Coba kalian bayangkan, berapa banyak tenaga kerja yang terserap dari festival yang digelar ini? Pasti festival ini sudah melibatkan puluhan profesi dan jasa atau bahkan lebih.
Sebut saja, yang pertama adalah para penampil, berikutnya jasa Impresariat yang mencakup kegiatan pengurusan dan penyelenggaraan pertunjukan hiburan, berupa mendatangkan, mengirim, maupun mengembalikan serta menentukan tempat, waktu, dan jenis hiburan.
Lalu festival ini melibatkan jasa juru kamera, juru lampu, juru rias, penata musik, jasa sound system, termasuk juga agen penjualan karcis pertunjukan. Belum lagi koreografer dan penata tari serta stylist. Manajer artis/seniman, yang berprofesi melakukan aktivitas pengaturan dan negosiasi ke pihak lain atas nama artis/seniman.Â
Hadir juga pihak keamanan, dan boleh jadi ada penampil yang melibatkan tim orkestra, dari seperti alat musik gesek (strings), alat musik tiup (woodwind & brass), dan alat perkusi juga paduan suara.
Belum lagi festival musik ini sanggup mendorong investasi di sektor seperti perhotelan, industri, perdagangan, dan destinasi wisata..
Festival musick telah menunjukkan bagaimana mereka berhasil mengembangkan ekonomi kreatif dalam kemasan festival, menciptakan lapangan kerja, menghasilkan pendapatan pajak, menguntungkan hotel, dan menyebabkan efek riak pada bisnis wisata.
Misi utama economic development adalah meningkatkan pendapatan perkapita secara aktif. Penggagas festival musik dan semua pihak yang terlibat telah mempraktekkan kegiatan ini. Mereka saling berpartisipasi melakukan peningkatan ekonomi. Diakui atau tidak, upaya ini memberi kontribusi menciptakan kesejahteraan bersama. Saya meyakini, festival musik merupakan kekuatan ekonomi baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H