Mohon tunggu...
Putri Indah Puspita Sari
Putri Indah Puspita Sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

penggagum karya musik, tapi kayaknya sekarang tambah karya sastra juga hihii

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Pertama ke Utara Pulau Jawa

13 Juli 2024   02:18 Diperbarui: 13 Juli 2024   02:27 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingin berbagi dan mengabadikan cerita dalam sebuah tulisan. Pengalaman pertama berkunjung ke utara pulau jawa, Pulau Kalimantan. Diberi kesempatan untuk tinggal dan berbaur dengan masyarakat setempat kurang lebih 1,5 bulan diawal tahun 2024. Banyak pengalaman baru yang belum pernah saya dapatkan di tempat lahir saya, Pulau Jawa. Pengalaman menarik juga miris membandingkan megahnya super mall di jawa dan tertinggalnya pembangunan di pulau ini.

Tinggal disebuah desa kecil, hidup bersama keluarga yang mengabdikan dirinya sebagai guru di daerah pelosok. Mengajar di daerah yang jauh dari tempat tinggal mereka, pun hanya ada 2 pilihan akses jalan untuk sampai ke sekolah, (1) jembatan kayu atau (2) jalan lempung tanah merah yang sangat licin ketika musim hujan. 

Menjadi hal yang baru untuk saya ketika berangkat sekolah melalui jembatan kayu sepanjang kurang lebih 5 meter, ketika kaki dihentak kuat jembatan bergoyang, duhh aduhaii. Semakin memacu adrenalin, ketika ada tali jembatan yang putus sehingga jembatan miring dan tetap dilewati. Dalam hatiku hanya bisa berkata "Ohh Tuhann di bawah jembatan ini ada sungai dengan arus yang cukup deras". 

Lain kesempatan saya bersama ibu guru melewati akses jalan (2) melalui jalanan lempung dengan motor bebek. Saya terpaksa turun dan jalan ketika ada kubangan lumpur, takut motor kami selip. Sempat beberapa kali turun motor dan berjalan karena banyak spot lumpur. Dalam hatiku "untuk main motor trail sih enak nih cocok, tapi kalo berangkat -- pulang sekolah musti kaya gini, haduhh"

doc. Pribadi
doc. Pribadi

Lanjut cerita di sekolah, pemandangan berbeda seperti jaman saya sekolah. Dulu rasanya senang sekali jam kosong dan diganti dengan kegiatan bersih -- bersih kelas. Berbeda dengan mereka, karena saya datang setelah liburan sekolah, maka kegiatan belajar mengajar belum efektif, mereka justru bertanya -- tanya kepada bapak ibu guru singkatnya "bu/pak kapan kita mulai belajar?". Mereka juga sekolah hanya beralaskan sandal jepit. Semangat menuntut ilmu mereka patut saya acungi jempol.

Mungkin itu juga karena perjuangan mereka untuk sampai ke sekolah, jalan kaki bersama berkilo kilo meter jauhnya dengan jalan yang masih tanah. Sembari jalan, mereka memetik daun pakis atau rebung yang tumbuh liar atau membawakan durian yang jatuh di hutan yang mereka lewati untuk dijual ke bpk/ibu guru untuk sekedar mendapatkan uang jajan. Di daerah itu pun listrik dan sinyal belum masuk.

Mereka dan keadaan disana mengajarkan saya arti dari rasa syukur. Hidup dilingkungan modern dengan segala kemudahannya terkadang membuat kita lupa akan saudara -- saudara yang ada di pelosok negeri ini. Mereka yang tinggal di ibu pertiwi, satu bendera merah putih, semestinya merasakan kemudahan yang sama, tapi mengapa jauh berbeda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun