Mohon tunggu...
Putri Permata
Putri Permata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030069 UIN Sunan Kalijaga

Mengabadikan kenangan dengan foto itu sangat berarti bagi Putri. Selain itu Putri juga sangat memperhatikan penampilannya. Putri suka sekali dengan kopi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Skena Culture: Gen Z dan Kekuatan Identitas Digital Masa Kini

12 Juni 2024   19:14 Diperbarui: 12 Juni 2024   19:18 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Z, yang terdiri dari individu yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, telah menjadi subjek dari sebuah fenomena budaya yang menarik, dikenal sebagai skena culture. Dalam era di mana teknologi dan media sosial mendominasi kehidupan sehari-hari, Gen Z telah menjadi penggerak utama di balik evolusi skena culture, menciptakan dan mengadopsi tren yang memengaruhi cara mereka berinteraksi, berpakaian, dan berekspresi.

Salah satu ciri khas utama dari skena culture adalah identitas digital yang kuat. Gen Z menggunakan platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter sebagai alat untuk mengekspresikan diri, menemukan komunitas sebaya, dan memperluas jangkauan budaya mereka. Melalui estetika visual yang unik, tagar, dan meme, skena culture Gen Z telah menjadi sarana untuk mengukuhkan identitas mereka dalam lanskap digital yang terus berkembang.Adopsi terhadap berbagai subkultur seperti e-girl, e-boy, VSCO girl, dan banyak lagi, telah menjadi ciri khas skena culture Gen Z. Gaya berpakaian, gaya rambut, dan bahkan tata cara bicara menjadi elemen-elemen yang mengidentifikasi anggota dari subkultur ini. Namun, yang menarik adalah bagaimana skena culture ini mencerminkan kekayaan keragaman dan inklusivitas, di mana individu dihargai karena keunikan mereka, tanpa batasan gender, orientasi seksual, atau latar belakang budaya.Selain itu, fenomena skena culture juga memengaruhi tren konsumsi, terutama dalam musik, film, dan gaya hidup. 

Gen Z telah menjadi penggerak utama di balik popularitas genre musik tertentu, seperti K-pop, dan telah menciptakan permintaan yang tinggi terhadap produk-produk yang dipromosikan oleh selebriti dan influencer di media sosial.Namun, tidak semua aspek dari skena culture begitu glamor. Kritik terhadap budaya cancel (membatalkan) dan toksisitas dalam beberapa komunitas skena culture juga telah muncul, menyoroti tantangan dari kebebasan berekspresi dalam lingkungan yang terkadang dapat menjadi beracun.Dengan demikian, fenomena skena culture di kalangan Gen Z tidak hanya merupakan gejala budaya, tetapi juga merupakan cerminan dari kekuatan identitas digital dan kebutuhan akan ekspresi kreatif di era digital ini. Dengan terus berkembangnya dunia digital, skena culture Gen Z kemungkinan akan terus berevolusi, membawa dampak yang lebih dalam dalam budaya populer, identitas individu, dan dinamika sosial secara keseluruhan.

Dampak Skena Culture terhadap Tren Fashion

Skena culture memiliki dampak yang signifikan terhadap tren fashion, baik dari segi estetika maupun perilaku konsumen. Beberapa dampak yang dapat dilihat dari skena culture terhadap tren fashion antara lain:

1. Estetika dan Gaya Berpakaian: Skena culture, yang sering kali mencakup gaya berpakaian dengan nilai estetika tinggi, mempengaruhi tren fashion dengan pemilihan warna, motif, dan tekstur kain yang menarik. Gaya berpakaian dalam skena culture seringkali mencakup penggunaan sepatu bot, celana denim, kaos band atau musik, totebag, dan aksesoris sebagai pemanis .

2. Konsumtif dan Perubahan Tren Mode: Industri fast fashion, yang merupakan bagian dari tren mode, seringkali mengabaikan dampak buruk terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan oleh pola konsumtif masyarakat yang memberikan pengaruh dalam fenomena fast fashion. Masyarakat merasa wajib mengikuti tren mode agar dianggap sebagai manusia yang modern dan fashionable, sehingga memicu produksi produk fashion yang cepat untuk menyesuaikan dan melengkapi tuntutan dari konsumen tren mode.

3. Dampak Lingkungan: Industri fast fashion bertanggung jawab terhadap sekitar 10% dari total emisi karbon di dunia, bahkan diperkirakan akan mengalami peningkatan sampai 50% di tahun 2030. Selain itu, penggunaan pestisida berbahaya dalam produksi fast fashion dapat menyebabkan berbagai dampak berbahaya, seperti menurunkan kualitas tanah, risiko kesehatan pada petani, dan pencemaran perairan .

4. Dampak Kesehatan Mental: Budaya pembatalan (cancel culture) juga dapat memberikan dampak yang serius bagi seseorang, terutama figur publik, karena dapat memengaruhi image baik di mata publik dan hilangnya pengaruh di ruang digital maupun nyata. Namun, tren ini juga dapat memberikan dampak positif, seperti meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai sebuah isu dan membantu korban penyintas ketidakadilan bersuara bersama-sama demi tercapainya suatu keadilan.

(Radio Solopos FM)
(Radio Solopos FM)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun