- Ciri: Pengambilan keputusan yang didorong oleh mayoritas tanpa mempertimbangkan kebaikan bersama.
  - Implikasi: Dapat mengarah pada populisme dan keputusan yang merugikan kelompok minoritas.
Implikasi terhadap Gaya Kepemimpinan
Berdasarkan pembagian ini, Aristoteles menekankan bahwa:
- Pentingnya Kebajikan Pemimpin: Pemimpin yang memiliki kebajikan dan berorientasi pada kebaikan masyarakat cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis dan inklusif. Sebaliknya, pemimpin yang korup akan menggunakan kekuasaan untuk keuntungan pribadi, menciptakan lingkungan yang represif.
- Tanggung Jawab Moral: Pemimpin ideal memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa kebijakan dan tindakan mereka menguntungkan masyarakat. Dalam konteks ini, gaya kepemimpinan yang berfokus pada dialog dan partisipasi sangat dianjurkan.
- Risiko dan Keseimbangan: Aristoteles menyadari bahwa setiap bentuk pemerintahan, bahkan yang ideal, dapat menjadi korup jika pemimpin kehilangan arah. Oleh karena itu, ada perlunya pengawasan dan keterlibatan aktif dari masyarakat untuk menjaga keseimbangan kekuasaan.
Dengan demikian, pemisahan antara bentuk pemerintahan yang ideal dan korup menurut Aristoteles memberikan wawasan penting tentang bagaimana gaya kepemimpinan dapat memengaruhi struktur sosial dan politik. Ini juga menyoroti perlunya pemimpin untuk selalu mengingat tanggung jawab mereka terhadap masyarakat, serta pentingnya kebajikan dalam memimpin.
Apa peran pendidikan dan pengalaman dalam membentuk seorang pemimpin yang ideal menurut pandangan Aristoteles?
Dalam pandangan Aristoteles, pendidikan dan pengalaman memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk seorang pemimpin yang ideal. Keduanya berkontribusi pada pengembangan karakter, kebijaksanaan, dan kemampuan pengambilan keputusan yang diperlukan untuk memimpin dengan baik. Berikut adalah beberapa poin utama tentang peran pendidikan dan pengalaman dalam konteks ini:
1. Pendidikan sebagai Fondasi Kebajikan