Mohon tunggu...
frida putri
frida putri Mohon Tunggu... Lainnya - mom of 2 lil girls

mom of 2 lil girls, akademisi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Underdog Juga Bisa

29 Februari 2016   23:31 Diperbarui: 13 Maret 2016   22:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun walaupun tubuhnya lemah tapi sang ayah terus mendorongnya untuk membangun tubuhnya. Sang ayah membuatkan gimnasium pribadi, dan di bawah instruktur khusus Roosevelt dilatih mengangkat beban, push up, dll. Beliau jg berlatih menembak meskipun rabun jauh dan harus menggunakan kacamata berlensa tebal. Tapi semakin hari beliau semakin mahir, badan yang semula kurus juga semakin terbentuk, dadanya yang sempit menjadi bidang, dia juga kemudian mahir pada beberapa olah raga seperti tenis, judo, karate, renang. Beliau Sang ayah pernah mengatakan kepadanya bahwa akan percuma saja jika Roosevelt belajar dengan keras jika badannya rapuh, karena itu tidak akan bisa membawanya ke impiannya, mungkin nasehat ini juga yang menjadi salah satu motivasinya. Kemudian berkat berbagai kerja kerasnya beliau diterima bersekolah di Havard sebelum belajar hukum di Columbia Law School. Dan sejak saat itu jalan kariernya terus terbuka sampai akhirnya beliau menjadi presiden AS yang legendaris. Dari sini kita bisa melihat bahwa melakukan kompensasi itu sangat sulit, kita berhadapan dengan kekurangan yang kita miliki dan mencoba bergulat menghadapinya. Dan ternyata selama menjalani pergulatan tersebut kita juga mempelajari banyak hal yang mungkin tidak dipelajari oleh mereka yang dalam kondisi normal. Kita belajar kerja keras, belajar kegigihan, kita juga belajar hal-hal yang memperkaya kemampuan seperti cerita di atas.

     Ada juga kisah seorang yang disleksia, dalam upayanya bergulat dengan disleksia dan menghadapi kondisi yang pahit yaitu lingkungan sekitar yang menganggap bodoh, lambat dan juga malas. Dia mulai belajar hal hal baru untuk menghadapi kekurangannya, dia belajar menjadi pendengar yang baik, menjadi pengingat yang baik, mengambil inti pembicaraan atau masalah .

Dan tentu saja upayanya itu membuat dia mahir dalam mendengar, mengingat, menyimpulkan masalah, dan kemudian orang tersebut mampu menjadi seorang pengacara handal yang notabene adalah pekerjaan yang membutuhkan banyak "membaca", sangat aneh buka. Tetapi ternyata ada yang kita mungkin lupakan, banyak mendengar, mengingat, dan mengambil inti masalah serta menghubung2kan hal2 dalam suatu permasalahan(Connrcting the dots) ternyata memang sangat dipentingkan bagi seorang pengacara.. ya dia adalah David Boies seorang pengacara ternama di AS.

2. Nyaman dengan kesulitan dan kegagalan

     karena kekurangan yang dimiliki biasanya berdampak pada munculnya kesulitan-kesulitan atau kegagalan-kegagalan , maka mereka yang memiliki kekurangan tertentu akan merasa terbiasa dengan kesulitan dan kegagalan yang mereka hadapi. Ya....mereka sudah merasa nyaman dengan kesulitan dan kegagalan. Pada beberapa orang yang tak kenal menyerah, hal ini semakin membentuk karakter gigih pada mereka. Namun tak bisa dipungkiri banyak juga dari mereka yang sudah menyerah dari awal terhadap kekurangan yang mereka miliki, hal ini mungkin disebabkan karena stigma "kekurangan" yang mereka miliki sudah melekat di otak mereka.

      Seorang psikolog dari Stanford University pernah mengatakan bahwa :" hadiah terpenting dan terindah dari orang tua untuk anaknya adalah tantangan". Ya ...tantangan-tantangan, kesulitan-kesulitan, kegagalan-kegagalan, rasa frustasi dalam menghadapi berbagai masalah ternyata melatih seseorang dalam menyelesaikan masalah, menghadapi tekanan, menunda kenikmatan alias bersabar dalam berjuang meraih tujuan, dan ini semua merupakan faktor-faktor yang pada umumnya dimiliki seorang pemenang. Perasaan nyaman dengan kesulitan dan kegagalan juga membentuk karakter yang pantang menyerah, gigih, ibarat bola basket yang selalu mendal bahkan lebih tinggi jika dijatuhkan. Dan hal-hal seperti ini tidak bisa kita dapat di bangku sekolah..

3.Berada di luar tatanan

     Mereka yang memiliki kekurangan akan sesuatu hal yang pada umumnya dimiliki orang lain, adalah orang-orang yang bisa disebut "di luar tatanan" yang ada pada umumnya. Akan tetapi berada di luar tatanan ternyata tak selalu berdampak buruk, seringkali kondisi ini memunculkan sikap-sikap yang positif untuk meraih kesuksesan seperti gigih, lebih berani mengambil sikap, lebih bisa mengenali diri baik kekurangan, potensi, minat dsb,  meskipun banyak juga dari mereka yang bereaksi sebaliknya yaitu merasa depresi, tertekan karena merasa berbeda, tidak sesuai standard yang berlaku di masyarakat. Seperti kisah steven spielberg, akibat disleksia yang disandangnya, lingkungan sekolah mengucilkannya, mengolok oloknya. Begitulah nasib para disleksia di dalam lingkungan di mana membaca adalah sangat penting, seringkali mereka dianggap bodoh, lambat, malas dan sebagainya. Kemudian untuk melarikan diri dari cemooh cemooh tersebut Spielberg mulai masuk dan mencintai dunia  film…ya nothing to lose …dia menyukainya, dan ini bisa membuatnya nyaman karena bisa menghindari cemooh- cemooh di sekolahnya Dan bahkan Spielberg mengatakan bahwa film tidak hanya memberinya ruang untuk menyalurkan energi, tetapi perasaan terkucilnya juga membuatnya menuliskan naskah The Goonies, sebuah film yang meledak di pasaran yang bercerita tentang sekumpulan sahabat yang tidak nyaman berada di sekolah..

     Dari uraian di atas kita bisa melihat bahwa definisi kekurangan dan kelebihan kita masih cenderung kaku, masih mengikuti perspektif masyarakat pada umumnya, padahal jika kita melihat dari perspektif yang berbeda bisa jadi kekurangan tersebut adalah bagian dari pembangun keunggulan kita, bagian dari jalan menuju pintu keunggulan kita. Tuhan menciptakan alam dan seisinya ini termasuk kita manusia tentunya tidak sia sia...maka sayangilah diri kita, percayalah pada diri kita sendiri, dan berilah ruang untuk potensi-potensi yang telah Tuhan berikan pada kita untuk tumbuh dan berkembang, karena kekurangan atau kelebihan hanyalah tentang cara kita memandang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun