Mohon tunggu...
Putri Adi Setyaningrum
Putri Adi Setyaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi / Universitas Nasional

Really like new things

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Citayam Fashion Week Panutan Model Saat Ini: Dulu dan Sekarang

1 Agustus 2022   11:31 Diperbarui: 1 Agustus 2022   11:43 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Putri Adi Setyaningrum

Kawasan Sudirman, belakangan ini diramaikan dengan sekumpulan remaja yang bergaya nyentrik dan kekinian dimana kebanyakan dari anak muda yang berasal dari daerah Citayem, Bojong Gede, Depok dan Bekasi, Jawa Barat. Yang kemudian muncul istilah baru SCBD  plesetannya yakni "Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok," yang memang kebanyakan dari remaja yang datang berasal dari daerah Citayam.

Para remaja yang mendatangi Sudirman ini berpakaian dengan beragam outfit untuk Fashion Show ataupun Catwalk di zebra cross Sudirman, yang akhirnya heboh di media sosial setelah viralnya juga video wawancara beberapa content creator Tiktok yang dijawab polos oleh beberapa remaja di Sudirman tersebut. Tak semua orang ataupun remaja yang datang ingin menampilkan outfit saja, namun menongkrong juga aktifitas yang dilakukan, kumpul bersama teman-teman dan jajanan starling yang murah meriah.

Membuat konten juga banyak dilakukan para remaja yang datang ke Sudirman, dan adanya collab antara content creator lain yang sudah terkenal, yang menghasilkan uang juga merupakan sederet alasan beberapa remaja mendatangi Sudirman.

Photo by Putri Adi Setyaningrum
Photo by Putri Adi Setyaningrum

Hebohnya Citayam Fashion Week ini menuai Pro Kontra di tengah masyarakat. Ada yang berpendapat negatif, jika remaja di kawasan Sudirman mengotori kawasan elit pusat bisnis Ibukota dan membuat kemacetan yang menganggu aktifitas para pekerja disekitarnya, tetapi ada menilai ini bagian dari ekspresi jujur dari para remaja dan isu perkotaan yang belum selesai.

Dampak negatif yang dirasakan masyarakat yang bekerja disekitar kawasan Sudirman ini, dengan adanya Citayam Fashion Week adalah merasa kurang nyaman jika mereka pulang kerja melihat jalanan menjadi macet sehingga menganggu aktifitas yang seharusnya bisa dilakukan. Dan jika saat istirahat untuk makan di daerah Sudirman terkadang ikut terusir oleh Pol PP karena adanya keramaian atau kerumunan, yang padahal mereka ingin makan saja bukan bagian dari penonton Citayam Fashion Week.

Para remaja yang berada di Sudirman ini kurangnya rasa kepedulian yang membuat sampah dimana-mana berserakan, tidak membuang pada tempatanya yang sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu. Banyak remaja yang putus sekolah dan kalangan kurang mampu yang berada di Sudirman, sehingga tidak aneh jika Sudirman selalu ramai dan dipenuhi oleh para remaja tak hanya saat weekend saja.

Remaja yang putus sekolah dan memilih untuk mencari uang dengan membuat konten, memiliki dampak negatif dimana mereka memiliki persepsi jika sekolah tidak menjamin kesuksesan. Hal ini kurang bagus jika banyak anggapan yang membenarkan, bagaimanapun pendidikan nomor satu agar dapat bersaing dengan skill yang dipunya.

Remaja yang berdatangan menjadi semakin ramai dan berasal dari beragam dari daerah. Remaja yang datang ini kebanyakan dari mereka menggunakan transportasi umum yakni KRL. Sebelum dibuat aturan baru jika Citayam Fashion Weeek ini hanya memiliki batas hingga jam 22.00, banyak remaja yang masih stay di Kawasan Sudirman hingga ketinggalan kereta, dan mereka tidur di jembatan penyebrangan dukuh atas ataupun samping rel kereta api Sudirman. Jelas meresahkan masyarakat dan membuat pemandangan tidak indah Ibukota, karena terdapat penyalahgunaan fasilitas dan prasarana umum yang tidak seharusnya digunakan untuk hal tersebut.

Photo by Putri Adi Setyanngrum
Photo by Putri Adi Setyanngrum

Viralnya Citayam Fashion Week ini memunculkan dampak positif yakni, ide kreatif para remaja dalam memadupadankan outfit untuk mengekspresikan diri dalam dunia fashion dan kreatifitas dalam membuat konten, sehingga muncul model-model baru dalam Citayam Fashion Week, Seperti Bonge, Jeje, Tegar, Roy, Kurma, Mami dan lainnya.

Selama ini fashion identik dengan barang mewah dan luar negeri. Perbedaan outfit yang terkesan nyeleneh atau bisa disebut "model jalanan" yang viral membuat peran media sosial turut aktif didalamnya. Awalnya, hanya ada tongkrongan di dekat starling, sekarang ada fashion di Zebra Cross. Hal ini merupakan masa mencari jati diri para remaja dengan mengeskpresikan dirinya dengan bergaya di Sudirman.

Dengan adanya fenomena ini, yang terlihat dalam wawancara remaja mengenakan outfit fantastis atau barang thrifting. Dalam dunia fashion itu tidak ada pakaian yang benar dan salah karena semuanya adalah bagian dari fashion.

Membuktikan bahwa fashion tidak hanya bisa dilakukan oleh kelas atas namun semua kalangan bisa mencobanya. Seolah-olah kalau fashion itu hanya identik dengan kalangan tertentu, kenapa sih? Nggakk..semua orang sama. Membuat gaya hidup baru, jadi tidak terpaku harus elit dengan alasan berada di Sudirman.

Penulis melihat, Citayam Fashion Week ini memiliki potensi bagus terlebih terdapat peran media yang menjadikannya tren hingga saat ini. Untuk yang tidak memiliki akun sosial media seperti instagram, tiktok alangkah baiknya untuk tetap tampil di akun sosial media milik temannya, yang bisa membuat manfaat jika konten yang dibuat memang bermanfaat.

Perlu peran dari semua elemen masyarakat, tidak hanya pemerintah saja untuk membuat Citayam Fashion Week ini mampu bersaing karena sudah menjadi sorotan dunia. Bagaimana cara agar membuat tren ini tidak hanya untuk sesaat namun konsisten dan mampu meningkatkan tren tersebut, bagaimanapun memulai sangat gampang dibandingkan untuk mempertahankan.

Pemerintah dapat memperhatikan Citayam Fashion Week dengan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung.  Remaja yang terlibat didalamnya dirangkul, dipeluk, diarahkan kepada kegiatan yang positif dan baik.

Saran yang disampaikan Vintha Devina (model) dalam podcast di akun Youtube Deddy Corbuzier bersama Abdul Sofi Al'ail (trendsenter catwalk SCBD) mengatakan jika kedepannya akan ada baiknya, komunitas Citayam Fashion Week ini memulai dengan membuat schedule agenda setiap harinya, list kegiatan apa saja yang ingin dilakukan, jam berapa dan bersama siapa di tulis secara tersusun. Sehingga, terdapat misi sosial media, yang terlaksana. Misi sosial media sangat berperan aktif dan sayang jika tidak dimanfaatkan dengan baik, manfaatnya adalah dapat menjunjung kreatifitas mereka dalam hal fashion dan menyumbangkan ide-ide konten lainnya.

Pesan yang disampaikan dengan adanya Citayam Fashion Week adalah namanya sudah viral dengan ciri khas fashion dan berkegiatan positif, jadi jangan tiba-tiba membuat persepsi itu berubah menjadi negatif dengan perkumpulan tawuran, nakoba atau lainnya. Teruskan menjadi kegiatan yang positif dan bermanfaat tanpa merugikan orang lain. Dalam hal fashion jangan sampai gerakan ini terseret dalam konsumerisme dan hedonisme, yang melunturkan nilai-nilai Citayam Fashion Week berganti ajang pameran kekayaan.

 

*Putri Adi Setyaningrum, mahasiswa Program Studi Komunikasi UNAS 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun