Mohon tunggu...
Putri Rizky Melinda
Putri Rizky Melinda Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger l Admin Gudang Intern I Marketing Communication Intern l Staff Admin Intern

Menyajikan secangkir goresan karya hangat untuk menemani harimu.☕✨

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen : Bunga Sakura di Balik Catwalk

11 November 2024   15:54 Diperbarui: 11 November 2024   16:03 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Azumi Yama, atau Yama, adalah permata tersembunyi di tengah keluarga dokter yang terpandang di Jepang. Dengan rambut hitam berkilau yang mengalir lembut dan mata cokelat yang berbinar, ia adalah gadis incaran banyak pemuda. Namun, di balik kecantikan fisiknya, tersimpan rahasia kecil yang tak pernah ia ceritakan kepada siapa pun.

Di rumah yang sarat akan aroma disinfektan dan dihiasi oleh buku-buku kedokteran, Yama tumbuh di tengah suasana steril. Orangtuanya, dua ahli bedah jantung yang disegani, memiliki harapan besar agar anak-anak mereka mengikuti jejak mereka. Kakaknya, Hiro, dengan bangga mengenakan jas dokter, sementara Yama memendam mimpi yang berbeda. Hatinya berdebar kencang setiap kali melihat model-model cantik menghiasi majalah mode. Bayangan dirinya menjadi pusat perhatian di atas catwalk membuatnya tersenyum penuh harap.

Namun, di balik kemewahan rumah keluarga Yama, tersimpan ketegangan yang tak terlihat. Suasana formal dan ekspektasi tinggi membuat Yama merasa terasing. Ia sering menghabiskan waktu di kamarnya, merenung sambil membayangkan masa depan di mana ia bisa bebas mengejar mimpinya. Dinding kamarnya menjadi saksi bisu dari rahasia besarnya: poster-poster model cantik, potongan majalah mode, dan berbagai informasi tentang audisi model memenuhi setiap sudut.

Setiap pagi, saat keluarga berkumpul di meja makan, percakapan selalu berputar tentang dunia medis. Yama merasa seperti penonton dalam hidupnya sendiri. Ia berusaha menyisipkan topik tentang mode, namun selalu dialihkan dengan pembicaraan tentang penyakit jantung atau prosedur operasi terbaru.

Suatu Pagi, setelah sarapan, Yama berdiri dihadapan cermin besar  kamarnya. Matanya berkaca-kaca menatap pantulan dirinya dengan tatapan penuh keraguan. "Apakah aku bisa melakukan ini?" gumamnya pelan. Rambut hitam Panjang berkilau terurai bebas, membingkai wajah ovalnya yang lembut.  Ia menghela napas Panjang, memikirkan impiannya yang begitu dekat namun terasa begitu jauh. 

Tokyo, kota yang tak pernah tidur, adalah panggung yang selalu ia impikan. Menjadi model terkenal, wajahnya terpampang di billboard-billboard besar, namanya dikenal banyak orang. Namun, mimpi itu berbenturan dengan harapan orangtuanya. 

Yama duduk di kamarnya, buku-buku pelajaran berserakan di atas meja. Ia menatap kosong ke luar jendela, pikirannya melayang jauh ke dunia lampu sorot dan panggung catwalk. Tangannya meraih sebuah majalah mode yang disembunyikan di bawah bantal. Dengan hati yang berat, ia menutup majalah itu dan menghela napas panjang.

"Aku tidak ingin mengecewakan mereka. Aku akan berusaha menjadi anak yang baik. Tapi, apakah aku akan bahagia dengan hidup seperti ini?" gumamnya dalam hati. 

Dengan Langkah gontai, ia berjalan mendekati ayahnya yang sedang membaca koran di ruang tamu. Detak jantungnya berpacu dengan cepat. "Ayah," panggilnya lirih. Ayahnya mendongak, senyum hangat terukir di wajahnya. "Ada apa, Nak?" 

Yama ragu sejenak,  lalu  berkata, "Ayah, nanti aku SMA memilih jurusan Sains." Suara Yama terdengar gemetar.  Ayahnya terkejut sejenak mendengar ucapan putri satu-satunya, lalu tersenyum lebar. "Benarkah? Ayah sangat bangga padamu, Nak. Ayah tahu kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan." Yama hanya mampu mengangguk. Air matanya hampir jatuh. Ia merasa lega sekaligus sedih. Lega karena akhirnya bisa membuat orang tuanya Bahagia, tapi sedih karena harus mengubur mimpinya. Ibu dan kakak Yama yang mendengar hal tersebut ikut  merasa bangga, "akhirnya, keluarga kita lengkap dokter semua ya," ucap ibu sambil menyiapkan makan malam. Kakaknya mengangguk setuju, "Iya betul itu, Bu." Suasana  rumah menjadi terasa hangat dan penuh kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun