Mohon tunggu...
Putri Anisa Solehah
Putri Anisa Solehah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Semangat demi masa depan!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cita-cita dan Harapan

24 Februari 2021   15:29 Diperbarui: 24 Februari 2021   15:36 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Waktu malam yang singkat
Membuat hati ini terpikat
Bagai jutaan bintang yang menerangi
Membuat aku semakin yakin akan harapan
Sebuah cita-cita yang aku dambakan

Aku adalah anak kecil yang telah di tinggalkan oleh kedua orang tua ku. Umur ku berusia 12 tahun, kini aku menginjak sekolah menengah pertama. Aku di besarkan oleh seorang nenek yang dimana sekarang sudah hampir menua. Aku mempunyai banyak harapan dan cita-cita yang ingin aku rajut. Kini sinar di pagi hari mulai terasa menggerogoti badan ku. Ketika aku terbangun, "Astaga aku kesiangan ini sudah tepat pukul 07:30 wib, waktu ku sebentar lagi. " Sambil berteriak. Sang nenek pun kaget secara tergesa-gesa melangkah ke depan kamar dan langsung bertanya kepada ku, "Ada apa neng, mengapa berteriak seperti itu? " Aku pun menjawab : "Mengapa nenek tidak membangunkan aku? Aku kesiangan nek untuk berangkat sekolah. " Nenek menghela nafas nya lalu menjawab, "Bukankah hari minggu libur sekolah?" Aku merasa bingung dan langsung melihat sebuah kalender yang akhirnya, "Ah sial, bisa-bisa nya aku lupa hari. Maaf nek sudah membuat kaget akan teriakan ku dan ternyata tidak ada hasilnya. " Sambil menunduk. Nenek tersenyum dan berkata : "Tidak apa-apa neng, lain kali jangan buat nenek seperti ini lagi."

Seraya membersihkan tempat tidur, aku langsung memasuki sebuah ruangan dingin bagai banyak nya tumpukan es salju yang telah mencair. Dalam hati berkata, mengapa rasanya aku malas sekali hari ini terasa seperti di Jepang saja. Dengan begitu banyak nya argumen dalam hati dan pikiran, akhirnya aku melewati semua itu. Setelah badan ku terasa sejuk dan segar, aku menemui nenek yang seraya tadi berada di dalam ruangan yang panas. Aku pun berkata : "Sedang apa nenek disini?" Nenek menjawab :"Ini lagi menyiapkan sarapan untuk mu sambil nenek membuat kue untuk di jual nantinya." Dalam hati aku berkata, nenek begitu sangat menyayangiku sampai selalu menyiapkan sarapan untukku terlebih dahulu. "Oh iya nek, nanti aku bantu jualan ya." Kata aku.

Beberapa menit kemudian aku dan nenek bersiap-siap untuk berjualan kue keliling. Selama di perjalanan aku bertemu dengan orang-orang yang dekat bersama kedua orang tua nya, bercanda tawa bersama. Dalam hati berkata, "Apakah aku bisa seperti mereka? Mengapa kedua orang tua ku pergi meninggalkan ku setelah sekian lamanya." Wajah berkaca-kaca. "Ada apa neng kok berhenti disini?" Sambil memperhatikan sekitar nya. Aku menghiraukan pertanyaan nenek aku sendiri sampai akhirnya nenek ku menepuk punggung ku dan berkata kembali :"Apa neng menginginkan itu?" Dengan kaget nya aku berkata, "Eh iya, tidak nek." Sambil melanjutkan perjalanannya.


***

Bel berbunyi menandakan sebuah pembelajaran akan segera di mulai.

"Selamat pagi anak-anak." Kata Bu Cantik. Semua murid menjawab :"Pagi Bu" Setelah pembelajaran berlangsung, Bu Cantik menugaskan kepada semua murid untuk membuat sebuah puisi yang bertema bebas. Sorak aku yang penuh dengan semangat "Hore akhirnya ada peluang untuk aku mewujudkan cita-cita ku." Sambil tertawa girang. "Lo senang, lah gua malas banget bikin puisi rasanya seperti harus memasuki ruangan yang penuh dengan binatang buas." Kata Rendy. "Hahaha, makanya belajar yang benar, jangan bergurau saja." Kata Aku.

Sebuah karya sastra puisi memang terbilang sangat sulit apalagi harus menuangkan sebuah kata-kata, tetapi aku sangat menyukai nya. Ada salah satu sastrawan yang aku kagumi yaitu Chairil Anwar. Ia adalah salah satu sastrawan terkenal dan mendapatkan julukan sebagai "si Binatang Jalang" dari karyanya yang berjudul Aku. Setelah membaca berbagai karya puisi Chairil Anwar, aku mempunyai semangat yang penuh untuk menjadi sastrawan sepertinya. Tulisan karya ku mungkin tidak sebagus dia, tetapi aku mempunyai ciri khas aku sendiri. Dengan rasa percaya diri aku berani, pantang menyerah sebelum beraksi.


***

Ketika senja telah menjemput, aku dan nenek beranjak untuk pulang ke rumah kue yang diperjualkan tadi sudah habis. Setelah aku membersihkan semuanya, aku teringat akan hal tadi yaitu ketika melihat orang-orang bahagia bersama keluarganya. Dengan sentuhan angin di malam hari, bisikan burung yang berkicau, seperti membuat aku terbawa oleh nya. Aku pun membayangkan akan sebuah keluarga yang harmonis diadakannya ada aku yang bermain bersama ayah dan ibu. Apa aku bisa? Kemana ayah dan ibu ku pergi? Mengapa mereka meninggalkan aku? Apa aku tidak diinginkan di dunia ini? Sambil meneteskan air mata yang tak sengaja keluar.

Secara tidak sengaja nenek melihat aku sedang menangis, kemudian mendekati ku dan bertanya :"kenapa menangis neng? Apa neng merindukan sosok ayah dan ibu? Cerita sama nenek, jangan kayak gini." Aku pun menjawab :"Iya nek, kenapa ayah dan ibu meninggalkan aku? Aku rindu sosok mereka aku ingin bisa melihat mereka sebentar saja nek, apa aku bisa?" Sambil menangis terbata-bata. Nenek pun memeluk sang cucu dan berkata, "Neng, mungkin ini saatnya neng harus tahu, nenek tidak tahu ayah dan ibu neng kemana, semenjak perpisahan yang terjadi diantara mereka satu persatu menghilang tanpa ada kabar bilangnya kerja tapi sampai sekarang belum kembali pulang." Mendengar penjelasan yang diberikan oleh sang nenek, aku pun menangis sejadi-jadi nya. Yang terlintas dalam pikiranku yaitu apakah mereka tidak merindukan aku. Tetapi sudahlah semua ini telah terjadi, aku akan berjuang untuk bisa menggapai semua cita-cita ku untuk membahagiakan nenek tercinta. Karena dia lah yang selama ini merawat dan membesarkan aku. Selain itu, aku berharap suatu keajaiban datang menghampiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun