Mohon tunggu...
Putri Amatul Noor
Putri Amatul Noor Mohon Tunggu... Lainnya - copywriter sekaligus junior SEO

suka menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penyebab Umum dan Bahaya Overthinking Bagi Remaja

6 September 2024   16:48 Diperbarui: 24 September 2024   13:26 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Remaja, khususnya yang hidup di era digital, semakin sering mengalami overthinking, yakni kondisi ketika seseorang terus-menerus memikirkan suatu masalah secara berlebihan tanpa menemukan solusi. Banyak remaja yang merasa terjebak dalam pola pikir ini, terutama karena tekanan dari lingkungan sekitar, seperti prestasi akademik, hubungan sosial, hingga ekspektasi keluarga. Media sosial juga menjadi salah satu pemicu utama overthinking karena remaja kerap membandingkan diri mereka dengan orang lain, yang pada akhirnya menimbulkan perasaan tidak aman dan stres.

3 Alasan Utama Remaja Mengalami Overthinking

Tekanan Akademik dan Ekspektasi yang Tinggi

Di Indonesia, banyak remaja merasa dibebani dengan harapan tinggi, baik dari sekolah maupun orang tua. Prestasi akademik yang harus selalu unggul sering kali memicu kekhawatiran berlebih. Remaja takut gagal atau tidak memenuhi ekspektasi sehingga terus-menerus memikirkan hasil ujian, tugas, atau pilihan masa depan.

Pengaruh Media Sosial

Media sosial juga menjadi salah satu faktor terbesar dalam meningkatnya fenomena overthinking. Remaja sering kali membandingkan diri mereka dengan kehidupan "sempurna" yang ditampilkan oleh teman-teman mereka di media sosial. Misalnya, fomo terhadap sesuatu hal yang sedang trend hingga melakukan berbagai cara untuk memenuhi standar dalam media sosial. Tidak sedikit juga remaja merasa stress ketika postingannya mendapati komentar negatif, kurang likes, atau merasa tertinggal dibandingkan teman-teman sebaya lainnya. 

Hal ini tentu dapat menimbulkan stres dan membuat mereka terlalu banyak berpikir tentang bagaimana mereka diterima oleh orang lain. Ketidakmampuan akan harapan-harapan yang tidak diperlukan itulah yang mudah membuat kita merasa cemas dan berpikir hal yang tidak-tidak. 

Ketidakpastian Masa Depan

Pada usia remaja, mereka berada dalam fase transisi menuju dewasa. Banyak remaja di Indonesia merasa cemas tentang masa depan , termasuk tentang pekerjaan, pendidikan lanjutan, hingga kehidupan pribadi. Ketidakpastian ini sering kali menimbulkan kecemasan dan perenungan berlebihan, karena mereka merasa harus membuat keputusan besar dalam hidup.

Beberapa alasan penyebab remaja overthingking pada remaja, jika kita biarkan terus menerus tanpa perubahan dalam diri kita sendiri. Tentu saja akan menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Beberapa dampak serius dari overthinking dapat berupa gangguan tidur, gangguan kecemasan, menurunya kesehatan fisik, hingga depresi. 

Maka dari itu, penting bagi orang tua, guru, dan masyarakat untuk memberikan dukungan serta edukasi kepada remaja mengenai cara mengatasi overthinking agar mereka dapat tumbuh dengan lebih sehat dan bahagia. Akan tetapi, yang memiliki kontrol penuh terhadap diri kita adalah diri kita sendiri. Makanya, coba sekuat mungkin untuk pandai-pandai mengendalikan diri. 

Alih-alih overthinking untuk hal-hal yang tidak perlu, coba untuk melakukan sesuatu yang lebih produktif yang akan memiliki manfaat nyata untuk diri kita. Tetapi, jika diri sendiri dan lingkungan sudah tidak mampu menanganinya, jangan ragu untuk menghubungi psikolog atau psikiater sebagai bantuan medis. Karena bagaimana pun, kesehatan mental adalah hal utama yang perlu kita jaga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun