Mohon tunggu...
Putriana Supriatin
Putriana Supriatin Mohon Tunggu... Guru - Guru Lintas Mata Pelajaran

saya menyukai tantangan dalam dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Takbir di Hati Eddy

30 Mei 2023   17:00 Diperbarui: 30 Mei 2023   16:57 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat seorang anak akan merantau tentu keluarganya lah yang menjadi gamang. Ada kekhawatiran yang dirasakan oleh Ibu, Ayah, Kakak dan Adiknya. Apalagi seorang anak tengah yang memiliki personil yang lengkap. Walau perseteruan dan adu argumentasi acap kali mewarnai kehidupan sebagai saudara, itu semua sama sekali tidak mengurangi rasa cinta kasih antara mereka.

 Apapun yang terjadi, sekarang sudah tidak ada lagi yang menghalangi keputusan Eddy untuk merantau ke ibukota. Urusannya di program kontrak salah satu balai konstruksi sudah dia selesaian, dari muai proyek jalan setapak hingga samapai pada pelaporan administrasinya. Semua temannya pun mendukung dia untuk berkarya di perusahaan yang lebih besar agar segala potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan dengan optimal.

Tak berselang lama, stelah resign dari pekerjaan lama, Eddy mengikuti serangkaian tes yang diadakan oleh beberapa perusahaan yang dilamarnya. Disela-sela itu dia pun sempat mencoba peruntungan dengan mengikuti tes menjadi abdi negara sesuai dengan keinginan Bapak. Tetapi ternyata belum ada peruntungan untuk menjadi pegawai negeri sipil sesuai dengan ekspektasi orang tua.

Hari itu pun tiba, Eddy mengabarkan pada Amak bahwa dia sudah diterima di salah satu perusahaan besar dikota besar. Amak dan Bapak ikut gembira mendengarnya. Saat itu juga Eddy mengabarkan ke Mbaknya bahwa besok dia akan berangkat dengan menggunakan pesawat siang. Mbak menerima kabar itu dengan perasaan senag karena adiknya terlihat bahagia menyambut pekerjaan berikutnya di tempat yang baru. Paginya Mbak dan Abang ipar Eddy pun berangkat ke kota menuju bandara. Perasaan seorang kakak tak dapat lagi ditutupi, sepanjang perjalanan, entah mengapa sangat sulit bagi ibu dua orang anak ini untuk membendung air yang terus keluar dari matanya. Beberapa kali dia membuka helmnya berharap agar dapat menahan kesedihannya. Teringat semua hal yang dia lakukan bersama adiknya itu, walau memiliki dua orang adik laki-laki. Tetapi semuanya memiliki keistimewaan masing-masing. Hanya saja adiknya yang satu ini memang sangat berkesan karena sering sekali mendapatkan hukuman darinya ketika melanggar peraturan atau lewat jam bermain. Meraka bahkan memiliki ‘kode’ khusus yang maknanya hanya dapat dimengerti oleh keduanya.  

Sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya si mbak tiba di bandara. Setelah turun dari motor, ia bergegas menyambar ponsel yang dietakkan didalah jok, kemudian menelefon Amak untuk mengetahui dimana posisi mereka. Makin panik ketika Amak mengatakan Eddy sudah mau berangkat. Mbak dan suaminya lalu berlari kecil menuju terminal keberangkatan. Huft...akhirnya mereka bertemu. Mereka sempat berfoto bersama dengan mata yang hampir semuanya berkaca-kaca. Eddy teringat momen saat dia baru akan memulai kuliah di luar kota dahulu. Dilepas diterminal bus dengan mendapati dua orang perempuan yang menagis yaitu ibu dan mbaknya.

Setibanya di ibukota, Eddy dan temannya mencari tempat untuk memakan bekal yang dibawakan oleh Amak. Kehidupan barunya sebagai anak rantau di ibukota dimulai hari itu.

Bulan pertama di rantau, Eddy tinggal bersama temannya yang sudah lebih dulu bekerja di kota itu. Mereka tinggal disebuah kosan kecil. Untuk hal tempat tinggal ini Eddy sudah mentagetkan untuk tidak akan berlama-lama menumpang. Tentunya demi alasan hubungan pertemanan, keamanan dan kenyamanan.   

Memasuki kantor baru dengan suasana dan orang-orang baru. Bekerja di kota besar bukan pengalaman baru untuk laki-laki dua puluh tujuh tahun tersebut. Sebagai anak laki-laki tertua di keluarganya Eddy sudah banyak mengumpulkan pengalaman. Jadi dirinya lebih siap  ketika dia harus bekerja di kota besar, bertemu lingkungan sosial yang baru dan mengurus diri sendiri karena jauh dari orang tua.

Sebelum memutuskan untuk mengadu nasib di ibu kota,. Eddy melewati pergolakkan batin dengan dirinya sendiri. Satu sisi dia ingin berkumpul bersama keluarganya dengan bekerja di kota kelahirannya saja. Namun, disis lain dia ingin sekali untuk mengembangkan diri dengan berkarya atas nama pribadi dan mencari pekerjaan juga atas nama pribadi. Bukan dengan melakukan tindak nepotisme. Dia menghindari dirinya dari cemoohan yang mungkin akan diterimanya ketika bekerja satu kantor dengan ayahnya. Dia ingin berdiri diatas kakinya sendiri. Sebagai manusia yang berintegritas dan memiliki harga diri dan nilai. Ia ingin karyanya dihargai bukan dengan embel-embel karena anak siapa dan siapa orang tuanya.  

Satu bulan berlalu dinegeri orang. Eddy mulai menikmati ritme pekerjaan dan kehidupan barunya di rantau. Eddy sudah pindah dan menempati kosannya sendiri. Sesuai target yang ia buat, bahwa ia tidak akan berlama-lama menumpang dengan temannya. Walaupun tertatih tapi ia yakin untuk merdiri sendiri. Ia menjalankan hidup hemat dengan memasak makanan sendiri dan membawanya kekantor sebagai bekal. Dia memang pintar memasak, lebih tepatnya hobi memasak. Jadi wajar saja jika keluarganya sering merindukan masakannya.  

Bulan ramadhan tiba, Eddy melewati bulan puasa ditanah rantau. Beberapa kaibunya membuat panggilan video dan tak pernah dijawabnya. Tapi dia menggantikan dengan berkomunikasi lewat media pesan singkat. Ibunya mengerti sekali jiwa anaknya. Eddy memang cengeng dari kecil dulu. Ibunya juga selalau tak kuasa menahan tangis ketika rindu semakin menusuk. Sebenarnya Eddy pun demikian, alasan terbesarnya jarang menjawab panggilan video karena dia tak sanggup untuk melihat ibunya menangis.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun