Mohon tunggu...
Putri Na Tan
Putri Na Tan Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara

Hidup itu penuh dengan seni.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Desa Kedelai, Rumah di Guyangan Jadi Uang

21 April 2020   08:08 Diperbarui: 21 April 2020   08:56 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selasa,14 April 2020 pukul 13.00

GUYANGAN-Sekali mendayung dua tiga pulai terlampaui, mungkin inilah ungkapan yang tepat bagi masyarakat Guyangan RT 01 dan RT 02 Bangsri, Jepara. 

Masyarakat wilayah ini mayoritas mempunyai mata pencaharian sebagai wirausaha makanan produk kedelai (home industry). Produk tersebut sering disebut dengan nama tahu dan tempe. 

Produk tersebut terbuat dari 100% kedelai murni yang diolah melalui proses dengan campuran bahan ragi. Namun, tidak hanya bahan kedelai saja yang dimanfaatkan. Bahkan, sisa (ampas) olahan pembuatan tahu dan tempe masih bisa digunakan lagi. Di wilayah ini, sisa atau ampas diolah lagi menjadi biogas yang disalurkan ke rumah-rumah warga sekitar industry. Tak hanya itu, ampas hingga diolah menjadi makanan lagi baik untuk manusia maupun untuk hewan.

Menurut Salah satu pengusaha Tempe di RT 01, Kutalis mengatakan terhitung keseluruhan di RT 01 dan RT 02, terdapat 17 HI (home industry) produk bahan dasar kedelai yang terbagi menjadi 5 HI produksi Tempe, 9 HI produksi Tahu, dan 3 HI produksi Gembos (olahan sisa pembuatan Tahu). Pengusaha tahu tempe didaerah RW 01 mempunyai hubungan saling mengenal dengan baik dan semangat berwirausaha tinggi.

Tak hanya itu, selain menjadi wirausaha kedelai, mereka juga mempunyai usaha sampingan peternakan. Dengan itu, sisa air limbah olahan produksi dapat diberikan kepada hewan ternak bahkan dijual ke daerah lain pula.

Tempe dan Tahu mempunyai bahan dasar yang sama yakni kedelai, namun mempunyai proses pembuatan yang berneda tentunya. Jika Tempe dibuat dengan cara merebus kedelai dan memberi ragi sebagai bahan fermentasi dan di diamkan sehari semalam, Tahu dibuat dengan melebur kedelai dan sarinya hingga dicetak menjadi bentuk sesuai keinginan. Akan tetapi, manfaat yang dipunyai tetap banyak dan sama karena mempunyai bahan dasar yang sama.

Masyarakat Guyangan sangat bersinergi dalam mengolah segala bentuk kedelai baik kedelai murni hingga ampasnya, dimanfaatkan semua. Jika Kedelai dimanfaatkan menjadi Tahu dan Tempe. Air limbah yang dihasilkan dari produksi home industry baik tahu atau tempe dimanfaatkan menjadi olahan makanan lagi. 

Pertama, dijadikan untuk minuman dan makanan hewan ternak kambing, sapi dan kerbau. Kedua, dimanfaatkan menjadi makanan manusia, yakni Gembos. Makanan gembos, hanya terbuat dari sisa pembuatan tahu yang direbus lalu di beri ragi untuk fermentasi seperti Tempe. 

Tak hanya itu, Limbah yang terlalu banyak, sekarang dibuatkan saluran dan ditampung dalam lubang besar yang akhirnya diolah menjadi biogas dan disalurkan ke rumah warga sekitar.

Gambar.2. Tahap Pengemasan
Gambar.2. Tahap Pengemasan

Masyarakat mengaku merasa terbantu sejak adanya perkembangan olahan industry kedelai disekitar guyangan tentunya RW 01, masyarakat disekitar yang semula menjadi ibu rumah tanggga sekarang dapat bekerja bersama dan saling tolong menolong sehingga sedikit demi sedikit ekonomi mereka terbantu. 

Bapak-bapak yang mempunyai hewan ternak juga tidak kesulitan mencari pangan untuk hewan ternak mereka. Keluarga yang kurang mampu dapat terbantu ekonomi nya dengan adanya usaha kedelai ini.

Walaupun sekarang harga kedelai sedang melonjak karena keadaan darurat Corona nasional sehingga mempengaruhi harga kedelai di pasaran, seperti dilansir dari Waspada Aceh.com (28/03/2020) bahwa harga bahan baku untuk produk temped an tahu ini, di Medan dan Deli Serdang, Sumatera Utara dalam beberapa pekan terakhir trus meroket. Harganya naik hingga mencapai sekitar 50 persen.

Hal itu ternyata sama juga yang dialami masyarakat di Guyangan Jepara.. Namun mereka tetap berusaha untuk menyeimbangkan harga dan produksi agar tetap bisa berjualan karena untuk memenuhi ekonomi keluarga.

Gambar.3. Wawancara dengan Salah satu pengusaha Home Industri Gembos.
Gambar.3. Wawancara dengan Salah satu pengusaha Home Industri Gembos.

"Saya tetap berusaha berjualan dan memproduksi gembos, walaupun harga kedelai melonjak dan peminat di pasaran sekarang sedang menurun, namun kami tetap semangat berusaha karena dari sinilah kami mendapatkan penghasilan". Kata Atik, salah satu pengusaha Gembos.

Masyarakat guyangan RW 01 adalah contoh dari masyarakat yang berhasil meningkatkan kemampuan mereka dengan membangun dan mengolah home industry hingga mampu meningkatkan kesejahteraan kepada daerah dan sesama manusia terutama tetangga sekitar. Hal ini bisa menjadi inspirasi bagai semua orang dan daerah-daerah lain untuk terus berinovasi dan meningkatkan kesejahteraan bersama. (Putri Intan Nalumsari / Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam UNISNU JEPARA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun