Duduk di tengah-tengah gerbong lebih mending ketimbang di dekat toilet pastinya. Walaupun aku harus pasrah dilewati pedagang yang bolak-balik menjajakan dagangannya. Karena lelah, mama tidur dengan penumpang lainnya, aku pun sama sambil tetap mengamankan tas kepunyaan kami. Kupeluk erat tas sambil melepas lelahku, pedagang asongan bolak-balik melangkahi tubuhku, mama, dan penumpang lainnya. Tak kupedulikan yang penting aman dan segera sampai di kampung halamanku. Segala macam aroma kurasakan, mulai dari keringat, bau kaki, ketiak, bahkan parfum murahan sampai pagi tiba dan setidaknya menuju subuh aku mendapatkan tempat duduk karena beberapa penumpang ada yang turun.
Keindahan sehari menuju hari raya sungguh terasa. Kulihat orang-orang yang sedang memasak ketupat dan bagaimana aku merasakan aroma kebahagiaan saat itu. Lelah semalaman terlupakan, memandangi pepohononan, hutan, kebun karet, rumah-rumah penduduk, dan banyak hal lainnya yang kulihat. Suasana yang selalu aku kenang nantinya saat aku menceritakan kepada anak cucuku betapa indahnya perjalananku bersama dengan kereta api walau dengan cerita pahit juga manis.
Tahun berganti tahun dan aku sudah tidak menggunakan kereta api untuk mudik. Namun, setiap ke Jakarta, aku selalu naik kereta. Aroma kesusahan duluh tak kurasa karena fasilitasnya yang bertambah bagus. Sekarang membeli tiket tak perlu lagi mengantri seperti dahulu. Setiap gerbong kereta Ekonomi sudah menggunakan Ac tak seperti dahulu yang mengandalkan kipas angin di kereta Ekonomi. Tempat duduknya juga lebih bagus dan jujur perubahan jauh berbeda dari zaman aku kecil. Bahkan, aku pernah naik kereta Ekonomi menuju Rangkasbitung saat kuliah itu bersama hewan-hewan dan sayur, jarang juga dapat kebagian tempat duduk.
Semoga pelayanan kereta api terus berkembang bagus dan aku harap bisa menikmati dengan anak cucuku nanti tanpa perlu merasakan kesulitan seperti dahulu juga tak harus menghirup berbagai aroma aneh seperti saat aku kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H