Mohon tunggu...
Putri Aidillah
Putri Aidillah Mohon Tunggu... Lainnya - Jurnalism Major

Study at Syarif Hidayatullah Jakarta University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanamkan Pendidikan Akhlak Muslim Bagi Anak Usia Dini

9 Oktober 2023   18:00 Diperbarui: 16 Oktober 2023   19:52 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan kita sehari -hari. Tujuan utama pendidikan adalah membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih baik dan melatih manusia yang bermutu untuk meraih kesuksesan di masa depan. Pendidikan yang di berikan jangan di anggap remeh,harus komprehensif dan mencakup semua aspek perkembangan siswa. Pengaruh globalisasi telah memperburuk situasi di Indonesia. Sistem Pendidikan Indonesia gagal menghentikan kecenderungan menuju globalisasi. (Mufarohah et al., 2018).

Di era digital saat ini, dimana teklonogi informasi dan komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berdasarkan data terbaru dari We Are Social dan Meltwater, jumlah pengguna Internet di Indonesia per Januari 2023 tercatat mencapai 212,9 juta. Pada 2022 lalu, We Are Social menyebut jumlah pengguna internet di Indonesia berkisar 202 juta. Artinya, jumlah pengguna internet di Indonesia naik sekitar 10 juta pengguna atau 5 persen dari tahun sebelumnya. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap arus globalisasi. 

Bagi generasi muda, termasuk anak-anak dan remaja, keterbukaan informasi sangat bermanfaat dalam proses pembelajaran. Namun demikian, di samping dampak positif tersebut, keterbukan informasi juga mengandung dampak negatif, yang dapat merusak akhlak atau moral ter-utama anak-anak, remaja dan pemuda.

Beberapa bulan belakangan kita juga diterjang oleh sejumlah kasus kekerasan yang dilakukan remaja, baik kekerasan fisik, verbal, maupun seksual, yang dapat mengakibatkan pada trauma, stigma, sampai kematian pada korban yang umumnya juga remaja.

Berdasarkan Kompas.tv, 24 Februari 2023, menyebutkan, setidaknya ada tujuh kasus kekerasan yang dilakukan remaja menjadi viral di media sosial. Baik pelaku maupun korbannya tidak pandang jenis kelamin, usia korban umumnya sebaya, dan alasan melakukan tindak kekerasan adalah emosi, marah ataupun cemburu. Ada pula kekerasan yang dilakukan untuk menunjukkan dominasi mereka atas individu ataupun kelompok lain.

Pada masa remaja, penerimaan dan pengakuan teman-teman sebaya berpengaruh besar dalam pembentukan identitasnya. Apabila nilai-nilai yang dipegang oleh teman sebaya berbeda dari nilai-nilai yang diajarkan oleh orangtua, remaja berpotensi mengikuti nilai-nilai baru dari teman-temannya demi untuk bisa menjadi bagian dari kelompok.

Oleh karena itu, dalam artikel kali ini akan dijelaskan mengenai definisi, fungsi serta nilai-nilai pendidikan akhlak bagi anak usia dini. Untuk lebih mengetahuinya, simaklah pemaparan mengenai pendidikan akhlak dibawah ini.

PENDIDIKAN AKHLAK

Para ahli mendefinisikan akhlak sebagai berikut: menurut Ibrahim Anis dalam kitabnya Mu'jam Al Wasith mengartikan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang menimbulkan berbagai karakter perbuatan baik, buruk tanpa membutuhkan pemikiran yang mendalam dan pertimbangan lainnya. Jamak Al-akhlaq) ialah kebiasaan baik dan buruk (Abdullah, 2007: 3). Sedangkan "karimah" dalam bahasa Arab artinya terpuji, baik atau mulia (Sidny, 1998 : 26).

Berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud akhlak anak adalah segala budi pekerti baik yang ditimbulkan anak tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan dan sifat tersebut menjadi budi pekerti yang utama dapat meningkatkan harkat dan martabat anak. Pendidikan akhlak yang dimaksud melakukan hal yang baik sehingga dalam diri anak terbentuk kepribadian dan berperilaku sopan santun serta diwarnai akhlak yang baik mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi pendidikan akhlak diartikan sebagai tempat memberikan latihan fisik dan mental yang dapat menghasilkan manusia yang mempunyai sikap religius tinggi untuk melaksanakan hak dan kewajiban serta tanggung jawab dalam lingkungan masyarakat sebagai makhluk ciptaan Allah. Pendidikan akhlak dalam Islam mengembangkan personalitas (kepribadian) sehingga tertanam tanggung jawab.

Ajaran tentang akhlak dalam Islam sangatlah penting sebagaimana ajaran tentang aqidah (keyakinan tauhid), ibadah, dan mu'amalah (kemasyarakatan). Nabi Akhir zaman, Muhammad saw, bahkan diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, Innama buitstu li-utamimma makarimal al-akhlak, sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak. Menyempurnakan akhlak manusia berarti meningkatkan akhlak yang sudah baik menjadi lebih baik dan membersihkan akhlak buruk agar hilang serta digantikan oleh akhlak yang mulia. Itulah kemuliaaan hidup manusia sebagai makhluk Allah yang utama. Betapa pentingnya membangun akhlak sehingga melekat dengan kerisalahan Nabi.

MENANAMKAN NILAI-NILAI KEIMANAN

Nilai merupakan suatu keharusan yang menjadi dasar bagi keputusan yang diambil oleh seseorang. Akhlak menurut Ibnu Miskawaih merupakan keadaan jiwa yang tertanam secara mendalam yang melahirkan tindakan dengan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Akhlak dalam ajaran islam mencakup dalam berbagai aspek, diantaranya ialah akhlak kepada Allah dan Rasul.

1. Mengajarkan Tauhid

Pada saat anak mulai bisa berbicara, hendaknya ajarkan kepadanya kalimat tauhid. Mengajarkan pendidikan tauhid kepada anak dengan tujuan agar terbentuk nilai keimanan anak, dapat mengenal dan meyakini bahwa Allah yang maha esa. Pendidikan tauhid wajib untuk diberikan kepada anak ketika ia kanak-kanak maupun remaja. 

Dalam hadis juga menerangkan, "Berikanlah kepada anak-anak kalian kalimat "La Ilaha Illa Allah" sebagai kalimat pertama, dan tuntunlah mereka dengan kalimat ini pula saat meninggal. Karena orang yang kalimat pertamanya adalah "La Ilaha Illa Allah", kemudian dia hidup seribu tahun, maka dia tidak akan ditanya tentang satu dosa pun." (HR. Baihaqi).

2. Memperkenalkan Halal dan Haram

Rasulullah SAW. menganjurkan untuk mengajarkan pendikan anak tentang halal dan haram kepada anak, walaupun anak tersebut belum mencapai pada usia baligh (taklif). Pada hadis juga menerangkan, "Hasan bin Ali ra. mengambil sebuah kurma sedekah lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Melihat hal itu, Nabi SAW. berkata kepadanya, 'Kh... Kh...' untuk mengeluarkan kurma itu dari mulutnya, kemudian beliau SAW.. bersabda, 'Apakah kamu tidak tahu bahwa kita tidak memakan barang sedekah?" (HR. Bukhari).

Ibnu Hajar al-'Asqalani mengatakan bahwa dari hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mengambil tindakan tertentu agar memberikan pelajaran kepada anak kecil dari hal-hal yang membahayakan diperbolehkan, walaupun mereka belum mencapai umur usia baligh (taklif), dengan tujuan agar mereka nantinya menjadi tahu dan terbiasa.

3. Belajar Mensyukuri Karunia Allah

Anak merupakan suatu karunia yang dianugerahkan Allah yang tidak ternilai harganya. Karenanya, di antara kewajiaban orang tua sejak dianugerahkan anak adalah dengan bersyukur atas nikmat yang diberikan. Seorang anak tentu belum dapat memahami tentang nilai-nilai ketauhidan, kebajikan dan tentang alam. Dari sini, tugas dan tanggung jawab orang tua untuk mengajari hal-hal tersebut agar kelak ia dapat mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang telah dianugerahkan. Misalnya, orang tua mengajak anaknya mengamati alam, indahnya panorama alam, semua itu bermuara kepada Tuhan Pencipta.

Dengan demikian, anak dapat memahami dan menghargai, serta menyayangi keindahan alam. Anak juga dapat merasakan adanya hubungan batin yang akrab antara dirinya dan lingkungannya. Hal inilah yang akan memperkuat dan mempertinggi rasa syukurnya kepada Allah, Sang Pencipta.

4. Menanamkan Jiwa Selalu Dekat Dengan Allah

Salah satu ajaran terpenting dalam Islam yang harus diajarkan kepada anak adalah bahwa setiap manusia selalu berada di dekat Allah serta dalam pengawasan-nya, sehingga anak akan menyadari bahwa sengala perbuatan yang dilakukannya tidak terhindar dari pengawasan Allah.

 Al-qur'an menggambarkan bahwa setiap manusia diharuskan untuk selalu dekat dengan Allah dan selalu memperhitungkan segala perbuatan yang dilakukannya, sekecil apa pun itu. Orang tua harus selalu berusaha menanamkan pada diri anak bahwa sesungguhnya Allah selalu mengawawasi dirinya, kapan pun dan dimana pun. Orang tua juga harus selalu menanamkan kesadaran akan tanggung jawab anak dalam melaksanakan kewajibannya kepada Allah.

5. Mengajarkan Ibadah

Perkembangan agama pada anak usia dini terjadi melalui proses pengalaman hidupnya yang ia dapat melalui keluarga dan lingkungan sekitarnya. Semakin banyak pengalaman agamanya seperti pengalaman dalam peraktek ibadah maka semakin baiklah hidupnya.

Mendidik anak merupakan upaya nyata dari orang tua dalam rangka mensyukuri karunia Allah Swt dalam mengemban amanah-Nya. Rasulullah SAW. memerintahkan orang tua supaya mereka mengajarkan shalat kepada anak-anaknya sejak usia mereka tujuh tahun, memukulnya ketika usia mereka sepuluh tahun apabila meninggalkan shalat. Pada hadis juga menerangkan "Ajarilah anak shalat sejak usia tujuh tahun, dan pukullah dia karena meninggalkannya bila telah berusia 10 tahun." (HR. Bukhari)

Shalat merupakan sarana terpenting untuk menanamkan keimanan dan perasaan kepada anak bahwa Allah selalu mengawasi. Selain itu, shalat juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mensucikan diri dan membina akhlak. Cara yang pertama kali dilakukan orang tua dalam mengajarkan shalat kepada anaknya adalah dengan memperagakannya secara langsung, bukan dengan pengarahan berbentuk kata-kata. Cara ini dilakukan pada anak yang tergolong masih sangat kecil.

Dalam hal ini pendidikan ibadah haruslah diterapkan pada anak usia dini walaupun belum dibebankan kepada mereka, Karena pembebanan hukum ibadah mulai berlaku ketika usia baligh. Namun Nabi Saw. Bersabda yang artinya: "Ajarkanlah anakmu untuk taat kepada Allah dan takut maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk mentaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena hal itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka." (H. R.Ibnuh Jarier)

Hadis diatas menjelaskan bahwasanya pendidikan agama haruslah diajarkan kepada anak sejak dini. Hal ini juga disampaikan Al-Maghribi, bahwasanya masa kanak-kanak bukan masa pemberian beban perintah dan larangan, namun masa untuk menanamkan nilai, pelatihan, pengasahan, dan pendidikan agar suatu hari nanti anak bisa sampai pada tahap kesiapan untuk menerima beban perintah atau larangan di usia baligh, sehingga dia tidak mendapat kesulitan dalam menjalankan kewajiban agama dan siap ketika menjalani kancah kehidupan dengan penuh keyakinan, percaya diri, dan keteguhan. (Al-Maghribi, 2019:177)

REFERENSI

Memenuhi mata kuliah Akhlak Tasawuf. Dosen pengampu: Bpk. Asep Usman Ismail

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun