Ya, laki-laki itu kini kian dekat dengan Ayu. Namun, mereka belum pernah bertemu untuk sekedar mengetahui satu dengan yang lain. Ayu cukup merasa nyaman dengan yang sekarang berjalan.
Tak lama berselang lelaki itu akhirnya meminta izin untuk bertemu. Ayu menceritakan bahwa dirinya bukanlah berasal dari daerah itu. Ayu menantang laki-laki itu untuk langsung datang ke rumah orang tuanya di Kota. Jika memang serius pasti dia akan datang, bisik Ayu dalam hati.
Malam hari itu Ayu hanya berkata pada ibunya bahwa besok pagi akan ada yang datang kerumah untuk menyatakan keseriusan untuk meminang Ayu. Ayah dan Ibu Ayu hanya tersenyum dan sudah siap untuk menyambut calon menantu. Keesokan harinya tak pernah disangka bahwa ternyata laki-laki yang ayu kenal melalui temannya itu benar-benar datang dengan membawa hantaran lengkap dengan perahu hias, persis seperti yang dilihat oleh Bu Am waktu itu.
Penantian Bu Am selama ini akhirnya datang, perahu hias dengan ornamen yang sarat akan makna telah berlabuh dirumah Bu Am untuk meminang anak gadisnya.
Ayu melihat wajah ibunya yang merona bahagia dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Rangkaian prosesi adat pu digelar satu per satu. Gadis kecil Bu Am benar-benar dipinang oleh laki-laki dari daerah yang adatnya sangat dikagumi oleh Bu Am karena sangat mengharigai kaum perempuan. Keluarga orang asli daerah setempat dan keluarga pendatang dari rantau kini bersatu dalam kesakralan adat bumi serentak bak regam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H