Mohon tunggu...
Putri Maharani
Putri Maharani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Palangkaraya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoroti Fenomena Pengangguran yang Membayangi Lulusan Sarjana

18 Mei 2023   14:55 Diperbarui: 18 Mei 2023   15:22 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Putri Maharani//Akuntansi//Ekonomi dan Bisnis//Universitas Palangkaraya

Pengangguran di kalangan lulusan sarjana telah menjadi fenomena yang semakin memprihatinkan akhir-akhir ini. Meskipun telah mengantongi gelar sarjana, faktanya sekarang banyak lulusan perguruan tinggi yang mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka. Dari fenomena ini dapat dilihat adanya kesenjangan antara apa yang dipelajari oleh para sarjana selama studi mereka dan kebutuhan sebenarnya di pasar tenaga kerja. Fenomena ini tentu saja menjadi perhatian serius karena menimbulkan berbagai pertanyaan tentang efektivitas sistem pendidikan tinggi dalam mempersiapkan lulusannya untuk menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif.

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, Ida Fauziyah, mengatakan bahwa sekitar 12% pengangguran yang di Indonesia saat ini didominasi oleh lulusan sarjana dan diploma. Menurut beliau, besarnya jumlah pengangguran dari lulusan perguruan tinggi ini disebabkan oleh tidak adanya link and match antara perguruan tinggi dengan pasar kerja.

 sumber:https://www.ugm.ac.id/id/berita/23493-menaker-12-persen-pengangguran-di-indonesia-didominasi-lulusan-sarjana-dan-diploma

Penyebab dari fenomena ini sangatlah beragam, mulai dari faktor internal maupun eksternal. Bebarapa faktor yang menjadi penyebab fenomena ini sebagai berikut:

  • Pertumbuhan ekonomi yang lambat 

Ketika pertumbuhan ekonomi melambat, maka jumlah peluang kerja yang tersedia juga menurun. Hal ini menciptakan persaingan yang lebih ketat di pasar tenaga kerja dan tentu saja mempersulit bagi para lulusan untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan.

  • Peningkatan jumlah pertumbuhan perguruan tinggi dan sarjana yang lulus setiap tahunnya.

Di banyak negara, baik di negara maju maupun berkembang, jumlah perguruan tinggi telah meningkat dengan pesat. Hal ini tentu saja menyebabkan lonjakan jumlah lulusan sarjana yang bersaing untuk pekerjaan yang terbatas di pasar kerja. Terlalu banyak lulusan dengan keterampilan yang serupa dapat menyebabkan kelebihan pasokan tenaga kerja dalam beberapa industri.

  • Mismatch kualifikasi

Masalah mismatch kualifikasi juga menjadi faktor penyebab pengangguran dikalangan sarjana, di mana kualifikasi dan keahlian lulusan tidak selaras dengan kebutuhan dari sektor industri. Dalam beberapa kasus, keterampilan yang dimiliki oleh lulusan tidak selaras dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Perkembangan teknologi dan transformasi digital telah mengubah lanskap pekerjaan, dan terkadang perguruan tinggi belum mampu mengikuti perkembangan tersebut dengan cepat. Hal ini dapat menghasilkan jurusan atau program studi yang tidak relevan atau kurang sesuai dengan permintaan pasar kerja. Beberapa lulusan mungkin memiliki kualifikasi yang lebih berorientasi pada akademik daripada keterampilan praktis yang dibutuhkan di tempat kerja. Kurangnya kolaborasi antara institusi pendidikan dan sektor industri dalam merancang kurikulum yang relevan dan program magang dapat menyebabkan kesenjangan ini.

  • Persaingan yang ketat dan Tidak adanya pengalaman kerja

Banyak lulusan dengan gelar sarjana bersaing untuk pekerjaan terbatas yang disebabkan oleh globalisasi dan kemajuan teknologi yang mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan mereka. Tidak adanya pengalaman kerja juga menjadi salah satu hambatan bagi lulusan yang mencari pekerjaan. Banyak perusahaan mengharapkan calon karyawan memiliki pengalaman kerja sebelumnya, bahkan untuk posisi awal. Hal ini sering kali menjadi masalah bagi lulusan yang baru saja menyelesaikan studi mereka, karena mereka sulit mendapatkan pengalaman yang dibutuhkan jika tidak ada yang memberi mereka kesempatan pertama.

Dampak Fenomena Sarjana Pengangguran

Fenomena sarjana pengangguran memiliki dampak yang signifikan, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan:

Beban Finansial 

Akibat dari permasalahan ini banyak sarjana menghadapi beban finansial yang berat karena mereka memiliki utang pendidikan yang perlu dibayar tanpa memiliki pendapatan yang stabil. Hal ini dapat mempengaruhi kesejahteraan individu dan menghambat perkembangan ekonomi.

Kesenjangan pendapatan

Kesenjangan pendapatan antara lulusan dan non-lulusan semakin melebar. Lulusan yang tidak dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mereka mungkin terpaksa menerima pekerjaan dengan upah yang lebih rendah atau pekerjaan yang tidak sesuai bidangnya.

Penurunan kesejahteraan psikologis

Para sarjana yang mengalami penurunan kesejahteraan psikologis termasuk tingkat depresi dan kecemasan yang tinggi. Mereka mungkin merasa frustrasi dan kehilangan harapan karena tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh selama studi mereka.

Untuk mengatasi fenomena sarjana pengangguran ada beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan Seperti diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta. Pemerintah perlu mengadopsi kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja baru dan memfasilitasi keterhubungan antara perguruan tinggi dan dunia kerja. Institusi pendidikan harus memperbarui kurikulum mereka untuk mencakup keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, serta menyediakan pelatihan tambahan yang mempersiapkan siswa untuk dunia kerja. Mengurangi stigma terhadap pekerjaan non-sarjana, masyarakat juga perlu mengubah persepsi mereka terhadap pekerjaan non-sarjana. Banyak pekerjaan yang tidak membutuhkan gelar sarjana tetapi tetap berpotensi menghasilkan karier yang sukses dan memuaskan. Selain itu, penting bagi para lulusan untuk mengembangkan sikap yang proaktif dalam mencari pekerjaan. Mereka perlu meningkatkan keterampilan komunikasi, networking, dan pemasaran diri untuk membedakan diri mereka dari kompetisi. Mengikuti pelatihan tambahan, sertifikasi, atau magang juga dapat meningkatkan peluang kerja mereka.

Kesimpulan:

Fenomena sarjana pengangguran telah menjadi masalah serius dalam beberapa tahun terakhir. Kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan pasar tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi yang lambat, kelebihan pasokan tenaga kerja, dan kurangnya pengalaman kerja menjadi beberapa faktor penyebab fenomena ini. Dampaknya termasuk beban finansial, kesenjangan pendapatan, dan penurunan kesejahteraan psikologis. Solusinya melibatkan kerjasama antara pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta, dengan perbaikan kurikulum, kebijakan yang mendukung lapangan kerja baru, dan perubahan persepsi terhadap pekerjaan non-sarjana. Para lulusan juga perlu mengembangkan keterampilan tambahan dan sikap proaktif dalam mencari pekerjaan.


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun