Junk food adalah makanan tidak sehat yang tinggi kalori dari gula atau lemak, dengan sedikit serat makanan, protein, vitamin, mineral, atau bentuk lain dari nilai gizi penting.
Faktor yang mempengaruhi konsumsi fast food antara lain rasa, harga, tempat yang nyaman, dan pengaruh teman sebaya. Makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit, seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan gangguan lemak darah atau dislipidemia. Obesitas atau kegemukan banyak dialami oleh anak-anak, remaja, dan dewasa.
Dari segi psikologis, remaja kurang memperhatikan faktor kesehatan dalam menentukan pilihannya. Namun, remaja lebih memperhatikan faktor-faktor lain, seperti orang-orang di sekitar mereka, budaya hedonistik, dan lingkungan sosial yang sangat mempengaruhi mereka.
Tempat yang nyaman disediakan oleh restoran cepat saji yang banyak digunakan oleh pelajar dan mahasiswa untuk mengerjakan tugas di tempat tersebut. Hal ini menyebabkan frekuensi konsumsi fast food pada remaja menjadi tinggi.Â
Selain sebagai tempat yang nyaman, posisi restoran yang strategis juga meningkatkan konsumsi makanan cepat saji di kalangan remaja, seperti lokasi yang dekat dengan sekolah mereka. Tempat yang nyaman menjadi salah satu daya tarik konsumen untuk makan di restoran cepat saji.
Alasan lain makan makanan cepat saji adalah karena disajikan dengan cepat. Pada saat ini, orang menginginkan segalanya serba cepat. Oleh karena itu, kebanyakan orang terutama remaja menginginkan hal-hal yang serba cepat, seperti memilih makanan instan, baik pada saat dihidangkan maupun saat disantap.Â
Remaja cenderung mengonsumsi makanan yang memiliki merek atau brand terkenal sebagai ekspresi diri dalam pergaulan dan menjadi ajang bergengsi. Hal yang menjadi trend para remaja saat ini adalah tempat makan dengan brand tersebut untuk berfoto bersama teman-temannya melalui media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa mereka pernah berkunjung dan makan di restoran dengan merek tersebut.
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan, begitu pula bagi remaja. Apabila remaja kurang mengkonsumsi makanan, baik dalam jumlah maupun kualitas, maka akan menyebabkan gangguan pada proses metabolisme tubuh, sehingga dapat menimbulkan risiko penyakit.Â
Tingkat konsumsi Junk food pada remaja saat ini relatif tinggi, dimana rata-rata remaja mengkonsumsi Junk food 3 sampai 4 kali dalam sebulan. Tanpa disadari, maraknya junk food selain berdampak positif juga berdampak negatif bagi kesehatan tentunya. Dampak positifnya dapat dibuktikan dari cara penyajian yang cepat menghemat waktu dan tidak sehat.Â
Namun selain itu, perlu mencermati dampak negatif yang ditimbulkan oleh junk food misalnya meningkatnya kadar lemak dalam tubuh sehingga dapat berujung pada obesitas atau kelebihan berat badan. Kandungan junk food yang sebagian besar merupakan zat adiktif yang merugikan tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan.
Cara mengatasi dampak negatif junk food:
1. Jangan terlalu sering mengonsumsi junk food, maksimal sebulan sekali.
2. Jika ingin makan junk food, sebaiknya ketahui dulu kandungan nutrisinya jika perlu mencari tahu di situs produsen junk food.
3. Jangan hanya makan burger, kentang goreng, atau ayam goreng, tetapi juga makan paket salad atau sup sayuran yang disediakan di restoran junk food.
4. Hindari memesan minuman dengan kandungan gula tinggi seperti minuman berkarbonasi, cola atau root beer. Ganti minuman dengan air atau jus buah.
Junk food didefinisikan sebagai junk food atau makanan yang tidak bergizi. Istilah tersebut berarti menunjukkan makanan yang dianggap tidak memiliki nilai gizi bagi tubuh.Â
Makan junk food bukan hanya tidak berguna, tapi juga bisa merugikan kesehatan.Maka dari itu kita lebih baik mengkonsumsi makanan yang kita masak sendiri/masakan rumah untuk mengurangi resiko mengkonsumsi junk food sebagai upaya penanggulangan dini yang bisa kita lakukan.
Daftar pustaka :
Pamelia, I. (2018). Perilaku konsumsi makanan cepat saji pada remaja dan dampaknya bagi kesehatan. IKESMA, 14(2), 144-153.
Widyastuti, D. A. (2018). Pengaruh Kebiasaan Konsumsi Junk Food Terhadap Kejadian Obesitas Remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H