Pada masa sekarang ini, kemajuan sebuah negara sangat mempengaruhi dunia pendidikan. Terutama di lembaga pendidikan islam yang memiliki sebuah unsur yaitu, manusia merupakan unsur terpenting di dalam lembaga tersebut. Pendidikan ini bisa dikatakan maju, apabila bagaimana kemampuan seorang pemimpin dalam mengorganisasikan suatu lembaga. Maka dari itu, dibutuhkan kerja sama agar bisa menggerakan sumber daya, sehingga tujuan yang hendak ingin di targetkan dapat tercapai dan berjalan efektif dan efisien.
Di dalam lingkungan organisasi pasti ada seorang pemimpin dalam organisasi tersebut. Seperti, di lingkungan pondok pesantren ini yang memiliki seorang pemimpin yang disebut Kyai. Kyai merupakan sentra utama yang berdirinya di pondok pesantren. Pesantren adalah suatu lembaga atau sistem pendidikan islam yang tertua di Indonesia, yang tumbuh dan berkembang di seluruh masyarakat. Operasional pesantren ini memiliki nilai-nilai pokok yang tidak di miliki oleh lembaga lainnya. Seperti nilai-nilai pokok ini yaitu: (1) cara pandang kehidupan yang (Kaffah), (2) mempelajari suatu ilmu dan mengamalkannya (Long Life Education), (3) keikhlasan bekerja untuk melakukan tujuan bersama. Nah, Pada pembahasan kali ini, penulis akan menjelaskan yaitu seperti apakah sosok seorang kepemimpinan dan pola kepemimpinan di pondok pesantren.
Di pondok pesantren pemimpin yang memiliki kedudukan tertinggi adalah Kyai. Kyai merupakan sentra utama yang berdirinya di pondok pesantren Menurut asal usul dari kata Kyai, yaitu dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda: (1) sebagai gelarnya kehormatan bagi batang barang yang dianggap keramat, inti dari kalimat ini “Kyai Garuda Kencana” yang dipakai untuk sebutan “Kereta Emas” yang ada di Keraton Yogyakarta. (2) gelarnya kehormatan untuk sebagai contoh atau panutan kepada masyarakat. (3) sebagai gelar agama yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli dalam agama Islam, yang menjadikan seorang pemimpin pesantren dan mengajarkanya kitab-kitab Islam Klasik kepada para santirnya. Dan tidak hanya itu ia juga disebut seorang alim (orang mengetahui dalam pengetahun islam). (Zamakhsyari Dhofier: 2011, 93).
Kepemimpin kyai sangat begitu ditaati karena beliau memiliki penguasaan dalam ilmu pengetahuan, keahlian profesional, serta kekuatan moral yang dimilikinya. Pesona kepribadian seorang kyai adalah dicintai dan di jadikan contoh (panutan) sebagai figur yang meladani dan inspirasi bagi komunitas yang pimpinannya. Semakin konsisten dan konsekuan seorang kyai akan memenuhi kriteria dan prasyarat kepemimpinan yang ideal. Maka, semakin kuat ia dijadikan sebagai tokoh pemimpin, serta tidak hanya oleh komunitas pesantren yang dipimpin saja, melainkan juga seluruh umat islam dan masyarakat dalam skala nasional maupun internasional.
Di dalam kepemimpinan pasti ada pola yang dilakukan oleh pemimpin. Maka dari itu, macam-macam pola kepemimpinan kyai di pesantren di antaranya adalah:
- Pola Kepemimpinan Secara Individual
Kepemimpinan individual yang mewarnai pola relasi di lingkungan pesantren dan berlangsungnya dalam waktunya yang lama, sejak awal mula berdiri pesantren hingga sekarang ini. Kepemimpinan individual sangat terkesan kokoh bahwa pesantren yang miliki, milik pribadi seorang kyai. Oleh karena itu, pesantren tersebut milik pribadi kyai dan menjalankan perannya adalah kepemimpinan (M Dawam Rahardjo: 1985, 114).
Dengan demikian, kepemimpinan pesantren ini terkesan eksklusif, karena tidak ada celah yang masuk dalam pemikiran atau usulan dari luar walaupun ini baik dan mengembangkan pesantren. Namun, hal ini menjadi wewenang yang mutlak terhadap kyai.
Model kepemimpinan ini mempengaruhi eksistensi pesantren. Krisisnya kepemimpinan bisa terjadi, ketika kyai terjun dalam partai politik praktis. Kesibukan ini akan menurunkan perhatian terhadap pesantren serta tugas utamanya sebagai pembimbing terhadap santri dan aktivitas yang dilakukan pesantren menjadi terabaikan. Adapun pergantian pemimpin di pesantren, dilaksanakan apabila kyai yang menjadi pembina utama telah meninggal dunia. Maka, kepemimpinan akan digantikan dengan adik tertua atau saudaranya laki-laki atau bisa dengan dilangsungkannya putranya kyai. Kyai mengkader putra-putranya agar meneruskan kepemimpinannya di pesantren. Namun, apabila kaderasasi ini gagal, maka yang akan melanjutkan adalah menantu yang pandai atau menjodohkan putrinya dengan putra kyai lain.
Dengan demikian, bahwa kepemimpinan kyai memiliki posisi sangat menentukan kebijakan di semua segi kehidupan di pesantren. Hal ini menjadi cenderung menumbuhkan otoritas mutlak, dan hakikatnya akan berakibat fatal. Namun, kyai pada umumnya hanya pembina pesantren yang memegang (otoritas) mutlak dan tidak bisa diganggu atau di gugat oleh pihak manapun.
- Pola kepemimpinan yang kolektif
Kepemimpinan kolektif merupakan sebagai proses kepemimpinan yang berkolaborasi saling menguntungkan, memungkinan semua elemen institusi turut ambil dalam membangun sebuah kesepakatan dan mengakomodasikan tujuan bersama. Kolaborasi yang dimaksud adalah tidak hanya setiap orang yang dapat menyelesaikan tugasnya, melainkan yang terpenting adalah kerja sama yang dilakukan dan saling mendukung satu sama lainnya (Amin Hadari dan M Ishom El Saha: 2004, 22).
Model kepemimpinan kolektif ini menjadi sebuah solusi strategis terhadap kyai, dan menjadikannya sebuah keringanan karena ditangani bersama dengan sesuai tugasnya masing-masing. Sebagai pesantren yang menjadi pengaruh se-Jawa-Madura, pada 1984 pesantren di Tebiung mendirikan sebuah Yayasan Hasyim Asy’ari yang mengelola seluruh mekanisme di pesantren secara kolektif.