“Mak, Eddy pengen resign.”
Hanya itu kata-kata yang ia keluarkan untuk menjawab pertanyaan dari ibunda.
Akhir pekan berlalu, semua orang kembali pada rutinitas pekerjaan yang ritmenya terkadang membuat bosan dan penat. Namun, apa mau dikata , manusia harus tetap bekerja untuk bertahan hidup dan keberadaannya.
Program kontrak kerja yang diikuti oleh Eddy semakin lama menunjukkan kemunduran, khususnya dalam hal administratif. Masalah tersebut diantaranya adalah soal pembayaran upah. Keterlambatan pembayaran upah hingga spesifikasi bahan konstruksi yang tidak sesuai membuatnya semakin yakin untuk mengajukan pengunduran diri sebagai tenaga kontrak pada program kementerian tersebut.
Rencana resign yang awalanya hanya diketahui oleh teman-temannya kini telah terdengar oleh manager.
Alih-alih mengajukan surat pengunduran diri, Eddy dan teman-temannya justru dipindahtugaskan ke daerah lain. Masit tetap berlokasi di pinggiran kota dan dengan kontrakan yang baru. Namun kali ini ia dan teman-temannya memutuskan untuk berulang saja karena lokasi kerjanya dinilai masih cukup dekat dengan rumah.
Etos kerja dan kegigihan Eddy memang tak diragukan lagi. Laki-laki yang menamatkan pendidikan sarjana tehnik sipil dengan tepat waktu ini memang memiliki motivasi yang besar dalam dirinya. Terlebih, setelah kuliah dia langsung mengambil tambahan sertifikat K3 yang menjadi syarat untuk bekerja di perusahaan besar. Dengan semangat dan profesionalitas yang dimilikinya maka dia bertekad akan menyelesaikan semua proyek yang sedang berjalan. Kebetulan memang pada saat pindah tugas ini dialah yang menjadi ketua pelaksana proyek. Jadi dia memiliki misi untuk menuntaskan pekerjaan tersebut.
Eddy kini memiliki jobdesk tabahan setelah pulang kerja yaitu menjadi seorang jobseeker. Lelaki berkacamata itu mulai browsing mencari pekerjaan yang tepat untuknya. Surel yang berisi resume, deretan sertifikat pendukung yang diharapkan dapat menarik simpati para HRD sengaja di tautkan kedalam satu folder.
Pada hari ikut, akhir pekan kesekian saat ia pulang kerumah ibunya. Sore itu dia menyempatkan diri untuk lebih lama duduk dimeja makan untuk menceritakan keinginannya kepada ibunda. Pada saat itu dia menceritakan urutan peristiwa yang ia rasakan kepada Amak. Diakhir cerita, Amak pun menyetujui keinginan besar anak lelakinya itu. Yah, satu kata paling horor yang mau tidak mau harus di dengatkan dan keputusan yang harus dihormati. ‘Merantau’ adalah sebuah keputusan yang sudah matang dipikirkan oleh Eddy, anak kedua dari tiga bersaudara. Sebagai anak tengah, ia menempati posisi yang paling lengkap dalam kepemilikan saudara yaitu, memiliki kakak dan memiliki adik.
Amak lalu menyampaikan semua yang diceritakan oleh Eddy kepada Mbak, anak perempuan Amak yang tinggal di kota kabupaten jauh dari rumah, namun jaraknya masih dapat ditempuh selama satu jam perjalanan.
Setelah Amak menceritakan semuanya, tak banyak kata yang diutarakan oleh anak perempuannya itu. Mbak sangat menyambut baik dan menghargai keputusan adiknya untuk merantau.