Mohon tunggu...
putriardiani
putriardiani Mohon Tunggu... Konsultan - manusia biasa

belajar, belajar, belajar

Selanjutnya

Tutup

Money

Menghitung Biaya Produksi Rumit? Siapa Bilang?

30 Oktober 2020   17:10 Diperbarui: 1 November 2020   07:22 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biaya produksi adalah total keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi suatu barang. Banyak sekali komponen yang terkait dengan proses produksi, namun secara umum biaya produksi terdiri dari 5 (lima) elemen, yaitu:
1. Material Cost, biaya pembelian bahan.
2. Burden Cost, biaya penyusutan mesin yang secara langsung digunakan dalam proses produksi.
3. Labor Cost, biaya tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi.
4. Overhead Cost, biaya yang berkaitan dengan proses produksi di luar material, buden, labor dan juga subcont cost, contohnya biaya listrik dan air dan digunakan selama proses produksi.
5. Subcont Cost, biaya jasa pengerjaan proses produksi jika dilakukan oleh pihak ke 3 (tiga).

Banyak sekali perusahaan manufaktur mengalami kendala dalam menghitung atau menentukan biaya produksi karena masing-masing elemen di atas harus dihitung secara detail untuk mendapatkan nilai yang akurat. Permasalahan yang sering ditemui adalah:
1. Material yang digunakan dalam proses produksi sangat variatif dengan harga pembelian yang beragam. Selain itu jumlah pemakaian material dalam setiap proses produksi pun berbeda walaupun barang diproduksi sama. Hal tersebut disebabkan oleh dinamika dalam proses produksi, misalnya kualitas bahan, kerusakan mesin atau pun human error.
2. Sulitnya menghitung biaya penyusutan mesin sesuai pemakaian, karena tidak semua mesin digunakan dalam kapasitas maksimal.
3. Biaya tenaga kerja langsung harus dihitung secara detail berdasarkan keterlibatan langsung dalam proses produksi. Karena dalam 1 (satu) hari saja terjadi beberapa proses produksi dengan beberapa tenaga kerja sekaligus.
4. Banyaknya komponen overhead cost yang harus dihitung.
5. Subcont cost sulit dihitung jika sebagian proses dikerjaan oleh pihak ke 3, dan sebagian lagi dikerjakan sendiri, karena harus mengakumulasikan seluruh elemen biaya produksi.

Sebagian besar perusahaan manufaktur masih menghitungnya secara manual, namun tentunya keakuratan data akan sulit diperoleh. Biasanya nilai material cost yang digunakan pun bukanlah average cost namun mengambil harga pembelian terakhir. Padahal persediaan yang digunakan belum tentu persediaan terbaru dengan nilai harga pembelian yang sama. Selain itu, banyak elemen yang nilainya tidak dihitung secara detail namun ditentukan di awal alias "ditembak", misalnya saja pada nilai labor dan burden cost, padahal keterlibatan tenaga kerja langsung dan durasi pemakaian mesin bisa saja berbeda dalam tiap kali produksi.

Lalu bagaimana solusi agar perhitungan biaya produksi bisa lebih tepat? Hal ini akan sulit diterapkan jika kita masih menggunakan metode pencatatan dan perhitungan secara manual karena akan memerlukan banyak waktu dan ketelitian ekstra. Metode yang dapat ditempuh adalah dengan mengimplementasikan aplikasi terintegrasi seperti  Enterprise Resource Planning atau disebut juga ERP. Biaya produksi akan terhitung secara otomatis dari transaksi-transaksi yang terkait proses produksi secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya pencatatan:
1. Pemakaian bahan baku.
2. Durasi pengerjaan produksi.
3. Jumlah tenaga kerja langsung yang terlibat dalam proses produksi.
4. Realisasi hasil produksi.
5. Pencatatan nilai cost bahan baku yang terupdate secara otomatis saat ada transaksi yang berkaitan dengan cost, misalnya transaksi pembelian.

Pencatatan-pencatatan tersebut akan menjadi dasar perhitungan biaya produksi yang akan diintegrasikan satu sama lain sehingga membentuk nilai baiya produksi yang lebih tepat karena dihitung berdasarkan realisasi proses produksi bukan berdasarkan perhitungan yang nilainya "ditembak". Bahkan kita dapat mengetahui biaya produksi secara lebih detail per item maupun per job order/work order.

Bagi perusahaan manufaktur berskala besar, pengimplementasian aplikasi ERP bukanlah hal yang sulit, karena semahal apa pun nilai investasinya tidak akan menjadi penghalang. Namun bagi perusahaan berskala menengah tampaknya harus pintar-pintar mencari aplikasi ERP yang berkualitas namun tetap sesuai dengan kemampuan finansial perusahaan. Aplikasi ERP lokal seperti Sivensys ERP yang dikembangkan oleh PT. Siven Teknologi Informasi yang merupakan developer asal Indonesia bisa jadi solusinya. 

Semoga bermanfaat.

ERP lokal, ERP Indonesia
ERP Bandung, ERP Jawa Barat
software manufacture, aplikasi manufacture
software rumah potong ayam
software tekstil
web application, mobile application
ecommerce
https://sivensys.com
Sivensys ERP
PT. Siven Teknologi Informasi
ERP lokal buatan Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun