PENDAHULUAN
Diera digital saat ini, masyarakat seakan dibanjiri dengan berbagai informasi yang belum jelas kebenarannya. Adanya informasi-informasi yang penuh dengan kekeliruan ini dapat menimbulkan rasa takut, cemas dan stress pada tiap individu. Di Indonesia, angka kasus yang sudah terkonfirmasi positif mengenai kesehatan mental remaja mengalami kenaikan namun hal ini tidak diikuti dengan kesadaran untuk melakukan tes. Hal ini dikarenakan adanya stigma sosial dan isolasi sosial berupa perasaan takut dikucilkan oleh anggota keluarga dan komunitas. Di sinilah muncul beragam bentuk dinamika bagi keberlangsungan kesehatan mental dari masyarakat. Di mana kejadian mengenai pembully-an, menghina secara terang-terangan, perilaku kekerasan, hingga karakter seksual menyimpang tak lagi menjadi bahan yang tabu atau bahkan malu untuk diperlihatkan.
Kesehatan mental ini semakin menjadi tantangan tersendiri terutama untuk kalangan remaja. Dimana pada masanya, remaja akan mengalami perubahan fisik maupun mental untuk mencapai kesehatan mental. World Health Organization atau WHO pada tahun 2001 telah merumuskan mengenai kesehatan mental. Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi sejahtera yang disadari individu yang di dalamnya terdapat kemampuan untuk mengelola stress dalam hidup secara wajar, bekerja secara produktif, serta mampu berkontribusi di dalam komunitas pergaulannya. Kesehatan jiwa remaja merupakan aspek penting untuk menentukan kualitas bangsa. Remaja yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung merupakan sumber daya manusia yang dapat menjadi aset bangsa tidak ternilai.
Selain itu perlu dipahami bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa. Pada masa ini remaja akan mengalami perubahan baik secara fisik, psikis, dan kematangan fungsi seksual. Masa ini merupakan periode transisi perkembangan antara masa anak-anak dengan dewasa, sehingga melibatkan perubahan dari segi biologis, kognitif dan sosio-emosi. Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan. Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Apabila remaja tidak dapat mengatasi berbagai stresor yang ada, akan menimbulkan berbagai kondisi yang negatif seperti cemas, depresi, bahkan dapat memicu munculnya gangguan psikotik. Dampak yang dapat terjadi pada remaja dalam kondisi seperti di atas adalah timbulnya berbagai permasalahan yang kompleks, baik fisik, emosi maupun sosial termasuk pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan solusi penanganan yang tepat melalui pemberdayaan masyarakat sebagai langkah awal.
Â
PEMBAHASAN
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian community development (pembangunan masyarakat) dan community-based development (pembangunan yang bertumpu pada masyarakat) dan tahap selanjutnya muncul istilah pembangunan yang digerakkan masyarakat. Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses sengaja yang berkelanjutan, berpusat pada masyarakat lokal, dan melibatkan prinsip saling menghormati, refleksi kritis, kepedulian, dan partisipasi kelompok dan melalui proses tersebut orang-orang yang kurang memiliki bagian yang setara akan sumber daya berharga memperoleh akses yang lebih besar dan memiliki kendali akan sumber daya tersebut.
Melihat kesehatan mental di Indonesia, pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri. Sebesar 80 -- 90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan. Kasus bunuh diri di Indonesia bisa mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. Menurut ahli suciodologist 4.2% siswa di Indonesia pernah berpikir bunuh diri. Pada kalangan mahasiswa sebesar 6,9% mempunyai niatan untuk bunuh diri sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan bunuh diri. Depresi pada remaja bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti tekanan dalam bidang akademik, perundungan (bullying), faktor keluarga, dan permasalahan ekonomi. Oleh sebab itu, upaya untuk mencegah serta meminimalisir adanya permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dari kesehatan mental remaja yaitu dengan memanfaatkan media digital sebagai platform yang paling berpengaruh di era saat ini.  Dalam hal ini, dapat diwujudkan melalui strategi pendekatan pemberdayaan masyarakat berupa the development approach. The Development Approach adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara memusatkan kegiatannya pada pengembangan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian dan keswadayaan masyarakat.
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental pada kalangan remaja di era digital melalui pendekatan The Development Approach dalam pemberdayaan masyarakat. Pertama, mengkonsumsi, menyebarkan dan mendukung konten-konten positif. Dalam hal ini, sosial media dapat digunakan sebagai media untuk menyebarkan energi-energi positif untuk sesama pengguna sosial media dalam bentuk afirmasi positif. Kedua, gunakan aplikasi media sosial untuk membantu meningkatkan kesehatan mental. Saat ini banyak tersedia aplikasi yang bisa anda dapatkan untuk membantu anda dalam pengembangan diri. Melalui aplikasi media sosial dapat diperoleh informasi-informasi mengenai kesehatan mental dan mendapatkan bantuan profesional jika anda membutuhkannya. Ketiga, meningkatkan pemahaman self esteem. Hal ini sangat diperlukan terutama dikalangan remaja sebagai sebuah pola pikir yang dapat digunakan untuk menggambarkan seberapa besar seseorang menghargai dan menyukai diri sendiri, terlepas dari kondisi yang kamu alami. Keempat, hindari konten-konten dimedia sosial yang dapat memperburuk emosi, pikiran dan tindakan. Seperti menghindari membaca berita yang mengganggu pikiran.
KESIMPULAN