Mohon tunggu...
Putri ArianiKusuma
Putri ArianiKusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Diponegoro

Mahasiswa Kedokteran Umum 2017 Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pandemi COVID-19 Belum Berakhir, Edukasi Dapat Menjadi Solusi

14 Agustus 2020   21:13 Diperbarui: 14 Agustus 2020   21:26 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Grobogan (14/08) – Pandemi COVID-19 tengah menjadi fokus utama saat ini. Segala bentuk kegiatan disesuaikan hingga bahkan diberhentikan demi mencegah penyebaran COVID-19 lebih lanjut. Namun hal ini tidak menghalangi keberlangsungan kegiatan KKN Universitas Diponegoro tahun ini dan mahasiswa juga tetap semangat untuk mengabdi kepada masyarakat.

Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah seperti memberikan berbagai himbauan hingga melakukan pembatasan ataupun penutupan tempat-tempat umum. dalam upaya mecegah penyebaran COVID-19, namun pada realitanya angka kasus COVID-19 masih terus meningkat kian harinya. Meskipun sudah terdapat berbagai upaya dalam rangka menanggulangi COVID-19 di Indonesia, namun upaya tersebut tidak dapat berjalan dengan maksimal jika tidak diimbangi dengan tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai COVID-19.

Sebenarnya, pencegahan COVID-19 sudah banyak digembor-gemborkan dah sudah banyak pula media yang memberikan himbauan pencegahannya. Pencegahan utama COVID-19 seperti yang di rilis oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) adalah mencuci tangan dengan benar secara rutin, tidak menyentuh area mata, hidung dan mulut, menjaga jarak dan mengonsumsi makanan bergizi. Tindakan pencegahan COVID-19 sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dilakukan, namun tidak akan menjadi efektif bila tidak menjadi kebiasaan karena tingkat kesadaran yang rendah.

Berdasarkan observasi, meskipun sudah disediakan sarana untuk mencegah COVID-19, masyarakat belum melakukan dan menggunakannya dengan baik dan benar. Contoh yang paling mudah terlihat adalah tindakan cuci tangan yang dilakukan. Sebagian besar dari masyarakat belum mencuci tangan dengan benar (6 langkah cuci tangan) meskipun berbagai media telah memuat mengenai langkah-langkah cuci tangan yang disarankan. Oleh sebab itu, mahasiswi UNDIP membuat program mengenai edukasi cuci tangan yang benar kepada masyarakat sekitar.

keg-kkn-200813-10-5f369c74d541df365d74a504.jpg
keg-kkn-200813-10-5f369c74d541df365d74a504.jpg
Edukasi dilakukan secara door-to-door dengan masih memperhatikan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak. Edukasi diberikan dengan mempraktekan langsung langkah cuci tangan yang benar serta menggunakan poster edukasi. Sebelum dberikan edukasi warga diminta untuk mencontohkan terlebih dahulu cuci tangan yang benar menurut mereka, “Gimana ya mbak.. gini bukan to” tutur salah seorang warga yang diminta untuk mempraktekan. Sebagian besar hanya menghapal dan mengetahui 2-3 langkah cuci tangan saja dengan tidak berurutan. Setelah itu, maka diberikan edukasi cara mencuci tangan yang benar dan warga yang dikunjungi diminta untuk melakukannya bersama.

Selin dengan mencuci tangan yang benar, gizi yang tercukupi juga merupakan kunci untuk mencegah COVID-19, mengingat COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, sehingga proses penyembuhannya memerlukan sistem imun yang kuat. Hal ini juga diperhatikan oleh mahasiswa UNDIP dalam kegiatan KKN, serta mendukung program pemerintah pusat dan daerah setempat yaitu mengenai stunting.

Stunting adalah keadaan dimana anak mengalami hambatan pertumbuhan dikarenakan kekurangan gizi yang lama. Stunting tidak hanya sekadar tinggi badan anak yang pendek, namun juga mempengaruhi perkembangan otak anak, dikarenakan perkembangan otak paling pesat terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Melihat bahwa masih tingginya kasus stunting, mahasiswa UNDIP memutuskan untuk meberikan pula sosialisasi dan edukasi mengenai stunting kepada masyarakat sekitar. Sosialisasi dan edukasi yang diberikan mencakup pengertian stunting, bagaimana stunting dapat terjadi, tanda-tanda stunting, dampak stunting bagi anak kedepannya, serta pencegahan stunting. Sosialisasi dan edukasi juga mencakup rekomendasi menu bagi anak sehingga terjadi gizi anak tercukupi.

keg-kkn-200813-9-5f369c98d541df683669bf52.jpg
keg-kkn-200813-9-5f369c98d541df683669bf52.jpg
Sosialisasi dan edukasi stunting disambut hangat oleh masyarakat sekitar, karena belum pernah ada sosialisasi mengenai stunting dan masyarakat menjadi mengerti akan stunting serta pentingnya untuk mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan secara rutin sebagai langkah untuk skrinning stunting. Dalam kegiatan evaluasi masyarakat juga menerapkan rekomendasi menu yang diberikan.

Respon warga saat diberikan edukasi sangan positif dan mendukung, serta sebagian besar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari saat dilakukannya evaluasi, terbukti dengan adanya kemajuan langkah cuci tangan yang dicontohkan saat evaluasi. Masyarakat sekitar pun meminta agar poster edukasi yang digunakan untuk ditempel di papan pengumuman sekitar agar warga dapat melihat kembali sewaktu-waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun