Mohon tunggu...
Putri Zihan Nur Haryadi
Putri Zihan Nur Haryadi Mohon Tunggu... Guru - Institut Ummul Quro Al Islami Bogor

Hobi saya menari, berpuisi dan menulis, saya juga hobi menonton drakor : 0

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Pendidikan Ibnu Sina Mengenai Tujuan Pendidikan, Kurikulum, Metode Pembelajaran, dan Guru

14 Juli 2024   12:08 Diperbarui: 14 Juli 2024   12:08 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tujuan Pendidikan
        Ibnu Sina mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dipunyai oleh individu dalam perkembangannya yang sempurna, yaitu pertumbuhan fisik, kecerdasan dan tingkah laku. Selain itu, pendapat Ibnu Sina tentang pendidikan wajib untuk terarah terhadap upaya dalam menyiapkan individu agar ketika hidup di sosial dengan bersama-sama dalam melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya searah dengan kemampuan, kesiap sediaan dan keterampilan yang dimilikinya.
        Khusus pendidikan yang bersifat jasmani, Ibnu Sina mengemukakan sekiranya tujuan pendidikan ialah pertahanan fisik dan segala sesuatu yang berkenaan dengannya seperti makan, minum, tidur, berolahraga dan menjaga kebersihan. Melalui pendidikan jasmani atau olah raga, siswa diarahkan agar terbentuknya perkembangan dan kecerdasan otak.    
        Sekalipun dengan pendidikan tingkah laku diperlukan siswa mempunyai kebiasaan menghargai terhadap pergaulan hidup sehari-hari. Kalau dengan pendidikan kesenian siswa dapat mengasah perasaannya dengan cepat. Lalu Ibnu Sina juga mengemukakan tujuan pendidikan yang memiliki keahlian yang diperlihatkan pada pendidikan bidang perkayuan, membuat design dan lainnya, maka akan nampak tenaga kerja yang kompeten yang bisa melakukan pekerjaan secara berpengalaman.
        Apabila gagasan yang diungkapkan oleh Ibnu Sina tentang tujuan pendidikan tersebut lalu dikaitkan antara yang satu dengan yang lain sehingga akan terlihat bahwa Ibnu Sina mempunyai pendapat bahwa selain memiliki gagasan yang menyeluruh sesuai pada bagian pertama, juga mempunyai gagasan tentang tujuan pendidikan secara operasional di setiap bidang pendidikan.
        Ibnu Sina dalam pemikiran tersebut, searah dengan pemikirannya mengenai insan kamil, ialah individu yang terbentuk seluruh kemampuan dirinya sendiri secara seimbang dan menyeluruh. Selanjutnya faktor sosial yang sudah melangkah lebih jauh ketika Ibnu Sina masih hidup, sesuai yang disampaikan, yang dapat terpengaruh dalam rumusannya terhadap tujuan pendidikan pada bidang keahlian sesuai yang disampaikan diatas. Dengan ciri-ciri ini nampak pengaruh pemikiran filsafatnya dan situasi sosial.
Selanjutnya, adapun rumusan tujuan pendidikan menurut Ibnu sina di atas terlihat berdiri pada kebenaran yang dilakukan oleh individu, dan bukan hasil ilusi yang tidak mempunyai dasar keahlian. Karena itu pada rumusan tujuan pendidikan yang disampaikan oleh Ibnu Sina telah tercantum dan terencana mengenai pokok dan kegunaan pendidikan yang disampaikan kepada murid sebagai peserta didik.
Kegunaan itu ialah yang harus dapat dikembangkan dalam kemampuan dan keterampilan peserta didik yang dimiliki oleh dirinya sendiri secara umum, dan harus bisa membantu individu agar selalu terkenal dalam melakukan kegunaannya sebagai khalifah di masyarakat sosial dengan keterampilan yang bisa diandalkan.
Pada tujuan ini, Ibnu Sina terlihat berjuang melaksanakan gambaran yang berkaitan dalam membina individu yang mempunyai keterampilan dan membendung lahirnya hasil dari pendidikan yang tidak bisa bekerja di lingkungan sosial yang mengakibatkan pada munculnya pengangguran.
Tujuan yang di paparkan oleh Ibnu Sina itu terlihat masih bisa dibentuk oleh seluruh warga negara yang menghendaki kemajuan. Selanjutnya, rumusan tujuan pendidikan oleh Ibnu Sina terlihat memberikan contoh tingkah lakunya selain sebaai individu yang cerdas, dan sebagai pekerja yang telah ada didalam dirinya.
Kurikulum walaupun bukan secara formal Ibnu Sina menyebutkan (istilah) kurikulum, tetapi selanjutnya penulis bisa menggambarkan kurikulum dan materi ilmu pengetahuan yang wajib disampaikan dan diajarkan menurut pendapat Ibnu Sina. Materi pelajaran merupakan disiplin ilmu yang bisa membantu peserta didik untuk mengisi perkembangan keterampilan tersebut. Ibnu Sina membagi tingkatan materi ilmu pengetahuan yang harus diselesaikan siswa sesuai tahapan perkembangan dan usia perkembangan anak.
Sesuai dengan kurikulum Ibnu Sina menyerahkan batasan tentang ajaran - ajaran pendidikan bahwa jangan mendahului pelajaran Al-Qur'an kepada siswa tetapi setelah tercapainya tingkat kematangan siswa, daya pikir dan jasmaniah yang mungkin akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diajarkan.
Menggabungkan antara pengajaran Al-Qur'an dengan huruf hijaiyah ialah menguatkan pemikiran pendidikan modern pada saat ini ialah dengan cara tercampur antara tersusun dan sistematis dalam membaca, mengajar dan menulis. Selanjutnya siswa diajarkan materi agama pada waktu tingkat dengan kematangan yang stabil dimana menurut adat kebiasaan hidup agama yang benar sudah terbuka dan terdapat di dalam jiwanya dan dapat terpengaruhi pada daya inderawi dan juga perasaannya.    
Selanjutnya terkait dengan kurikulum yang sederhana istilah ini diaplikasikan untuk di tunjukan kepada sejumlah mata pelajaran yang harus dilewati untuk tercapainya suatu gelar atau ijazah. Penjelasan ini sesuai dengan pandangan Crow dan Crow yang mengungkapkan bahwa kurikulum adalah rencana pengajaran yang berisi beberapa mata pelajaran yang tersusun secara sistematik yang diperlukan untuk dapat diselesaikan dalam suatu program pendidikan tertentu.
Rancangan Ibnu Sina tentang kurikulum yang didasari pada tingkat pertumbuhan usia siswa ialah usia 3 sampai 5 tahun dan 6 sampai 14 tahun. Untuk usia 3 sampai 5 tahun contohnya, menurut Ibnu Sina perlu disampaikan bahwa mata pelajaran kebersihan, olahraga, budi pekerti dan kesenian.
Pelajaran olah raga ialah untuk mengarahkan dan membina semua yang terkait dalam pertumbuhan fisik siswa dan penggunaan organ tubuh secara maksimal. Sedangkan kalau pelajaran budi pekerti ditujukan untuk memberikan bekal kepada siswa agar memiliki kebiasaan budi pekerti dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selain itu dengan pendidikan kebersihan ditujukan agar siswa dapat memiliki kebiasaan mencintai kebersihan, dan dengan pendidikan seni suara dan kesenian yang diarahkan agar mendapatkan perasaan dalam mencintai dan mencapai daya khayalnya yang meningkat.
Tentang mata pelajaran olahraga, Ibnu Sina mempunyai gagasan yang dapat memengaruhi gagasan dalam psikologisnya. Terhadap hubungan ini Ibnu Sina memaparkan ketentuan dalam berolahraga yang dapat diseimbangkan dengan peningkatan pertumbuhan usia siswa dan keterampilan yang dimilikinya.
Dari cara ini kita dapat mengetahui dengan pasti bahwa apa saja diantara siswa yang harus diberikan pendidikan olah raga sederhana saja, dan yang apa saja siswa yang harus dilatih dalam berolah raga dengan lebih banyak lagi. Ibnu Sina  memperinci dengan lebih lanjut tentang apa saja olah raga yang memang di haruskan untuk diberi dukungan fisik yang kuat serta keterampilan dan apa saja olah raga yang lambat, ringan maupun sulit yang membutuhkan peralatan dan lain sebagainya.
Menurut pendapatnya semua jenis olah raga dapat diseimbangkan dengan keperluan untuk kehidupan siswa. Dari banyaknya olah raga, yang harus dimasukkan kedalam kurikulum atau rancangan mata pelajaran menurut Ibnu Sina adalah olah raga adu tenaga, seperti gulat, jalan cepat, memanah, melompat, mengendarai unta, dan lainnya.
Selain itu, Ibnu Sina menerangkan pula tentang olah raga yang khusus dan olah raga yang umum, dan juga olah raga yang dapat dilakukan oleh semua jenis kelamin dan usia. Selain itu, adapun pembelajaran dalam kebersihan Ibnu Sina menjelaskan bahwa pelajaran dalam hidup bersih dapat dimulai dari ketika anak tidur, makan, maupun mandi. Dengan cara ini, dapat diketahui mana saja anak yang dapat melakukan hidup sehat dan mana saja yang tampil kotor dan kurang sehat.
Adapun kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun menurut pendapat Ibnu Sina adalah tentang mata pelajaran membaca, menghafal Al-Qur'an, pelajaran agama, syair, dan pelajaran olah raga. Menurut gagasan Ibnu Sina pelajaran membaca dan menghafal Al-Qur'an dapat bermanfaat untuk pelaksanaan ibadah yang membutuhkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, juga untuk kesuksesan dalam mempelajari agama islam seperti pelajaran fikih, tauhid, tafsir, dan pelajaran lainnya yang sumber utamanya itu ialah Al-Qur'an.
Dari pada itu, pelajaran membaca dan menghafal Al-Qur'an dapat memberikan dukungan untuk kesuksesan dalam mempelajari dan memahami bahasa Arab, karena dengan mempelajari seluruh isi Al-Qur'an berarti ia telah menguasai ribuan kosakata bahasa Arab atau bahasa Al-Qur'an.
Selanjutnya penetapan pelajaran dalam membaca Al-Qur'an terlihat bersifat mendasar, dan lebih strategis dilihat dari segi pembinaan sebagai pribadi muslim sesuai yang diperlihatkan oleh Ibnu Sina sendiri. Kemudian dari pada itu, kurikulum untuk usia 14 tahun mata pelajaran diberikan kepada siswa sesuai dengan bakat dan minatnya.
Tentunya membutuhkan kesiap sediaan siswa. Artinya, kesiapan siswa untuk dapat menerima mata pelajaran dengan baik. Ibnu Sina mengharuskan kepada siswa untuk dapat menetapkan apa saja jenis mata pelajaran yang berhubungan dengan keahlian tertentu yang dapat berkembang lebih lanjut oleh siswa. Dengan mata pelajaran itu kemudian dibagi ke dalam mata pelajaran yang bersifat akademis dan realistis.
Mata pelajaran yang bersifat akademis yaitu ilmu tentang materi dan bentuk, wujud dan kehancuran, gerak dan perubahan, hewan, tumbuh-tumbuhan, kedokteran, kimia, astrologi yang menyeluruh termasuk kedalam ilmu-ilmu fisika. Dan juga ilmu mengenai ruang, bayangan, gerak dalam timbangan, cermin dan pandangan juga ilmu dalam memindahkan air secara menyeluruh dalam ilmu matematika.
Terdapat pula ilmu tentang mukjizat, Wahyu, hakikat jiwa gaib,  ilham, dan ilmu tentang ruh setelah berpisah dengan badan yang menyeluruh yang dapat disebut dengan ilmu ketuhanan.
Mata pelajaran yang bersifat realistis ialah ilmu akhlak yang menjadi kajian yaitu dalam pengurusan perilaku individu, ilmu pengurusan rumah tangga, yaitu ilmu yang membahas tentang hubungan suami dan istri, anak-anak, keuangan di dalam kehidupan berumah tangga dan juga ilmu politik yang membahas tentang bagaimana hubungan antara rakyat dan pemerintah, kota dengan kota, bangsa dan bangsa.
Selanjutnya mengenai pembahasan ilmu-ilmu yang bersifat realistis, Ibnu Sina juga menghubungkan dengan macam-macam pekerjaan dan tugas yang ada didalam kehidupan berumah tangga, masyarakat dan dunia pekerjaan atau profesi. Dengan ilmu yang bersifat realistis ini individu dapat ditolong dengan berusaha mencari rezeki dalam mewujudkan kesejahteraan hidupnya.
Adapun konsep kurikulum Ibnu Sina ada 3 yaitu pertama, konsep kurikulum Ibnu Sina tetapi juga dengan penjelasan tentang tujuan dari mata pelajaran dan kapan saja mata pelajaran itu di sampaikan. Dengan menggunakan metode ini, anda dapat  dengan yakin mengidentifikasi siswa mana yang harus diajari pendidikan jasmani dasar dan  siswa mana yang harus diajari olahraga lebih lanjut.
 Ibnu Sina memerinci olahraga mana saja yang membutuhkan dukungan fisik dan keterampilan yang kuat, olahraga mana yang lambat, mudah, atau sulit, mana yang membutuhkan peralatan, dan masih banyak lagi. Menurutnya, semua cabang olahraga dapat diimbangi dengan  kebutuhan hidup mahasiswa.
  Menurut Ibnu Sina, di antara sekian banyak cabang olahraga, olahraga yang mempertandingkan kekuatan fisik berikut ini harus dimasukkan dalam kurikulum dan perencanaan mata pelajaran: Gulat, jalan cepat, panahan, lompat, menunggang unta, dll.
 Ibnu Sina juga menjelaskan tentang olah raga  khusus dan olah raga  umum, serta olah raga yang dapat dilakukan oleh semua jenis kelamin dan usia. Secara terpisah, mengenai pembelajaran kebersihan, Ibnu Sina menjelaskan bahwa pembelajaran hidup bersih dapat dimulai pada saat anak sedang tidur, makan, atau mandi.
 Dengan cara ini dapat diketahui anak mana  yang dapat  hidup sehat dan anak mana  yang terlihat kotor dan tidak sehat. Ibnu Sina mengatakan, kurikulum untuk anak usia 6 hingga 14 tahun mencakup sekitar 4. 444 mata pelajaran membaca, hafalan Alquran, pelajaran agama, puisi, dan 4. 444 pelajaran pendidikan jasmani.
 Menurut pemikiran Ibnu Sina, pelajaran membaca dan menghafal Al-Qur'an tidak hanya membantu dalam menunaikan shalat yang mengharuskan membaca ayat-ayat  Al-Qur'an, tetapi juga membantu menyukseskan pembelajaran Islam, misalnya dalam  pelajaran Fiqih. Ini juga membantu tauhid, tafsir dan ajaran lainnya Sumber utamanya adalah Al-Qur'an.
 Apalagi mempelajari seluruh isi Alquran berarti  menguasai ribuan kosakata bahasa Arab atau bahasa Alquran, sehingga menghafal Alquran dengan membaca pelajaran akan membantu Anda mempelajari dan memahami bahasa Arab. Selain itu, tujuan pendidikan membaca al-Qur'an tampaknya bersifat mendasar dan lebih strategis dalam kaitannya dengan pelatihan umat Islam, seperti yang ditunjukkan oleh Ibnu Sina sendiri.
 Kurikulum mata pelajaran untuk anak usia 14 tahun disesuaikan dengan bakat dan minat siswa. Tentu saja hal ini memerlukan motivasi siswa. Hal ini mengacu pada kesediaan siswa untuk  menerima materi pelajaran dengan baik. Ibnu Sina harus mampu menentukan jenis mata pelajaran apa saja yang berkaitan dengan keterampilan khusus yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh siswa.
 Mata pelajaran ini dibagi menjadi mata pelajaran akademik dan mata pelajaran praktek. Muatan akademik adalah ilmu-ilmu seperti materi dan wujud, wujud dan musnah, gerak dan perubahan, flora dan fauna, kedokteran, kimia, astrologi, dan lain-lain, serta bersifat komprehensif termasuk ilmu pengetahuan alam. Ada pula ilmu  ruang, gerak, bayangan, penglihatan, pencerminan karena membawa beban timbangan,  dan  ilmu gerak air secara keseluruhan, termasuk matematika.
 Ada pula ilmu  turunnya wahyu, mukjizat, berita ghaib, sifat ruh yang membawa wahyu dan ilham, serta kekekalan ruh setelah terpisah dari raga, dan itu disebut  ilmu Ilahi. Topik-topik yang bersifat realistis antara lain ilmu moralitas yang mempelajari tentang pengendalian perilaku individu, ilmu pengelolaan rumah tangga yang mempelajari tentang hubungan suami istri, anak, dan perekonomian dalam perkawinan, bahkan ilmu politik.
 Ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat dan pemerintah, kota besar dan kecil, dan bangsa dan negara. Lebih lanjut dalam pembahasan ilmu praktisnya, Ibnu Sina juga menyebutkan berbagai profesi dan pekerjaan yang ada dalam kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan dan  dunia profesional. Dengan ilmu praktis ini, Anda dapat membantu orang-orang yang sedang berusaha mencari nafkah untuk mencapai kebahagiaan.
 Ada tiga konsep dalam kurikulum Ibnu Sina. Jadi, pertama-tama kita memiliki konsep kurikulum Ibnu Sina, tetapi juga  penjelasan tentang tujuan  mata pelajaran dan kapan  mata pelajaran tersebut diajarkan. Dalam memilih keterampilan, Ibnu Sina juga  mempertimbangkan aspek psikologis: minat dan bakat siswa. Dengan cara ini siswa merasa senang dan tidak merasa perlu mempelajari pengetahuan atau keterampilan tertentu.
 Kedua,  strategi penyusunan kurikulum yang diberikan Ibnu Sina juga didasarkan pada  pemikiran fungsional pragmatis, yaitu mempertimbangkan kemanfaatan ilmu dan  keterampilan belajar dalam kaitannya dengan kebutuhan masyarakat dan orientasi pasar (marketing orientasi). Dengan cara ini, seluruh lulusan pendidikan dipersiapkan untuk berbagai  pekerjaan  di masyarakat.
 Ketiga, strategi desain kurikulum Ibnu Sīnā sangat dipengaruhi oleh pengalamannya. Ia mencoba memasukkan pengalaman  pribadinya dalam mempelajari berbagai jenis pengetahuan dan  keterampilan ke dalam desain kurikulumnya. Dengan kata lain, beliau ingin setiap orang yang mempelajari pengetahuan dan keterampilan berbeda mengikuti jejaknya.
 Dari metode diatas, bisa diucapkan bahwa konsep kurikulum Ibnu Sina terpenuhi keperluan dalam peningkatan kurikulum sosial di masyarakat modern. Misalnya saja konsep kurikulum  untuk anak usia 3 hingga 5 tahun sepertinya masih cocok diterapkan di era saat ini, misalnya pada kurikulum TK.
 1. Metode Pembelajaran  
Konsep metode pembelajaran Ibnu Sina terdiri dari contoh, pembahasan, latihan, dan penugasan metode Talchin, demonstrasi, pembiasaan, serta metode disiplin dan hukuman. Metode Tarkin wajib digunakan dalam pengajaran membaca Alquran. Mulailah dengan mendengarkan Al-Quran yang dibacakan kepada siswa sepotong demi sepotong.
 Anak kemudian diminta mendengarkan dan membacanya secara perlahan dan berulang-ulang hingga akhirnya  hafal. Menurut Ibnu Sina, metode Tarchin ini juga dapat digunakan oleh para pendidik yang mencari bantuan  kepada siswa yang sudah mahir membimbing temannya yang masih  tertinggal. Metode ini dikenal dalam  pendidikan modern sebagai tutor sejawat dan dalam pendidikan modular.
2.  Metode demonstrasi.
 Ibnu Sina mengatakan metode demonstrasi ini dapat digunakan untuk pembelajaran praktis, seperti pengajaran menulis. Ia mengatakan, jika  pendidik ingin menggunakan metode tersebut, sebaiknya mereka terlebih dahulu  mencontohkan penulisan aksara Hijaiyah di hadapan siswanya. Selanjutnya mintalah siswa mendengarkan pengucapan  huruf Hijaiyah menurut Mahraj, kemudian mendemonstrasikan cara menulis huruf tersebut.
 Metode pembiasaan dan contohnya; Ibnu Sina berpendapat bahwa pembiasaan adalah  salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam pendidikan akhlak. Cara ini biasanya dilakukan melalui sosialisasi dan contoh yang disesuaikan dengan perkembangan intelektual anak. Dikatakannya bahwa ``peniruan'' atau keteladanan yang baik dalam proses  pendidikan anak di  usia dini sangat mempengaruhi kehidupannya, karena  anak Tabiyyah cenderung meniru (meniru) segala sesuatu yang dilihatnya dan saya sadari.
 Dia menceritakan kepadanya apa yang dia rasakan dan dengar. Oleh karena itu, dalam mata pelajaran IPS pun, anak diharapkan dapat berinteraksi  dengan anak yang berjiwa moral.
3. Metode diskusi.
 Metode ini dapat dilaksanakan dengan menyajikan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada permasalahan. Permasalahan tersebut bisa berupa permasalahan yang kalian diskusikan dan selesaikan bersama-sama. Ibnu Sina menggunakan metode ini untuk menyampaikan pengetahuan  rasional dan teoritis.
 Pengetahuan tentang model ini menyebar dengan cepat pada masa Ibnu Sina. Jika ilmu ini diajarkan dengan metode ceramah, maka  siswa akan sangat terhambat dalam memperoleh ilmu  tersebut.
4. Metode pelatihan.
 Ibnu Sina  menggunakan metode ini dalam kegiatan pendidikannya. Mahasiswa kedokteran Ibnu Sina didorong untuk menggabungkan teori dan praktik. Artinya satu hari belajar teori di  kelas dan  hari berikutnya praktek teori  di rumah sakit atau puskesmas. Metode ini mempunyai keuntungan ganda selain membekali siswa dengan kemampuan yang lebih baik dalam  bidang keilmuan.
Mewujudkan keterampilan kerja yang menciptakan kesejahteraan ekonomi. Dalam  hal ini pendidik harus mempersiapkan peserta didik sebelum magang untuk memastikan bahwa magang  tidak merugikan pihak lain.
5. Metode penugasan.
 Metode penugasan ini pernah digunakan oleh Ibnu Sina yang menyusun serangkaian modul atau teks dan menyerahkannya kepada siswa untuk dipelajari. Cara tersebut antara lain beliau terapkan pada salah satu muridnya, Abu al-Raikhan al-Biruni dan Abi Hussein Ahmad as-Suhairi.Dalam bahasa Arab, pengajaran melalui tugas disebut atarim bi almarasil (mengajar melalui transmisi banyak teks atau modul).
1). Talghib dan Hukum Talghib.
 Dalam Targhib atau  pendidikan modern dikenal dengan istilah pahala. artinya ganjaran, hadiah, hadiah, ganjaran dan merupakan salah satu alat pengajaran,  berupa penguatan positif dan juga motivasi yang baik. Ibnu Sina juga mencatat metode ini pada tahun. Menurutnya, pemberian dorongan, pujian, dan lain-lain tergantung situasi terkadang bisa lebih berdampak dan mencapai tujuan yang  lebih baik dibandingkan hukuman.
 Sebab pujian dan dorongan mampu menghapus perasaan bersalah, bersalah, dan menyesal. Namun, bila perlu, dapat pula digunakan cara-cara hukuman (talhib). Pemikiran Ibnu Sina tentang hukuman: Jika pendidikan melalui hukuman dipaksakan, sebaiknya diberikan peringatan dan ancaman terlebih dahulu.
 Dari pada menghukum anak Anda dengan kekerasan, cobalah memotivasi dan membujuk anak Anda dengan kebaikan, terkadang menggunakan wajah masam untuk membuat mereka kembali berperilaku baik, dan terkadang memuji keberanian mereka untuk berbuat baik.
 Oleh karena itu, tindakan  merupakan tindakan yang mendahului tindakan tertentu. Namun jika harus memukul, satu pukulan saja sudah cukup menimbulkan rasa sakit karena jika cukup memukul, anak akan merasa ringan dan menganggap hukumannya sepele. Hukuman dengan cara dipukul, yang diberikan setelah mendapat teguran keras (ultimatum), dapat menjadi sarana yang berguna untuk memberikan pengaruh  positif terhadap jiwa anak sebagai pelajar.
 Dari berbagai cara yang disebutkan di atas, terlihat jelas bahwa Ibnu Sina memberikan  perhatian yang besar terhadap pendidikan pada tahun. Metode  yang dikemukakan Ibnu Sina setidaknya memiliki empat ciri. Itu adalah:
Pertama, pemilihan dan penerapan metode harus sesuai dengan karakteristik pokok bahasan. Kedua, metode ini juga diterapkan dengan mempertimbangkan psikologi siswa, seperti bakat dan minat anak. Ketiga, metode yang diberikan tidak kaku dan dapat dimodifikasi sesuai situasi dan kebutuhan siswa. Keempat, keakuratan pemilihan dan penerapan metode sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran.
 Oleh karena itu, jika konsep  di atas relevan dengan kebutuhan saat ini, maka terjadi saling ketergantungan dan masih layak diterapkan. Artinya Ibnu Sina benar-benar memahami konsep pendidikan, baik secara teoritis maupun praktis, sehingga gagasan-gagasan yang dikemukakannya tidak hanya relevan dengan zamannya, tetapi jauh melampaui efektifitasnya.
 Guru atau Pendidik Guru yang baik adalah pendidik yang kompeten secara intelektual, moral, dan profesional. Konsep  pendidik yang  Ibnu Sina sebut sebagai guru yang berkompeten adalah seseorang yang cerdas, religius, tahu cara mengajar akhlak, kompeten dalam membesarkan anak, mempunyai sikap lemah lembut, tidak suka menggoda, guru yang jauh, dari bercanda.
 Jika Anda melihat Ibnu Sina, dia memiliki ide dan konsep yang revolusioner. Ibnu Sina menyatakan dalam bahwa guru harus memiliki kompetensi personal, profesional, sosial, emosional dan spiritual sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang saya usulkan. Kompetensi personal ditunjukkan pada penjelasan bahwa guru harus tampil tenang dan sopan tanpa bercanda.
 Kompetensi profesional terlihat dari pendapat bahwa guru harus cerdas, mengetahui cara mendidik akhlak dan mampu mendidik anak. Kapasitas emosional dan spiritual terlihat pada pendapat bahwa guru harus bersih, suci, bertakwa, dan berpenampilan  tenang.
Guru membimbing kewajiban yang sangat penting dalam pendidikan. Ibnu Sina juga menuliskan sebagian dari 4. 444 pemikirannya tentang konsep guru, khususnya guru yang baik. Menurut dia, Guru yang baik berakal cerdas, bertakwa, tahu mengajarkan akhlak, berbicara tentang membesarkan anak, bersikap tenang, tidak bercanda atau bermain-main di depan siswa, yang saya maksud adalah guru yang  tidak mudah marah.
- Sopan, bersih dan  murni.
  Ibnu Sina juga mengatakan bahwa  guru harusnya dihormati, mempunyai akhlak yang baik, cerdas, metodis, sabar, mendidik anak dengan penuh semangat, bersikap adil, hemat dalam memanfaatkan waktu, dan bersikap baik terhadap anak yang suka berinteraksi dengan orang dan tidak sulit diajak bekerja sama.
 - Hangat dan selalu dekoratif.
 Selain itu, guru hendaknya mendahulukan kepentingan masyarakat di atas kepentingan diri  sendiri, tidak meniru sifat raja atau orang yang berakhlak rendah, memahami etika  dalam menyampaikan ilmu,  dan menggunakan kesopanan dalam berdiskusi.
- Untuk berdiskusi atau bersosialisasi.
 Ibnu Sina juga menekankan bahwa guru tidak hanya mengajar siswa secara teoritis, tetapi juga melatih keterampilannya, mengubah kepribadiannya, dan mengedepankan kebebasan berpikir. Ditegaskan pula adanya perhatian yang seimbang antara  aspek berpikir (kognisi) yang tercipta pada pembelajaran pemahaman.
 Aspek rasa syukur (emosi) yang diwujudkan dalam kelas adalah emosi. Aspek praktis (keterampilan psikomotorik) dilaksanakan dalam pembelajaran praktik. Rumusan di atas menunjukkan bahwa Ibnu Sina ingin para gurunya mempunyai kemampuan akademis yang unggul dan berkepribadian luhur dan kharismatik, dihormati dan menjadi idola para muridnya.
 Ini penting. Karena jika seorang guru tidak memiliki wawasan yang komprehensif terhadap materi yang diajarkannya dan kurang memiliki kharisma, maka dengan sendirinya siswa tidak akan menyukainya. Maka ilmu akan sulit diperoleh, dan kalaupun ada ilmu, keberkahannya akan sangat berkurang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun