Mohon tunggu...
Putri Awaliya
Putri Awaliya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Putri

jangan lupa membaca :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Weh Wehan di Kaliwungu

5 Februari 2021   14:41 Diperbarui: 7 Februari 2021   09:24 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW, warga Kaliwungu Kendal mempunyai tradisi unik yaitu Weh-wehan, yang berarti saling memberi. Warga saling bertukar makanan dan jajanan khas yang dipajang di depan rumah warga. Tradisi ini sudah ada sejak dulu dan hanya ada di Kaliwungu Kendal.

Dalam tradisi ini, hampir seluruh kampung-kampung di Kaliwungu Kendal selalu ramai, layaknya lebaran warga berkeliling kampung membawa makanan untuk diberikan kepada tetangga ataupun warga lainnya. Anak-anak berpakaian baru membawa makanan untuk diberikan kepada tetangga dan menyambutnya dengan penuh suka cita.

Hampir setiap rumah di Kaliwungu Kendal ini menyiapkan aneka macam jajanan dan makanan. Bukan untuk dijual, melainkan untuk ditukarkan dengan makanan lain yang diberikan tetangga.

Tradisi weh-wehan yang sudah ada sejak dulu ini terus dikembangkan dan selalu dinantikan anak-anak karena bisa menikmati aneka macam jajanan dan makanan. Tradisi weh-weh-an sendiri mempunyai makna syukur dan saling berbagi kepada orang lain, sebagai bentuk rasa cinta atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Makanan yang disajikan dalam tradisi tahunan ini berupa jajanan hingga makanan tradisional yang setiap tahun selalu ada yakni sumpil dan ketan aneka warna. Sumpil makanan dari bahan beras dibungkus dengan daun bambu ini selalu menjadi incaran warga karena jarang dijumpai selain menjelang maulud nabi saja.

Menurut warga, weh-wehan mengandung makna yang baik karena mengajarkan untuk saling berbagi dan memberi sejak kecil.
Bagi warga, tradisi weh-wehan ini mempunyai makna saling berbagi dan mengalap berkah. Arti kata weh-wehan atau saling memberi ini juga mengajarkan kepada warga untuk saling berbagi.

Makanan yang disajikan kini mulai banyak yang instan namun makanan khas masih dijumpai dan selalu dicari. Tidak hanya makanan khas yang disajikan berbagai macam makanan dan minuman juga disajikan warga sebagai bentuk suka cita menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun