Iklan Layanan Masyarakat (ILM) bisa diartikan sebagai pesan atau pengumuman yang disebarkan tanpa biaya kepada masyarakat untuk mendukung program, kegiatan, atau layanan yang disediakan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, atau untuk mendukung inisiatif sosial yang dikelola oleh organisasi nirlaba. Selain itu, iklan layanan masyarakat juga bisa berupa pemberitahuan lain yang dianggap bermanfaat bagi masyarakat secara umum (Crompton dan Lamb, 1986: 428).
      Iklan Layanan Masyarakat (ILM) adalah bentuk iklan yang bersifat sosial dan independen. Ia tidak terikat pada aspek bisnis, politik, atau agama. Secara visual, ILM tidak berbeda jauh dengan iklan komersial, dan keduanya bertujuan sebagai media komunikasi visual untuk memengaruhi audiensnya, mendorong mereka untuk mengikuti pesan yang terkandung dalam ILM tersebut. Oleh karena itu, perencanaan ILM mengikuti prinsip-prinsip yang sama seperti perencanaan iklan komersial.
      Analisis isi (content analysis) adalah suatu metode penelitian yang mengkaji secara mendalam isi dari informasi tertulis atau dicetak dalam berbagai media massa. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Harold D. Lasswell, yang memperkenalkan teknik symbol coding, yaitu proses pencatatan lambang atau pesan secara sistematis, yang kemudian diberi interpretasi. Penulis menganggap bahwa analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis berbagai jenis komunikasi, termasuk surat kabar, berita radio, iklan televisi, dan berbagai dokumen lainnya. Oleh karena itu, dalam pesan yang disampaikan melalui Iklan Layanan Masyarakat berjudul "Jingle Cerdas Memilih Tontonan," terlihat bahwa isi pesan dalam iklan ini dirancang sedemikian rupa agar bersifat inspiratif dan menarik, dengan tujuan menyampaikan pesan terkait tentang filtrasi tontonan kepada penonton. Dalam penjelasan berikut, akan diuraikan lirik serta berbagai adegan yang terdapat dalam iklan tersebut.
      Iklan Layanan Masyarakat ini dimulai dengan menampilkan seorang anak laki-laki yang sedang asyik bermain dengan handphone di kamarnya. Kemudian adegan berlanjut ke luar angkasa, di mana sebuah roket berubah menjadi dua orang dewasa yang sedang bermain bola. Ternyata, semua ini adalah konten yang sedang ditonton oleh si anak.
Selanjutnya, anak itu melihat seorang konten kreator yang sedang membuat video kreatif. Namun, si anak bingung dan tidak mengerti maksud dari video tersebut. Lalu, adegan berikutnya menampilkan teks berjalan yang berisi berita palsu (hoaks) dan narasi berita negatif yang sedang ditonton oleh si anak. Ia juga melihat seorang konten kreator lainnya yang sedang melukis dan seorang lagi yang sedang bermain piano. Dalam adegan selanjutnya, ibu si anak laki-laki masuk ke kamar bersama adik perempuannya. Si anak pun memperlihatkan video konten piano yang ia tonton tadi, dan ibunya merasa senang. Si anak merasa terinspirasi dan tertarik untuk menjadi seorang pianis. Dengan memilih tontonan yang cerdas, anak-anak dapat terinspirasi dan mendapatkan pengalaman yang positif. Iklan ini mengajak penonton untuk bijak dalam memilih konten yang mereka tonton, sehingga mereka dapat terhindar dari hoaks dan berita negatif, serta mendapatkan inspirasi yang lebih positif. Â Â Â
Adegan selanjutnya menampilkan seorang anak laki-laki lain yang sedang bermain di laptop. Namun, ia tiba-tiba terperangkap dalam lautan informasi hoaks dan berita negatif, dan sayangnya, ia terus meneruskannya. Â Kemudian, ada perbandingan antara tontonan anak-anak yang mendapatkan bimbingan dari orang tua mereka dan yang tidak mendapatkan bimbingan. Anak laki-laki dari adegan awal menjadi lebih positif dan fokus pada minatnya untuk bermain piano, sedangkan anak laki-laki yang terjatuh dalam lautan informasi negatif terus berselancar tanpa menyaring informasi.
Adegan lain menunjukkan konten-konten yang tidak sesuai dengan norma masyarakat. Anak laki-laki dari adegan awal bisa menyaring konten tersebut dan tidak meniru perilaku yang tidak pantas, karena ia fokus pada minatnya untuk bermain piano. Selanjutnya, tampil gambar otak anak yang penuh dengan warna-warni, menggambarkan bahwa dengan memilih tontonan yang tepat, anak-anak dapat mengembangkan diri mereka sesuai dengan arahan orang tua dan kesadaran mereka dalam menyaring tontonan.
Iklan ini diakhiri dengan penampilan sumber video, yaitu Lembaga Sensor Film Republik Indonesia, yang memberikan pesan penting tentang pentingnya pemilihan tontonan yang cerdas dan positif. Dengan begitu, anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam lingkungan media yang sehat.
Berikutnya adalah analisis lirik yang akan dijelaskan di bawah ini,
Berpacunya teknologi
Menyebarkan informasi
Mudahkan penetrasi
Merasuki generasi
Tak ada filterisasi budaya
      Dalam lirik tersebut, kita melihat bahwa "teknologi" adalah tanda yang menggambarkan perkembangan teknologi dan komunikasi. "Menyebarkan informasi" mencerminkan peran media dalam menyampaikan berbagai informasi. "Mudahkan penetrasi" menunjukkan bahwa teknologi memungkinkan informasi mencapai banyak orang. "Merasuki generasi" menggambarkan pengaruh media terhadap generasi muda. Akhirnya, "Tak ada filterisasi budaya" menyoroti pentingnya pemilihan tontonan yang bijak untuk menjaga nilai-nilai budaya. Dalam keseluruhan lirik, pesan yang disampaikan adalah pentingnya kesadaran dalam memilih tontonan dalam era teknologi dan media yang begitu dominan, terutama untuk melindungi budaya dan generasi muda dari pengaruh yang mungkin tidak diinginkan.
Ujaran kebencian
Sadistis pornografi
Isu politik dan SARA
Memecah belah bangsa
Eksploitasi ke anak-anak
      Lirik ini  mencakup beberapa isu sensitif dalam masyarakat, dan dapat diuraikan sebagai berikut:  Lirik pertama "Ujaran Kebencian," mencerminkan kekhawatiran tentang penyebaran pesan yang mengandung kebencian, diskriminasi, atau intoleransi terhadap kelompok tertentu melalui media. Isu ini telah menjadi perhatian serius karena penggunaan media sosial yang sering digunakan sebagai platform untuk menyebarkan ujaran kebencian.
Lirik berikutnya, "Sadistis Pornografi," merujuk pada konten pornografi yang menggambarkan tindakan kekerasan atau sadisme. Hal ini menunjukkan keprihatinan terhadap dampak negatif dari konten pornografi yang bisa merusak moral dan kesejahteraan individu. Kemudian, "Isu Politik dan SARA" mengacu pada ketegangan politik dan konflik sosial yang sering kali muncul dalam konteks isu-isu politik dan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Isu-isu ini dapat memicu ketegangan dan konflik yang memecah-belah masyarakat.
"Memecah Belah Bangsa" menyoroti potensi media dalam memecah belah persatuan nasional dengan menyebarkan pesan yang memperkuat perpecahan sosial dan politik. Ini mencerminkan kekhawatiran atas dampak media terhadap konflik dan ketegangan dalam masyarakat. Terakhir, "Eksploitasi ke Anak-anak" merujuk pada penyalahgunaan atau eksploitasi anak-anak dalam konteks media. Ini menggarisbawahi perlunya melindungi anak-anak dari dampak negatif media, terutama dari konten yang tidak sesuai untuk usia mereka.
Jangan salah memilah
Memillih tontonan yang berguna
Tak semua itu baik untuk kita
Â
Jangan salah memilah
Memillih tontonan yang berguna
Karna tak semua baik untuk kita
      Lirik "Jangan salah memilah" adalah sebuah peringatan yang kuat, menggarisbawahi betapa pentingnya kita sebagai penonton untuk membuat pilihan yang bijak dalam memilih apa yang kita tonton. Ini merupakan sebuah tanda yang memaksa kita untuk memeriksa secara kritis tontonan yang kita pilih.
Kemudian, "Memilih tontonan yang berguna" adalah pernyataan bahwa kita harus lebih memilih tontonan yang memberikan manfaat atau nilai positif. Ini adalah tanda yang menegaskan bahwa kita sebaiknya lebih selektif dalam memilih tontonan yang mendukung pembelajaran dan perkembangan positif.
Namun, pesan ini juga datang dengan peringatan tambahan, "Tak semua itu baik untuk kita." Ini adalah tanda yang menggarisbawahi bahwa tidak semua tontonan cocok atau sehat untuk kita konsumsi. Ada banyak konten yang mungkin tidak bermanfaat atau bahkan berpotensi merugikan, dan kita harus berhati-hati dalam memilihnya.
Pengulangan lirik dua kali dalam jingle ini mungkin dimaksudkan untuk memberikan kesan dan pengingatan yang kuat. Pembuat jingle ingin memastikan bahwa pesan tentang pentingnya memilih tontonan dengan bijak benar-benar tersampaikan dan ditanamkan dalam pikiran penonton. Dengan demikian, pesan ini adalah panggilan kepada penonton untuk aktif dalam pemilihan tontonan mereka dan untuk berpikir kritis tentang dampak yang mungkin dimilikinya.
     Â
Agar selalu awas memilah sendiri
Budayakan menyensor sendiri
Budaya sensor mandiri
      Lirik "Agar selalu awas memilah sendiri, budayakan menyensor sendiri, budaya sensor mandiri" mengandung pesan yang mendalam tentang tanggung jawab individu dalam mengonsumsi media. Lirik ini menggarisbawahi pentingnya penonton untuk berpikir kritis dan selektif dalam memilih tontonan mereka.
"Pandai memilah sendiri" merupakan sebuah pesan yang mengingatkan kita untuk tidak hanya menerima apa pun yang disajikan oleh media tanpa pertimbangan. Ini mendorong kita untuk menjadi penonton yang cerdas, mampu memilah mana yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai pribadi kita.
"Budayakan menyensor sendiri" adalah pesan tambahan yang menyatakan bahwa kita juga memiliki peran dalam menyaring dan menilai konten media. Ini berarti kita harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi konten yang mungkin tidak sesuai, berbahaya, atau tidak mendidik, dan kemudian membuat keputusan untuk tidak mengonsumsinya.
Terakhir, "budaya sensor mandiri" adalah sebuah panggilan untuk membentuk budaya di mana individu-individu memiliki kemampuan untuk melakukan penyensoran sendiri terhadap media yang mereka konsumsi. Pesan ini merangsang pemirsa untuk aktif dalam pengambilan keputusan mereka tentang apa yang mereka tonton dan bagaimana media memengaruhi pemikiran dan perilaku mereka. Keseluruhan, pesan dalam lirik ini menekankan pentingnya kesadaran dan tanggung jawab individu dalam mengonsumsi media serta kemampuan untuk mengambil tindakan yang cerdas dan bijak dalam memilah tontonan.
Kesimpulannya adalah bahwa iklan ini memiliki pesan yang sangat relevan dan penting dalam era modern di mana media dan teknologi informasi semakin mendominasi kehidupan sehari-hari. Iklan ini menyoroti pentingnya pemilihan tontonan yang cerdas, bijak, dan selektif. Pesan dalam iklan ini mendorong penonton untuk lebih berpikir kritis tentang konten media yang mereka konsumsi dan untuk menjadi lebih sadar akan dampaknya pada perkembangan pribadi, budaya, dan sosial.
Selain itu, iklan layanan masyarakat tentang tontonan juga menekankan peran orang tua dan keluarga dalam membimbing anak-anak mereka dalam memilih tontonan yang sesuai dengan usia dan nilai-nilai keluarga. Iklan ini juga menyoroti potensi risiko yang terkait dengan konten media yang tidak sesuai, seperti ujaran kebencian, pornografi, isu politik dan SARA, serta dampak negatif pada anak-anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H