Mohon tunggu...
Putri Anggriani
Putri Anggriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Lingkungan dan Budaya Dalam Perkembangan Sosial Emosional

19 Januari 2025   18:08 Diperbarui: 19 Januari 2025   18:08 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lingkungan dan budaya memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan sosial-emosional seseorang. Keduanya memberikan konteks tempat individu belajar, memahami, dan mengelola emosi, serta membangun hubungan sosial. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai peran masing-masing:

1. Peran Lingkungan dalam Perkembangan Sosial-Emosional
Lingkungan mencakup keluarga, sekolah, teman sebaya, dan masyarakat tempat individu tumbuh. Berikut perannya:

a. Keluarga sebagai Lingkungan Pertama
Pengasuhan: Pola asuh orang tua (otoriter, permisif, demokratis) sangat memengaruhi bagaimana anak belajar mengelola emosi dan berinteraksi dengan orang lain.
Pola asuh demokratis cenderung menghasilkan anak dengan keterampilan sosial-emosional yang baik, seperti empati dan percaya diri.
Pola asuh otoriter atau abaikan dapat memicu kecemasan, kurangnya empati, atau ketidakmampuan beradaptasi secara sosial.
Modeling Perilaku: Anak belajar dengan meniru perilaku emosional orang tua, seperti bagaimana mereka menangani stres atau menyelesaikan konflik.

b. Sekolah dan Pendidikan
Interaksi Sosial: Lingkungan sekolah adalah tempat anak-anak belajar keterampilan sosial seperti berbagi, bekerja sama, dan menyelesaikan konflik.
Dukungan Guru: Guru yang memberikan dukungan emosional dapat membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan keterampilan emosional.
Program Sosial-Emosional: Sekolah yang menerapkan program pembelajaran sosial-emosional (SEL) dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola emosi dan membangun hubungan positif.

c. Teman Sebaya
Belajar melalui Interaksi: Teman sebaya membantu anak mempelajari norma sosial, kerja sama, dan cara mengatasi konflik.
Dukungan Sosial: Memiliki teman sebaya yang mendukung dapat meningkatkan stabilitas emosional dan kesejahteraan mental.

d. Media dan Teknologi
Media, termasuk televisi, internet, dan media sosial, membentuk cara anak memandang diri sendiri dan orang lain.
Paparan media yang positif dapat memperkuat empati dan kesadaran sosial.
Paparan konten negatif, seperti cyberbullying atau kekerasan, dapat merusak perkembangan emosional.

2. Peran Budaya dalam Perkembangan Sosial-Emosional
Budaya menyediakan nilai, norma, dan tradisi yang memengaruhi cara individu memahami dan mengekspresikan emosi serta membangun hubungan sosial.

a. Norma Sosial
Ekspresi Emosi: Setiap budaya memiliki aturan yang berbeda tentang bagaimana emosi diekspresikan. Contohnya:
Budaya Barat cenderung mengajarkan ekspresi emosi secara terbuka.
Budaya Timur lebih menekankan pengendalian emosi untuk menjaga harmoni sosial.
Nilai Kolektivisme vs Individualisme:
Budaya kolektivis (seperti Asia) menekankan hubungan sosial, kerja sama, dan menjaga keharmonisan kelompok.
Budaya individualis (seperti Barat) menekankan kebebasan individu, harga diri, dan pencapaian pribadi.

b. Peran Tradisi dan Ritual
Tradisi budaya membantu individu belajar tentang norma sosial dan emosional melalui ritual, perayaan, atau upacara.
Contoh: Upacara adat yang melibatkan gotong royong dapat mengajarkan kerja sama dan empati.

c. Sistem Kepercayaan
Agama dan nilai spiritual yang diajarkan oleh budaya membentuk cara individu memandang hubungan antar manusia dan bagaimana mereka mengatasi kesulitan emosional.

d. Pendidikan Moral
Budaya sering menentukan nilai-nilai moral yang diajarkan, seperti pentingnya rasa hormat, tanggung jawab, atau cinta kasih, yang berkontribusi pada perkembangan sosial-emosional individu.

Kesimpulan
Perkembangan sosial-emosional individu adalah hasil interaksi antara lingkungan dan budaya. Lingkungan seperti keluarga, sekolah, dan teman sebaya memberikan pengalaman langsung yang membentuk keterampilan sosial-emosional. Sementara itu, budaya memberikan kerangka nilai dan norma yang menjadi panduan dalam memahami dan mengekspresikan emosi serta membangun hubungan sosial. Oleh karena itu, kombinasi yang positif dari lingkungan dan budaya sangat penting untuk perkembangan sosial-emosional yang sehat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun