Dalihan na Tolu mengatur hubungan dan tanggung jawab antara ketiga elemen tersebut. Boru memiliki peran sebagai kelompok perempuan dalam masyarakat Batak dan menjadi pilar utama dalam sistem ini.Â
Boru-Bere, sebagai saudara laki-laki dari ibu atau para suami yang berasal dari keluarga ibu, memiliki tanggung jawab untuk melindungi, membantu, dan mendukung kelompok boru. Kelompok marga, yang mencakup semua orang dengan nama marga yang sama, juga memiliki peran dalam memelihara adat, mengatur warisan, dan menjaga keharmonisan keluarga besar.
Prinsip Dalihan na Tolu mencerminkan solidaritas, saling ketergantungan, dan keharmonisan dalam masyarakat Batak. Setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya, dan hubungan timbal balik ini menjadi dasar dalam kehidupan sosial yang kuat dalam masyarakat Batak. Konsep ini juga mencakup nilai-nilai seperti gotong royong, adat, kejujuran, keadilan, dan saling menghargai antar anggota keluarga dan masyarakat.Â
Dalam konteks Dalihan na Tolu, keputusan mengenai penggunaan atau penampilan gondang tunggu tunggu dua pada suatu acara atau upacara adat biasanya didiskusikan dan disepakati oleh anggota keluarga yang terlibat dalam Dalihan na Tolu tersebut. Sebelum sebuah acara adat atau upacara dilaksanakan, biasanya ada proses konsultasi, koordinasi, dan kesepakatan antara anggota keluarga yang terlibat dalam Dalihan na Tolu.Â
Mereka akan membahas persiapan acara tersebut, termasuk pemilihan musik yang akan digunakan, termasuk gondang tunggu tunggu dua. Keputusan ini bergantung pada tradisi dan adat yang berlaku di masing-masing keluarga dan komunitas Batak. Sehingga penggunaan musik gondang tunggu tunggu dua ini memang sakral, karena tidak bisa dimainkan sembarangan.
Gondang tunggu tunggu dua merupakan salah satu variasi musik gondang yang sering dimainkan dalam berbagai acara adat dan upacara tradisional di daerah Batak, terutama di Tapanuli. Beberapa acara di mana gondang tunggu tunggu dua biasanya lebih sering dimainkan antara lain:
1. Pernikahan Adat: Gondang tunggu tunggu dua menjadi salah satu bagian penting dalam upacara pernikahan adat Batak. Musik ini mengiringi langkah-langkah penting seperti kedatangan mempelai pria dan wanita ke tempat pernikahan, prosesi naik tangga, serta acara-acara lainnya yang terkait dengan pernikahan.
2. Pesta Adat: Acara pesta adat seperti pesta panen, pesta peresmian rumah baru, atau pesta adat lainnya juga menjadi momen di mana gondang tunggu tunggu dua sering dimainkan. Musik ini memberikan semangat dan keceriaan dalam menyambut dan merayakan keberhasilan atau peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Batak.
3. Upacara Kematian: Gondang tunggu tunggu dua juga dapat ditemui dalam upacara pemakaman atau upacara kematian dalam budaya Batak. Musik ini dianggap penting untuk memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal dan sebagai wujud pengiringan dalam prosesi pemakaman adat.
Gondang tunggu tunggu dua memiliki makna yang dalam dalam konteks budaya Batak. Meskipun makna yang tepat dapat bervariasi tergantung pada interpretasi individu dan konteks penggunaannya, berikut adalah beberapa makna yang umumnya terkait dengan gondang tunggu tunggu dua:
1. Keterhubungan dengan Alam dan Roh: Gondang tunggu tunggu dua dipercaya memiliki kekuatan untuk menghubungkan antara dunia manusia dengan dunia roh atau alam gaib. Musik ini dianggap sebagai sarana komunikasi dengan leluhur dan arwah nenek moyang, serta mengundang kehadiran dan berkat mereka dalam acara adat dan upacara keagamaan.