Mohon tunggu...
Putri Ayresti Sukmaningsih
Putri Ayresti Sukmaningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Semarang

Creative writing enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Isu Lingkungan dalam Film Animasi Over the Hedge (2006) Menggunakan Teori Ekokritisisme

20 Juni 2024   21:12 Diperbarui: 20 Juni 2024   21:36 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

         Over the Hedge (2006) adalah sebuah film animasi garapan DreamWorks Animation asal Amerika Serikat dan disutradarai oleh Tim Johnson dan Karey Kirkpatrick. Film ini menceritakan tentang sekumpulan binatang yang harus membiasakan diri akibat perubahan lingkungan, yaitu adanya pembangunan perumahan di dekat hutan tempat tinggal mereka. Cerita dimulai saat RJ, seekor rakun yang kelaparan, mencuri makanan milik seekor beruang. Beruang tersebut marah dan mengancam RJ untuk mengembalikan makanannya dalam waktu tujuh hari.

Dalam pencariannya, RJ bertemu dengan sekelompok binatang hutan yang dipimpin oleh seekor kura-kura bernama Verne. Mereka baru saja bangun dari hibernasi dan membutuhkan makanan. Kemudian, mereka menyadari adanya pagar semak yang sangat besar, dan ternyata selama mereka berhibernasi, telah terjadi pembangunan perumahan di sekitar hutan mereka yang menyisakan hanya sedikit lahan hutan.

Menyadari ketakutan mereka, RJ memanfaatkan situasi dengan meyakinkan mereka bahwa akan lebih mudah mencari makanan dari dapur manusia. Mereka berhasil mencuri cukup banyak makanan dan mencegah kelaparan. Namun, aksi mereka membuat manusia marah dan mereka mencoba untuk membasmi binatang-binatang tersebut. Dua orang khususnya sangat bertekad untuk membasmi mereka, tetapi pada akhirnya mereka ditangkap polisi setelah kalah melawan kumpulan binatang tersebut.

Dalam konteks ekokritisisme, film ini menyajikan pembahasan mengenai hubungan manusia, binatang, dan lingkungan alam. Film ini menyeritakan tentang bagaimana dampak deforestasi hutan terhadap manusia dan binatang yang tinggal di hutan tersebut dan pesan apa saja yang bisa kita ambil tentang cara untuk menjaga lingkungan. Sebelum lanjut ke analisis, mari kita pelajari dulu apa itu ekokritik.

            Ekokritik adalah sebuah kajian untuk menganalisis karya sastra menggunakan sudut pandang lingkungan. Tujuan ekokritik yaitu untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan serta memecahkan persoalan tentang ekologi (Endraswara, 2016). Gerd Garrard dalam buku Ecocritism menyatakan beberapa konsep yang berkaitan dengan ekokritik, yaitu: pencemaran (pollution), hutan belantara (wilderness), bencana (apocalypse), perumahan (dwelling), binatang (animals), dan bumi (earth).

Dalam film Over the Hedge dapat ditemukan hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitar dan juga kerusakan lingkungan alam seperti yang telah disebutkan oleh Gerrard.  Berikut ini merupakan isu-isu yang terkait dalam film Over the Hudge. Semua data diambil dari film Over the Hedge.

Hubungan Manusia dengan Lingkungan Alam

Ekokritisisme merupaakan kajian yang membahas tentang hubungan manusia dengan alam. Manusia berperan penting dalam merawat dan menentukan nasib kedepannya lingkungan alam. Dalam film Over the Hedge digambarkan jelas bagaimana houngan manusia dengan lingkungan alam dan hal ini sesuai dengan fokus dari ekokritik sastra. Dengan ditemukannya beberapa data terkait ini, maka film Over the Hedge sesuai untuk dikaji menggunakan ekokritik. Hubungan jelas yang tergambar dalam film ini yaitu manusia melakukan pembangunan rumah di tanah hasil penebangan hutan dan hal tersebut membuat binatang hutan mengganggu kehidupan manusia.

Bentuk kerusakan alam

  • Pencemaran

Bentuk kerusakan dalam film ini digambarkan dengan adanya deforestasi atau penebangan hutan yang dilakukan untuk pembangunan perumahan. Adanya perumahan ini menimbulkan pencemaran udara di daerah sekitar hutan disebabkan adanya alat transportasi milik manusia dan pencemaran lainnya seperti sampah plastik dari bungkus makanan.

"They must have come while we were hibernating. It was awful. They had wheels on their feet, and these sticks and they were whacking me with these sticks like it was some sort of sick game." (16:04-16:25)

Dalam kutipan tersebut, kita seperti melihat dari sudut pandang binatang yang tinggal di hutan. Untuk pertama kalinya mereka melihat alat transportasi dan mereka tidak menyukainya.

"For humans, enough is never enough. What do they do with the stuff they don't eat? They put it in a gleaming, silver can, just for us." (61:09-61:33)

Berdasarkan data di atas, dalam film ini menunjukkan berapa banyak sampah plastik dari bungkus makanan yang dibuang dari hanya satu rumah. Bisa dibayangkan berapa banyak sampah yang dihasilkan dari seluruh rumah di perumahan tersebut. Selain itu, film ini juga menggambarkan bagaimana rakusnya manusia terhadap makanan, mereka membeli makanan tersebut namun tidak memakannya.

  • Hutan Belantara

Deforestasi besar-besaran yang dilakukan oleh manusia tentu saja menimbulkan kerusakan hutan. Dalam hal ini, manusia merasa bahwa dirinya adalah makhluk yang paling dominan dan kuat di bumi, oleh karena itu mereka dengan bebas merusak alam demi memenuhi kepuasan mereka. Sama halnya dengan binatang yang bergantung pada alam, manusia pun sebenarnya sama, namun mereka cenderung tidak menyadarinya dan akan tersadar jika alamnya sudah rusak.

"What was once mere wilderness is now 54 acres of man-made manicured, air coinditioned paradise, except for that little bitty speck. You are here." (17:03-17:14)

"That's not the worst part. Half the forest is gone. The oak trees and the berry bushes. They're just gone." (16:04-16:35)

Berdasarkan kutipan tersebut, bisa kita lihat terdapat adanya kerusakan hutan yang terjadi akibat ulah manusia. Binatang yang tinggal di hutan tersebut kehilangan sumber makanan akibat penebangan hutan dan mereka nampak ketakutan kehilangan tempat tinggal mereka.

  • Bencana

Bencana dalam hal ini terwujud dari Tindakan dan perilaku manusia terhadap alam. Dalam film ini digambarkan bencana yang terjadi yaitu binatang memasuki pemukiman warga akibat tidak adanya makanan di hutan. Mereka kelaparan karena pohon-pohon sumber makanan mereka sudah ditebang.

"That's very satisfying (eat trunk of a tree)." 

"I am here to help you with your foraging thing" (26:09-26:39)

"They have food, loads of food!"(22:03) 

Dari kutipan tersebut, binatang-binatang yang tinggal di hutan tersebut memutuskan untuk mencari makanan di pemukiman karena di hutan sudah tidak ada lagi yang bisa di makan dan makanan manusia terlihat lebih enak.

  • Tempat Tinggal

Krisis lingkungan ini digambarkan dalam film melalui binatang-binatang di hutan yang berusaha untuk tetap menjaga tempat tinggalnya agar tidak dirusak oleh manusia. Hal tersebut dalam dilihat dari kutipan berikut ini:

"How are we gonna live?" "I don't know. But here is what I do know. We will be fine as long as no one goes over Steve (hedge fence)." (17:55)

Melalui kutipan tersebut, bisa kita lihat bahwa binatang-binatang di hutan takut akan adanya pembabatan hutan lagi sehingga hutan akan habis dan mereka tidak punya tempat tinggal lagi.

  • Binatang

Konsep ini menjelaskan bagaimana manusia memperlakukan binatang. Dalam film Over the Hedge digambarkan manusia tidak hanya merusak tempat tinggal binatang, tetapi juga ingin membunuh semua binatang sehingga binatang tersebut tinggal lagi memasuki pemukiman masyarakat.

"This is exactly why I called the exterminator. To kill them before they get hurt like this." (36:02-36:08)

"Show your little rat faces. Filthy creatures." (human tried to kill the animals) (70:13)

Dari kutipan tersebut kita dapat melihat kebencian manusia terhadap binatang karena mereka menganggap bahwa binatang mengganggu kehidupan di pemukiman, padahal yang terjadi sebenarnya adalah mereka yang merusak tempat tinggal para binatang tersebut.

  • Bumi

Konsep ini menggambarkan perjuangan untuk menghentikan perusakan alam. Namun, pada film Over the Hedge, konsep ini dijalankan bukan oleh manusia, melainkan para binatang yang tinggal di hutan tersebut.

"The human don't want us around. Maybe our little forest life looks primitive, but we want nothing, to do with anything, that's over the hedge (23:27-24:00)

Melalui kutipan yang sudah dijelaskan, para binatang tidak menginginkan suatu kehidupan modern serba mudah yang dimiliki manusia, mereka hanya ingin hidup di hutan secara tenang walaupun itu terlihat primitif. Hal primitif yang mereka maksudkan yaitu untuk menyuarakan kelestarian lingkungan mereka.

Dari penjelasan-penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bentuk kerusakan lingkungan dalam film Over the Hedge yang terjadi akibat ulah manusia. Dari film ini, kita dapat melihat dua sisi berbeda. Bagaimana hubungan manusia dengan alam digambarkan lebih dominan ke arah merusak. Di film ini manusia melakukan penebangan sehingga sekumpulan binatang hampir tidak mempunyai tempat tinggal dan sumber makanan. Mereka bahkan ingin memusnahkan binatang karena binatang memasuki pemukiman warga. Padahal hal tersebut adalah dampak dari perbuatan mereka sendiri. Di sisi lain, hubungan binatang dan alam digambarkan ke arah menjaga. Binatang ingin menjaga tempat tinggalnya dan menghindar untuk berinteraksi dengan manusia sebab mereka hidup bergantung pada alam. Jika alam merusak, maka mereka tidak bisa hidup lagi.

References

Kurniawan, M. F. (2019). NOVEL LADU KARYA TOSCA SANTOSO: KAJIAN EKOKRITIK GREG GARRARD. Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabay, 1-9.

Mishra, S. (n.d.). Literature Adapted into Film: An Ecocritical Analysis of Chander Pahar (The Mountain of the Moon). Retrieved from Academia.edu: https://www.academia.edu/33780590/Literature_Adapted_into_Film_An_Ecocritical_Analysis_of_Chander_Pahar_The_Mountain_of_the_Moon

Moon, L. A. (n.d.). Sandip Mishra.

Nuri, M. (2020). Three Waves of Ecocriticism: An Overview. Horizon.

Romadhon, R. (2011). An Analysis of Environmental Issues Using Ecocriticism in James Cameron's Film Avatar. English Department State Islamic University Syarif Hidayatullah, 1-75.

Sawijiningrum, W. (2018). EKOKRITIK GREG GARRARD DALAM NOVEL API AWAN ASAP KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN DAN REVELANSI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS. Matapena: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 80-92.

Sihotang, A., Nurhasanah, E., & Triyadi, S. (2021). ANALISIS EKOKRITIK DALAM NOVEL KEKAL KARYA JALU KANCANA. Jurnal Metamorfosa, 141-158.

Zulfa, A. N. (2021). TEORI EKOKRITIK SASTRA: KAJIAN TERHADAP KEMUNCULAN PENDEKATAN EKOLOGI SASTRA YANG DIPELOPORI OLEH CHERYLL GLOTFELTY. LAKON: Jurnal Kajian Sastra dan Budaya, 50-63.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun