Tidak hanya itu, di dalam Pararaton dijelaskan bahwa suami dari Ken Dedes ialah Tunggul Ametung, seorang akuwu (camat) di daerah Tumapel sedangkan dalam "Babad Ken Arok" suami Ken Dedes adalah seorang Bupati.Â
Meskipun demikian, keduanya merupakan sama-sama penguasa dan jalan yang ditempuh oleh Ken Arok dalam mendapatkan Ken Dedes pun sama yaitu dengan membunuh suami dari Ken Dedes. Dalam cerpen karya Sapardi ini memunculkan tokoh Ketan Ireng dan Pak Kiai yang dalam Pararaton tidak menyebutkan kedua nama itu. Ketan Ireng diceritakan sebagai adik dari Kebo Ijo yang menyukai Ken Arok sedangkan Pak Kiai adalah seseorang yang mengajari Ken Arok membaca dan menulis.
Dalam melancarkan aksinya untuk membunuh suami Ken Dedes, Ken Arok meminta bantuan kepada Empu Gandring untuk membuatkannya keris sakti. Dalam pararaton dan cerpen karya Sapardi, keduanya menceritakan tewasnya Empu Gandring. Ia dibunuh Ken Arok dengan keris yang diciptakannya sendiri. Namun, kedua cerita memiliki alasan yang berbeda. Dalam Pararaton, Ken Arok sudah tidak sabar sehingga nekat merebut keris yang belum sempurna dan menusukan keris itu ke Empu Gandring. Sementara itu, dalam cerpen karya Sapardi, Ken Arok membunuh dengan alasan agar kekuatan Empu Gandring pindah ke dalam dirinya.Â
Perbedaan yang mencolok juga terlihat di akhir cerita. Sapardi mengisahkan bahwa Bupati yang dibunuh oleh Ken Arok adalah ayah kandungnya sedangkan dalam Pararaton, beberapa tahun setelah Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, ia pun mati dibunuh dengan menggunakan keris yang dulu ia gunakan untuk membunuh Tunggul Ametung.
Cerita pendek "Babad Ken Arok" dan "Dongeng Kancil" karya Sapardi Djoko Damono menampilkan sisi lain dari cerita umum yang beredar di masyarakat. Pada cerita "Babad Ken Arok" tidak terlalu berbeda dengan kisah yang telah ada sebelumnya.Â
Sapardi cenderung menegaskan ulang kembali kisah Ken Arok, tetapi dengan gaya bahasa yang lebih modern. Namun, pada cerita "Dongeng Kancil" cenderung memutarbalikkan makna yang telah dikonvensionalkan atau dalam kesusastraan dikenal dengan istilah dekonstruksi. Â Dekonstruksi teks sastra yang dilakukan oleh Sapardi Djoko Damono merupakan sebuah upaya untuk menciptakan dan menghasilkan konstruksi baru dalam sebuah cerita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H