Mohon tunggu...
frida putri
frida putri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Underdog Juga Bisa

29 Februari 2016   23:31 Diperbarui: 13 Maret 2016   22:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     [caption caption="underdog"][/caption]

 

   Apa yang anda pikirkan ketika menghadapi sesuatu yg disebut " kekurangan"...pada umumnya kita akan menganggap itu adalah sesuatu yang harus dihindari, sesuatu yang akan membawa konsekuensi yang tidak menyenangkan dan masih banyak lagi yang kesemuanya berkonotasi negatif. Ya...kita manusia memiliki keterbatasan perspektif dalam memandang suatu hal...semakin kaya perspektif seseorang maka semakin bijak mereka dalam memandang, menilai sesuatu, dan sebaliknya semakin miskin perspektif seseorang semakin kaku dalam memandang, menilai sesuatu...demikian pula pandangan kita terhadap “Keunggulan dan Kekurangan”

Pada umumnya kita memiliki definisi yang kaku terhadap hal tersebut. Potensi alam yg besar suatu negara tentu suatu kelebihan, dan alam yg tidak mendukung tentu suatu kekurangan, tapi Jepang bisa membuktikan sebagai negara besar walaupun dengan potensi alam yg bisa dikatakan tidak sebesar negara kita.

Anak yang dibesarkan di keluarga yang mapan, kaya tentu suatu keunggulan karena sangat dimungkinkan mereka bisa mendapat fasilitas2 yang berguna untuk mengasah kemampuan di masa depan, tapi ternyata tak selamanya juga anak yg dibesarkan keluarga miskin tetap terbelenggu rantai kemiskinan, banyak di antara mereka yang bisa mencapai kesuksesan yang tidak biasa atau bisa dibilang sangat sukses, meskipun tak bisa dipungkiri bahwa banyak juga dari mereka yang tetap terbelenggu rantai kemiskinan, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya taraf hidupnya hanya meningkat sedikit saja.

Disleksia...tentu itu suatu kekurangan mengingat membaca adalah hal yg penting dalam kehidupan kita,...tapi ternyata tidak sedikit juga para disleksia yg muncul namanya meraih kesuksesan besar dan prestasi gemilang seperti Albert Einstein, Sir Winston Churchill, Tom Cruise, Walt Disney, Steven Spielberg, dan Lee Kuan Yeuw . Pernahkah anda membaca pula kisah masa kecil Presiden AS yg cukup terkenal hingga kini Theodore Roosevelt, yang masa kecilnya sakit-sakitan, tentu sakit sakitan bukanlah suatu kelebihan bukan?

     Lalu bagaimana mereka bisa keluar dari definisi yang terpelihara selama ini tentang kekurangan dan keluar menjadi pemenangnya. mungkin ada beberapa hal yang bisa menjelaskan itu :

1.kompensasi

     Saya suka menggunakan terminologi yg digunakan gladwell dalam bukunya David and Goliath, yaitu tentang kompensasi dan kapitalisasi. Jika kita hebat dalam sesuatu hal, maka kita akan berupaya membangun kelebihan alami kita itu....ini disebut kapitalisasi...misal saja seorang anak yang memiliki bakat di bidang musik, maka kita bisa memaksimalkan bakat tesebut dengan mengikutkannya kursus musik, berbagai lomba musik, mengenalkannya kepada seorang ahli untuk menjadi mentornya, dan berbagai upaya lainnya untuk memaksimalkan bakat tersebut. Hal seperti ini banyak kita temui di sekitar kita, misal saja Joy Alexander seorang prodigy musik jazz yang namanya santer disebut akhir akhir ini karena berhasil menembus pintu Grammy di usia sangat belia.

    Lalu apa itu kompensasi ? kompensasi adalah suatu usaha kita mengkompensasi kekurangan kita, misalkan untuk mencapai tujuan yang sama maka kita harus melakukan hal2 lain yang berbeda dengan orang lain pada umumnya, atau normalnya. Misal saja kisah masa kecil presiden AS yang legendaris Theodore Roosevelt yang sakit-sakitan. Roosevelt terlahir di New York City pada tahun 1858, anak kedua dari empat bersaudara. Sejak dilahirkan beliau mengalami serangan penyakit asma bronkial yang menyebabkan saluran pernafasannya terganggu.

Asma yang dideritanya pun terus berlanjut dan bahkan alerginya juga menyebabkan gangguan pencernaan. Alergi pernafasan dan gangguan pencernaan sangat menghambat pertumbuhan fisiknya, wajahnya pucat dan badannya kurus. Beliau juga mengalami rabun jauh ekstreem dan baru diketahui di umur 13 th karena selama itu dia tidak bersekolah di sekolah formal dikarenakan kondisinya yang lemah, beliau mengikuti home schooling diajar oleh guru privat sehingga beliau tidak perlu menggunakan matanya untuk melihat jarak jauh sehingga rabun jauh ini baru diketahui ketika sang ayah melatihnya menembak.

Namun walaupun tubuhnya lemah tapi sang ayah terus mendorongnya untuk membangun tubuhnya. Sang ayah membuatkan gimnasium pribadi, dan di bawah instruktur khusus Roosevelt dilatih mengangkat beban, push up, dll. Beliau jg berlatih menembak meskipun rabun jauh dan harus menggunakan kacamata berlensa tebal. Tapi semakin hari beliau semakin mahir, badan yang semula kurus juga semakin terbentuk, dadanya yang sempit menjadi bidang, dia juga kemudian mahir pada beberapa olah raga seperti tenis, judo, karate, renang. Beliau Sang ayah pernah mengatakan kepadanya bahwa akan percuma saja jika Roosevelt belajar dengan keras jika badannya rapuh, karena itu tidak akan bisa membawanya ke impiannya, mungkin nasehat ini juga yang menjadi salah satu motivasinya. Kemudian berkat berbagai kerja kerasnya beliau diterima bersekolah di Havard sebelum belajar hukum di Columbia Law School. Dan sejak saat itu jalan kariernya terus terbuka sampai akhirnya beliau menjadi presiden AS yang legendaris. Dari sini kita bisa melihat bahwa melakukan kompensasi itu sangat sulit, kita berhadapan dengan kekurangan yang kita miliki dan mencoba bergulat menghadapinya. Dan ternyata selama menjalani pergulatan tersebut kita juga mempelajari banyak hal yang mungkin tidak dipelajari oleh mereka yang dalam kondisi normal. Kita belajar kerja keras, belajar kegigihan, kita juga belajar hal-hal yang memperkaya kemampuan seperti cerita di atas.

     Ada juga kisah seorang yang disleksia, dalam upayanya bergulat dengan disleksia dan menghadapi kondisi yang pahit yaitu lingkungan sekitar yang menganggap bodoh, lambat dan juga malas. Dia mulai belajar hal hal baru untuk menghadapi kekurangannya, dia belajar menjadi pendengar yang baik, menjadi pengingat yang baik, mengambil inti pembicaraan atau masalah .

Dan tentu saja upayanya itu membuat dia mahir dalam mendengar, mengingat, menyimpulkan masalah, dan kemudian orang tersebut mampu menjadi seorang pengacara handal yang notabene adalah pekerjaan yang membutuhkan banyak "membaca", sangat aneh buka. Tetapi ternyata ada yang kita mungkin lupakan, banyak mendengar, mengingat, dan mengambil inti masalah serta menghubung2kan hal2 dalam suatu permasalahan(Connrcting the dots) ternyata memang sangat dipentingkan bagi seorang pengacara.. ya dia adalah David Boies seorang pengacara ternama di AS.

2. Nyaman dengan kesulitan dan kegagalan

     karena kekurangan yang dimiliki biasanya berdampak pada munculnya kesulitan-kesulitan atau kegagalan-kegagalan , maka mereka yang memiliki kekurangan tertentu akan merasa terbiasa dengan kesulitan dan kegagalan yang mereka hadapi. Ya....mereka sudah merasa nyaman dengan kesulitan dan kegagalan. Pada beberapa orang yang tak kenal menyerah, hal ini semakin membentuk karakter gigih pada mereka. Namun tak bisa dipungkiri banyak juga dari mereka yang sudah menyerah dari awal terhadap kekurangan yang mereka miliki, hal ini mungkin disebabkan karena stigma "kekurangan" yang mereka miliki sudah melekat di otak mereka.

      Seorang psikolog dari Stanford University pernah mengatakan bahwa :" hadiah terpenting dan terindah dari orang tua untuk anaknya adalah tantangan". Ya ...tantangan-tantangan, kesulitan-kesulitan, kegagalan-kegagalan, rasa frustasi dalam menghadapi berbagai masalah ternyata melatih seseorang dalam menyelesaikan masalah, menghadapi tekanan, menunda kenikmatan alias bersabar dalam berjuang meraih tujuan, dan ini semua merupakan faktor-faktor yang pada umumnya dimiliki seorang pemenang. Perasaan nyaman dengan kesulitan dan kegagalan juga membentuk karakter yang pantang menyerah, gigih, ibarat bola basket yang selalu mendal bahkan lebih tinggi jika dijatuhkan. Dan hal-hal seperti ini tidak bisa kita dapat di bangku sekolah..

3.Berada di luar tatanan

     Mereka yang memiliki kekurangan akan sesuatu hal yang pada umumnya dimiliki orang lain, adalah orang-orang yang bisa disebut "di luar tatanan" yang ada pada umumnya. Akan tetapi berada di luar tatanan ternyata tak selalu berdampak buruk, seringkali kondisi ini memunculkan sikap-sikap yang positif untuk meraih kesuksesan seperti gigih, lebih berani mengambil sikap, lebih bisa mengenali diri baik kekurangan, potensi, minat dsb,  meskipun banyak juga dari mereka yang bereaksi sebaliknya yaitu merasa depresi, tertekan karena merasa berbeda, tidak sesuai standard yang berlaku di masyarakat. Seperti kisah steven spielberg, akibat disleksia yang disandangnya, lingkungan sekolah mengucilkannya, mengolok oloknya. Begitulah nasib para disleksia di dalam lingkungan di mana membaca adalah sangat penting, seringkali mereka dianggap bodoh, lambat, malas dan sebagainya. Kemudian untuk melarikan diri dari cemooh cemooh tersebut Spielberg mulai masuk dan mencintai dunia  film…ya nothing to lose …dia menyukainya, dan ini bisa membuatnya nyaman karena bisa menghindari cemooh- cemooh di sekolahnya Dan bahkan Spielberg mengatakan bahwa film tidak hanya memberinya ruang untuk menyalurkan energi, tetapi perasaan terkucilnya juga membuatnya menuliskan naskah The Goonies, sebuah film yang meledak di pasaran yang bercerita tentang sekumpulan sahabat yang tidak nyaman berada di sekolah..

     Dari uraian di atas kita bisa melihat bahwa definisi kekurangan dan kelebihan kita masih cenderung kaku, masih mengikuti perspektif masyarakat pada umumnya, padahal jika kita melihat dari perspektif yang berbeda bisa jadi kekurangan tersebut adalah bagian dari pembangun keunggulan kita, bagian dari jalan menuju pintu keunggulan kita. Tuhan menciptakan alam dan seisinya ini termasuk kita manusia tentunya tidak sia sia...maka sayangilah diri kita, percayalah pada diri kita sendiri, dan berilah ruang untuk potensi-potensi yang telah Tuhan berikan pada kita untuk tumbuh dan berkembang, karena kekurangan atau kelebihan hanyalah tentang cara kita memandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun