuatnya. Ia mengaku bahwa resep yang dibuat ibunya terlalu rumit.

"Disini menu yang banyak digemari kopi rakyat, karna bagi pecinta kopi rasa yang asli itu pahit hitam pekat, dan memiliki aroma khas. Kopi bubuk yang dipilih adalah hasil rostingan secara tradisional, makannya rasa tidak berubah dari dulu sampai sekarang. Untuk menu makanannya biasanya sotone mane buatan Ibu saya. Karna pembuatannya rumit, perlu banyak tahapan dan bumbu yang dipersiapkan, para karyawan cuma bantu suir ayam, potong sayuran, tetapi untuk kuah tetap Ibu Saya yang bikin. Hal itu yang mendasari nama soto betawi diberi nama sotone mane karna laka padane," jelas pemilik Tuan Malam

Mustofa Akhil, pengunjung Warkop Tuan Malam mengaku sudah seperti rumahnya sendiri, karena merasa nyaman dengan harga menu yang ditawarkan.

"Tujuan pertama saya ke sini adalah untuk menikmati kopi khas Tuan Malam, dengan harga yang murah tetapi rasanya sepadan dengan kafe lainnya. Kalo di kafe mungkin cukup seminggu sekali, tapi di sini, harga segitu bisa untuk tiap hari seperti rumah sendiri. Selain itu, Saya juga mencari ketenangan, di sini tempatnya tidak begitu ramai atau bising," ucap Akhil, Jumat (15/11).

Berbicara tentang suasana Warung Kopi Tuan Malam, Randih Lukman selaku pengunjung merasakan suasana tenang saat berada di Tuan Malam.

"Mulainya dari ajakan senior-senior hingga kini masih menjadi tempat yang favorit untuk mengerjakan tugas, rapat organisasi. Saya bukan pecinta kopi, tapi salah satu penikmatnya. Selain letaknya yang strategis, suasana disini juga lebih tenang, sepi, sejuk yang dihasilkan juga dari tanaman asli," jelasnya, Jumat (15/11).

Reporter: Putri Ayu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun