Dear Sista,
Aku mengenalmu belum lama, sekitar lima bulan rasanya, semenjak pertemuan kita di kota itu, semenjak kita mencari ilmu baru bersama-sama, dan rupanya takdirlah yang telah mempertemukan kita. Anehnya, rasanya dua kali bertemu hanya satu kali kita pernah berbincang-bincang, dan itu pun rame-rame ketika kita dan teman-teman bersama-sama menikmati makan malam di tangga itu. Tak ada kesan istimewa tentangmu waktu itu. Yang kuingat hanya ketertarikanmu mendengarkan cerita-ceritaku mengenai pengalamanku ketika melanjutkan studi S2ku di luar negeri. Masih aku ingat betapa antusiasnya dirimu waktu itu. Selain itu rasanya kita tidak pernah bertemu kembali selain iseng-iseng kau sapa aku ketika berada di ruang untuk menimba ilmu melalui chatroomku. Setelah itu rasanya kita tidak pernah bertemu lagi. Tapi aku tak tau kenapa ya rasanya sudah merasa 'click' denganmu. Ada yang aneh juga rasanya waktu itu. Sampai suatu hari kau kirimkan aku sebuah pesan singkat lewat handphone, kau patah hati! Waduh....beruntut cerita dan curhatan tentang kisah-kisahmu kau tumpahkan kepadaku. Aku pun dengan suka cita menanggapi semua ceritamu. Singkat cerita 'resmilah' kau jadi sahabat penaku, itu sebutan zaman dulu, mungkin kalau sekarang lebih tepat disebut sahabat virtualku. Sampai pada suatu hari kau menangis, meringis (he he he), bahkan ingin bunuh diri! Aduh...jadi kelimpungan aku waktu itu! Apa yang bisa aku lakukan? Nothing! Aku jauh darimu, aku di mana kamu di mana gitu...I could do nothing!
Sampai akhirnya aku tahu betapa besarnya cintamu pada pria itu, yang kau sebut dengan "mas". Ahh..benar-benar dalam perasaanmu. Aku masih ingat ketika kau sms aku sambil menangis tersedu-sedu, waktu itu kau tidak temukan masmu di tempat kalian biasa bertemu, dan ternyata dia sedang sibuk mempersiapkan seminar organisasi terbarunya. Aku juga masih suka mengurut dada ketika kau curhat kalau masmu punya gebetan baru. Ahh...andai kau ada di dekatku, pasti aku langsung memelukmu, karena aku tau, tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa mengerti kamu selain aku. Masih segar juga di ingatanku ketika kamu dengan bangganya bercerita tentang segala kelebihan yang dimiliki masmu. Aku salut kepadamu, betapa dalam cintamu padanya, walaupun aku juga tahu betapa banyaknya air mata yang telah kamu tumpahkan karena masmu. Aku hanya ingin kamu bahagia selalu dalam hidupmu. Karena aku menyayangimu, saudaraku.
Dear "Mas"nya Saudaraku,
It's true jika dilihat dari mana pun kalian salah. Tapi, sadarkah kamu bahwa ada sebuah cinta yang tulus di balik semua ini. Aku memang belum pernah bertemu denganmu, tapi aku bisa merasakan sebuah ketulusan dan perasaan yang mendalam dalam hatimu. Semoga dugaanku tentang hal-hal negatif di dirimu salah. Yang jelas, bahagialah dalam hidupmu
Dear Sista,
Just follow your heart. I know you can choose the best for you. and I'm always be with you. Jangan menangis, jangan tangisi hidupmu, karena hidupmu ada di genggamanmu. Maju terus ya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H