Oleh: Putri AfifahÂ
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Pendahuluan
Semakin berkembang pesatnya zaman, teknologi digital pun berkembang semakin pesat dan memiliki penempatan yang khusus bagi para penggunanya. Smartphone mempunyai fitur yang canggih dan kemampuan sinyal menjadi 3G atau 4G. Tidak hanya itu, melalui smartphone yang dipunya dapat dilakukannya sebuah interaksi melalui jarak jauh seperti Facebook, ataupun Instagram (Bian & Leung, 2015).
Teknologi digital yang semakin berkembang dapat menyebabkan gaya hidup masyarakat yang berubah dan lebih mementingkan perangkat teknologi yang dimiliki. Individu yang memiliki hubungan pun akan terkena dampak melalui perilaku interpersonal dan sosial (Rahayuningrum & Sary, 2019). Banyak orang yang sudah terkena pengaruh dari smartphone ini sendiri, sehingga dari bangun tidur hingga tidur kembali sangat membutuhkannya.
Smartphone mempunyai fitur atau fasilitas yang dapat memudahkan penggunanya dan memberikan kenyamanan, namun akan menjadi sebuah permasalahan jika menggunakannya secara berlebihan, salah satu masalah yang akan muncul yaitu nomophobia (Asih & Fauziah, 2017). Sebuah penelitian yang dilakukan di Korea Selatan, menemukan jika tingkat kecanduan menggunakan smartphone atau nomophobia lebih tinggi dibandingkan dengan kecanduan internet (Kim, 2013).
Pembahasan
Nomophobia merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris no-mobile-phone-phobia, diciptakan oleh Kantor Pos Inggris pada tahun 2010, untuk mendapatkan hasil mengenai kecemasan yang dialami oleh pengguna ponsel itu sendiri. Pada awalnya, nomophobia diidentifikasi pada tahun 2008 yang meningkat drastis di Inggris. Studi di Inggris, menemukan jika terdapat sebesar 53% pengguna ponsel di Inggris mengalami kecemasan jika jauh dari telefon genggam milik mereka, baterai yang habis, ataupun tidak terdapat jaringan pada ponsel (Elmore, 2014)
Nomophobia sendiri sering dianggap sebagai sebuah gangguan yang modern, digital dan digunakan untuk kecemasan yang terdapat jika tidak berada dekat dengan telepon genggam ataupun alat yang digunakan untuk berkomunikasi secara virtual (Sezer & Atilgan, 2019). Seseorang yang mengalami nomophobia, muncul rasa takut dan frustasi jika ponsel tidak di genggam pada tangannya.
Karakteristik nomophobia yaitu antara lain:
1. Menghabiskan waktu yang banyak dan sering menggunakan telepon genggam
2. Selalu membawa charger ketika berpergian
3. Ketika tidak terdapat sinyal, akan muncul rasa kecemasan dan selalu memikirkannya
4. Sering melihat layar telepon genggam untuk mengetahui apakah panggilan atau pesan yang telah diterima
5. Telepon genggam yang selalu aktif 24 jam, dan tidur diletakkan dekat dengan telepon genggam.
6. Mengalami kecemasan dan stress jika melakukan interaksi sosial dengan manusia, dan lebih memilih untuk bermain dengan telepon genggam yang dimiliki.
Terdapat empat aspek dari nomophobia, yaitu: (a) tidak bisa berkomunikasi, (b) kehilangan interaksi atau keterhubungan, (c) sulit mengakses informasi, (d) timbulnya rasa tidak nyaman. Ketergantungan yang dimiliki berasal dari kemajuan teknologi yang membuat pengguna smartphone menjadi mudah.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Agusta (2016), faktor yang dapat menyebabkan resiko yaitu: (1) faktor internal  yaitu yang berhubungan mengenai kontrol diri, serta sifat sensation seeking, (2) faktor situasional, adanya rasa nyaman ketika menggunakan smartphone, (3) faktor eksternal, seperti membeli smartphone, dan (4) faktor sosial, yaitu smartphone dibutuhkan untuk terjadinya interaksi.
Individu yang telah terkena dampak dari smartphone ini atau nomophobia, cara berpikirnya cenderung terganggu karena adanya khayalan yang terobsesi, fantasi, dan defensif yang terlalu tinggi (Tjasmadi, 2019). Remaja yang menggunakan smartphone secara tidak terkontrol akan menyebabkan komunikasi yang berjalan kurang baik, mempunyai sifat individualitas atau menyendiri, dan sulit untuk fokus terhadap materi yang sedang dibicarakan jika membawa telepon genggam ke sekolah, semakin mudah untuk mengakses situs yang terkandung hal-hal pornografi didalamnya (Wilantika, 2015).
Dampak nomophobia itu sendiri yaitu antara lain:
1. Resiko terkena kanker yang semakin tinggi
Kanker dapat timbul jika seseorang telah menggunakan smartphone secara berlebihan. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh WHO, bahwa tingkat resiko remaja terkena kanker otak yang disebabkan oleh radiasi smartphone lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua, karena gaya hidup tersebut.
2. Â Dapat mengurangi kinerja denyut jantung
Smartphone yang diletakkan di saku baju atau celana dapat berakibat fatal, karena jika smartphone berdering maka akan memicu timbulnya radiasi pada tubuh. Selain itu, jantung juga akan melemah.
3. Munculnya Stress
Pemakaian smartphone yang berlebihan dapat memicu timbulnya stress dikarenakan ketergantungan yang tinggi pada smartphone yang dimiliki. Tidak hanya itu, teknologi yang terus berkembang pun dapat membuat seseorang untuk memiliki smartphone dengan jenis terbaru sehingga membuatnya stress dikarenakan hal ini.
Hal yang paling penting untuk mencegah nomophobia yaitu dengan membatasi diri dalam hal penggunaan smartphone. Jika dipagi hari hingga sore hari smartphone digunakan untuk aktivitas sehari-hari atau untuk hal pekerjaan, maka usahakanlah untuk mematikan ponsel atau menjauhkan dari diri setidaknya satu jam. Cara lain untuk mencegahnya yaitu dengan adanya pengontrolan terhadap penggunaan smartphone. Smartphone digunakan untuk aktivitas fisik, ataupun melalukan hobi, seperti membaca, memasak, menulis, berolahraga dan lainnya.
Hal lain yang dapat dialihkan dari pikiran untuk tidak menggunakan smartphone adalah dengan berinteraksi secara langsung bersama kerabat terdekat. Namun jika kondisi yang ditimbulkan semakin parah dan terus berlanjut, maka dibutuhkan konsultasi dengan pihak yang terkait atau bersangkutan, seperti psikolog. Penderita pada permasalahan ini akan diberikan terapi dengan tingkatan keparahan gejalanya.
Penutup
Pada saat ini, smartphone sudah menjadi gaya hidup dan termasuk salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, terkhusus bagi remaja. Remaja pada kondisi sekarang dapat tidak makan dalam sehari, namun akan sulit jika dijauhkan smartphone tersebut darinya.Â
Manfaat yang ditimbulkan oleh smartphone sangatlah banyak, dan perlu adanya keseimbangan dengan kemampuan diri dalam membagi waktu penggunaan smartphone. Ketidakmampuan remaja dalam menggunakan smartphone akan menyebabkan dampak negatif, salah satunya nomophobia yaitu ketergantungan pada smartphone. Penderita nomophobia mampu menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengecek smartphone-nya saja, meskipun tidak ada aplikasi yang sedang digunakan.
REFERENSI
Agusta, D. (2016). Faktor-Faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone Pada Siswa di  SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. E-Journal Bimbingan dan Konseling, 5(3), 86--96.
Asih, A. T., & Fauziah, N. (2017). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kecemasan Jauh dari Smartphone (Nomophobia) Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Empati, 6(2), 15--20
Bian, M., & Leung, L. (2015). Linking Loneliness, Shyness, Smartphone Addiction Symptoms, and Patterns of Smartphone Use to Social Capital. Social Science Computer Review, 33(1), 61--79. https://doi.org/10.1177/0894439314528779
Kim, H. (2013). Exercise Rehabilitation for Smartphone Addiction. Journal of Exercise  Rehabilitation, 9(6), 500--505. https://doi.org/10.12965/jer.130080
Rahayuningrum, D. C., & Sary, A. N. (2019). Studi Tingkat Kecemasan Remaja Terhadap No-Mobile Phone (Nomophobia). Jurnal Keperawatan BSI, 7(1), 49--55. http://jurnal.ensiklopediaku.org
Sezer, B., & Atlgan, S. B. . (2019). The Dark Side of Smartphone Usage (Nomophobia): Do We Need To Worry About it? Tp Eitimi Dnyas, 17(54), 30--43. https://doi.org/10.25282/ted.513988
Tjasmadi, M. P. (2019). Pendekatan Agama Membaharui Kondisi Psikologis Siswa Terindikasi Nomophobia. Proceedings of the ICECRS, 2(1), 159. https://doi.org/10.21070/picecrs.v2i1.2406
Wilantika, C. F. (2015). Pengaruh Penggunaan Smartphone Terhadap Kesehatan Dan Perilaku Remaja. Jurnal Obstretika Scientia, 3(2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H