Mohon tunggu...
Putri Yasmin E Eberthon Bonda
Putri Yasmin E Eberthon Bonda Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Tugas Perkuliahan

Mahasiswi Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kemendikbud : Sistem PJJ Akan Permanen. Sudah Efektifkah Alternatif PJJ yang Diterapkan Pemerintah?

15 November 2020   19:54 Diperbarui: 15 November 2020   22:44 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diberlakukan merupakan alternatif pemerintah dalam memutus rantai penyebaran Covid-19. Hal tersebut juga dilakukan untuk menunjang sistem pendidikan Indonesia di era pandemi dengan memanfaatkan media online. Kemendikbud Nadiem Makarim mengatakan dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR bahwa, metode PJJ nantinya bisa diterapkan permanen seusai pandemi Covid-19. Setelah menetapkan sistem tersebut, banyak siswa bahkan orang tua yang mengeluh diakibatkan oleh PJJ yang terkesan merepotkan hingga membuat anak mereka stres dan depresi. Anggota Komisi X DPR, Esti Wijayati mengatakan banyak orang tua yang mengeluh dan menolak sistem PJJ yang diterapkan. "Sistem daring yang saya lihat selama ini yang sudah terjadi, mungkin hampir 10.000-an saya sudah bertemu dengan orang tua siswa ada di banyak titik, tidak ada satu pun yang suka dengan sistem daring ini," kata Esti dalam Rapat Panja Peta Jalan Pendidikan, Rabu, 11 November 2020.

Selain itu ada beberapa kasus bunuh diri yang terjadi diduga akibat pembelajaran daring. Kasus pertama terjadi pada siswi SMA di Gowa, Sulawesi Selatan. Siswi tersebut nekat bunuh diri dengan meminum racun rumput. Sebelumnya ia sempat mengeluh kepada teman-temannya mengenai sulitnya mengakses internet di kampung. Selanjutnya, hal tersebut juga terjadi pada siswa SMP berusia 15 tahun di Tarakan, Kalimantan Utara. Ia ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi rumahnya. Perbuatan-perbuatan tersebut diduga karena tugas sekolah yang menumpuk dan mereka tidak sanggup menanggungnya sendirian.
          

Ada beberapa hal yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Seperti minimnya akses jaringan di tempat tinggal mereka serta keterbatasan keluarga dalam membelikan kuota atau teknologi pendukung Pembelajaran Jarak Jauh. Menurut KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), kesenjangan yang terjadi dalam proses PJJ yang diterapkan di era pandemi Covid-19 ini bisa menyebabkan anak putus sekolah bahkan depresi hingga mengakhiri hidupnya sendiri.  
          

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah minim jaringan akan sangat kesulitan dalam beradaptasi dengan sistem tersebut. Tidak semua sekolah sudah terkoneksi dengan internet karena letak geografisnya yang jauh dari jangkauan jaringan seluler. Terlebih lagi masa pandemi ini menyebabkan perekonomian Indonesia menurun drastis sehingga banyak masyarakat yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Keterbatasan sarana pendukung PJJ ini seperti teknologi menjadi masalah tersendiri, untuk memenuhi kebutuhan pokok saja masih banyak keluarga yang kesulitan apalagi sekarang harus dihadapkan oleh persoalan tersebut. Banyak dampak yang ditimbulkan terkait permasalahan tersebut, seperti kejadian di Garut, Jawa Barat, seorang Ayah yang mencuri ponsel untuk anaknya agar dapat belajar online dan tidak tertinggal pelajaran. Ia mengatakan bahwa kedua anaknya kerap meminta untuk dibelikan HP.
"Penghasilan sebagai buruh tani yang bahkan untuk sehari-hari pun tak cukup jadi alasan. Di situ saya sudah bingung bagaimana caranya anak saya bisa belajar. Sedangkan saya tidak bisa beli HP. Untuk makan sehari-hari pun susah," katanya.
          

Tantangan sistem PJJ juga berlaku bagi para guru, dimana mereka dituntut agar lebih kreatif dalam menyiapkan teknis dan bahan pembelajaran. Tidak hanya soal teknis, penilaian bagi siswa juga menjadi hal yang menyulitkan. Dalam proses PJJ terutama ketika ada ulangan atau ujian, para siswa lebih mudah menjawabnya dikarenakan tidak ada pengawasan langsung dari para guru atau mereka juga bisa mengakses jawabannya lewat internet. Sehingga sistem penilaian yang dilakukan tidak objektif.
          

Kemudian proses pembelajaran daring juga lebih dominan memberikan efek negatif dan memberatkan para siswa. Dalam mengerjakan tugas sekolah mereka dihadapkan pada banyak persoalan, seperti menggunakan ponsel atau laptop berjam-jam. Efek yang ditimbulkan dari penggunaannya yang terlalu lama akan berdampak buruk pada mata akibat radiasi yang tinggi. Sehingga pembelajaran terkesan jenuh dan berpotensi meningkatkan stres bagi para siswa.
          

Setelah mengetahui permasalahan tersebut, KPAI mengadakan evaluasi mengenai Pembelajaran Jarak Jauh ini. Evaluasi tersebut dilakukan dengan metode survey yang diikuti 1700 siswa dan 602 guru di 20 Provinsi dan 54 Kabupaten/Kota. Hasil dari evaluasi tersebut, mereka mengatakan beberapa solusi yang dapat dicapai untuk mengimbangi proses pembelajaran di rumah.
"Harus ada kurikulum dalam situasi darurat dulu. Bukan berarti membentuk kurikulum baru, tetapi memilah dan memilih materi-materi esensial. Lalu harus ada intervensi negara terhadap internet gratis agar lebih memudahkan proses pembelajaran yang dialami para siswa, guru maupun orang tua," kata Retno Listyari dari KPAI.
          

Menanggapi konsekuensi negatif dari perkara tersebut, pemerintah dan Kemendikbud mengambil beberapa kebijakan. Pertama peluasan pembelajaran tatap muka untuk zona kuning, artinya pembelajaran tatap muka diperbolehkan untuk daerah yang berada di zona hijau atau tidak terpapar Covid-19 serta zona kuning. Alternatif lainnya seperti bantuan kuota internet gratis juga diberikan setiap bulan untuk para siswa, guru, mahasiswa hingga dosen di berbagai instansi pendidikan guna menunjang proses PJJ ini. Pemerintah juga menyediakan 15.000-an perangkat gawai atau alat elektronik untuk wilayah yang mengalami kesulitan jaringan internet. Oleh karena itu, kondisi saat ini menjadi tantangan nyata bagi para pelajar untuk beradaptasi mengikuti perkembangan zaman terutama di era digital, mereka harus mampu berinovasi dengan memanfaatkan teknologi. Diharapkan mulai tahun 2021 keadaan Indonesia mulai membaik sehingga dapat diterapkan kembali pembelajaran langsung agar sistem pendidikan kembali tertata dengan baik serta terjadi keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran langsung.

Sumber :
Vega Dhini Lestari. 2020.  Terjadi Lagi, Siswa Bunuh Diri Gara-gara Sekolah Daring, KPAI : Dia Tidak Kuat Menanggungnya Sendirian. Tribunewsmaker.com


Ilham Pratama Putra. 2020. Legislator Sebut PJJ Masih Banyak Dikeluhkan Orang Tua. Medcom.id

Hakim Ghani. 2020. Kronologi Ayah di Garut Curi Ponsel demi Anak Belajar Online. Detiknews.com

Aiman. 2020. Hasil Evaluasi PJJ Selama Pandemi Corona. KompasTV

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun