Dalam beberapa dekade terakhir, dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan kurikulum. Dua kurikulum yang sering menjadi bahan perbandingan adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (CBSA) yang diterapkan pada tahun 1984, dan Kurikulum Merdeka yang mulai diperkenalkan pada tahun 2022. Kedua kurikulum ini memiliki karakteristik dan pendekatan yang berbeda dalam pengembangan pendidikan.
A. Pendekatan Pengajaran
Kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) mengedepankan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi, eksperimen, dan kegiatan pembelajaran lainnya. CBSA bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa.
Sebaliknya, Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan lebih besar kepada guru dan siswa dalam menentukan cara belajar yang paling sesuai. Kurikulum ini menekankan pada diferensiasi pembelajaran, di mana setiap siswa dapat belajar sesuai dengan minat, bakat, dan kecepatannya masing-masing. Guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan metode dan materi pembelajaran yang lebih relevan dan kontekstual dengan kebutuhan siswa.
B. Fleksibilitas dan Adaptabilitas
Kurikulum Merdeka menawarkan fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan CBSA. Dalam Kurikulum Merdeka, sekolah diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa. Sementara itu, CBSA lebih terstruktur dengan penekanan pada metode pembelajaran aktif yang harus diimplementasikan secara uniform di seluruh sekolah.
C. Fokus pada Hasil Belajar
CBSA berfokus pada proses belajar yang aktif dan interaktif, dengan tujuan utama meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar. Namun, dalam praktiknya, beberapa tantangan muncul, seperti kesulitan dalam penilaian keterampilan proses dan implementasi yang konsisten di berbagai sekolah.
Kurikulum Merdeka, di sisi lain, lebih berfokus pada hasil belajar dan pencapaian kompetensi tertentu. Penilaian dalam Kurikulum Merdeka lebih holistik, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Selain itu, penilaian juga lebih berorientasi pada pengembangan karakter dan keterampilan hidup siswa.
D. Implementasi Teknologi
Kurikulum Merdeka lebih mengakomodasi penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Pandemi COVID-19 mempercepat adopsi teknologi dalam pendidikan, dan Kurikulum Merdeka mengintegrasikan penggunaan teknologi sebagai alat bantu belajar yang esensial. Di era CBSA, teknologi belum menjadi komponen utama dalam pembelajaran, sehingga pendekatannya lebih tradisional.
Setiap kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. CBSA mengedepankan peran aktif siswa dalam pembelajaran, namun menghadapi tantangan dalam implementasi yang konsisten. Kurikulum Merdeka menawarkan fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih tinggi, memungkinkan pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan individu siswa dan perkembangan teknologi.
Perubahan kurikulum adalah bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan terus mengevaluasi dan menyesuaikan kurikulum, diharapkan pendidikan di Indonesia dapat lebih responsif terhadap tantangan zaman dan kebutuhan peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H