Pada saat ini, mendaki gunung telah berkembang menjadi fenomena yang sangat populer, khususnya di kalangan generasi muda. Aktivitas ini menawarkan kesempatan untuk menjelajahi keindahan alam sekaligus menjadi sarana pelarian dari kesibukan kehidupan perkotaan yang penuh tekanan. Banyak orang kini mencari kedamaian dan ketenangan di alam, menjadikan mendaki gunung sebagai cara yang diidamkan untuk bersantai dan merefleksikan diri.
Peran Media Sosial dalam Meningkatkan Minat Mendaki
Di era digital yang didominasi oleh media sosial, platform seperti Instagram dan TikTok berperan besar dalam meningkatkan minat masyarakat terhadap kegiatan mendaki. Foto-foto indah yang menampilkan panorama gunung dan pengalaman mendaki yang seru sering dibagikan oleh pendaki sehingga menarik perhatian banyak orang untuk mengeksplorasi jalur pendakian yang menantang.
 Selain itu, mereka juga aktif membagikan tips mendaki gunung sehingga seolah menjadi kegiatan yang mudah dilakukan oleh siapapun.
Tantangan Lingkungan Akibat Peningkatan Jumlah Pendaki
Melalui berbagai macam hal yang membuat meningkatkan fenomena mendaki gunung, banyak orang kian berbondong-bonding untuk mencoba kegiatan ini. Tidak sedikit pula banyak pendaki fomo yang justru meningkatkan tantangan tersendiri bagi lingkungan di sana. Dalam hal ini, popularitas pendakian gunung juga membawa tantangan, terutama terkait dampak lingkungan.Â
Peningkatan jumlah pendaki sering kali menyebabkan masalah limbah di jalur pendakian, dengan sampah dan limbah yang ditinggalkan di alam. Keresahan ini semakin mengemuka di kalangan pendaki yang lebih lama terjun ke alam, seperti Nirmala---seorang pendaki dan pecinta alam---yang mendapati Gunung Rinjani tercemar sampah pada tahun 2010.Â
Kekecewaannya mendorongnya untuk menyuarakan berbagai kampanye kesadaran bagi para pendaki sejak tahun 2012 hingga saat ini.
Salah satu kampanye yang dia gerakkan adalah Zero Waste Adventure. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan pecinta alam dan pendaki gunung mengenai pentingnya mencintai alam tanpa meninggalkan jejak sampah.Â
Dalam sebuah wawancara pada 18 September 2024, Nirmala menyatakan bahwa komunitas yang dipimpinnya, Pita, telah berkolaborasi dengan lebih dari 100 komunitas untuk menerapkan gaya hidup zero waste.Â
Melalui upaya ini, Nirmala berharap bahwa seiring meningkatnya peminat pendakian gunung, kesadaran akan pentingnya menerapkan prinsip zero waste saat mendaki juga semakin meluas.