Lansia merupakan orang yang mengalami perubahan bertahap dalam waktu tertentu (Aditya Cahyadi et al., 2022). Menurut Kementerian Kesehatan RI (2019) mengatakan lansia berusia 60 tahun keatas (Kementerian Kesehatan RI., 2019). Pada usia lanjut menimbulkan masalah kesehatan jika tidak dilakukan upaya pelayanan kesehatan dengan baik. Perubahan pada lansia ditandai dengan perubahan fisik, psikologis, ekonomi, kognitif, biologis serta peran sosialnya dalam masyarakat(Aditya Cahyadi et al., 2022).
Perubahan fisik pada lansia ditandai dengan perubahan postur tubuh, kulit, otot, perubahan persendiaan, gigi, mata, telinga, pernafasan, serta mempengaruhi tulang yang keras menjadi mudah patah. Perubahan psikologis ditandai dengan kurangnya konsentrasi, penurunan daya ingat, kurang percaya diri, kecemasan, terasingkan dari lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, ketergantungan dan keterlantaran (Aditya Cahyadi et al., 2022).  Menurut Ariyanto (2020) mengatakan bahwa 30 dari 45 orang lansia mengalami aktivitas fisik yang buruk di sebabkan oleh kurangnya aktivitas dan ketergantungan dengan orang lain (Ariyanto, A., Puspitasari, N., Utami, D. N. & Yogyakarta, 2020). Yang dapat dilakukan untuk para lansia dan anggota keluarganya yaitu melakukan kegiatan aktivitas fisik yang baik.  Menurut Windri  et al., (2019) mengatakan bahwa aktivitas fisik adalah gerakan semua tubuh untuk mengeluarkan tenaga, yang memiliki fungsi pemeliharaan kesehetan fisik serta mental dan mempertahankan kualitas hidup agar menjadi sehat (Windri et al, 2019). Banyak lansia mengalami penyakit kronis seperti hipertensi, stroke, penyakit jantung, dan diabetes melitus yang disebabkan kurangnya perhatian oleh keluarga atau lingkungan sekitar, apalagi lansia yang tinggal dirumah sendirian merasa tidak ada yang sayang, tidak ada yang mengatur pola makan, merasa tidak ada yang memperhatikan.
Dukungan dari anggota keluarga berupa perhatian dan kasih sayang sangat dibutuhkan jika tidak akan berdampak depresi pada lansia, lansia akan merasakan kesepian merasa tidak berguna dan sampai akan mengalami depresi. Masalah kesehatan mental yang paling sering terjadi di kalangan lansia adalah depresi, dan terdapat bukti secara konsisten yang menunjukkan bahwa depresi dikaitkan dengan perasaan putus asa (Sahin, E., Topkaya, N., Gencoglu, C., & Ersanli, 2018). Gejala depresi pada lansia ditandai dengan berkurangnya partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial, hidup sendirian, hilangnya tujuan hidup, masalah ekonomi, penyakit fisik, perceraian dan perubahan-perubahan status sosial lain karena menua (Artama et al., 2022).
Dukungan dari anggota keluarga atau lingkungan sekitar sangat berperan penting pada kesehatan mental lansia, banyak lansia yang mengalami kurangnya perhatian terkait tingkat kesehatan, kebutuhan pokok yang seharusnya didapatkan oleh anggota keluarga justru tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Jika tidak ditangani dengan tepat, kesehatan ini dapat menyebabkan berbagai penyakit yang akan menyebabkan penurunan kualitas hidup. Kesehatan fisik ataupun mental dapat mempengaruhi dan memperberat satu sama lain untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh lansia dengan cara komunikasi yang baik antar anggota keluarga dengan lansia. Menjaga kesehatan mental pada lansia dengan cara memberikan informasi kesehatan pada lansia, serta keluarga, keluarga secara rutin menghantarkan lansia keposyandu atau dengan cara lain yaitu dengan memenuhi kebutuhan pokok dan menemani lansia tersebut agar lansia tidak menganggap dirinya sendiri. Menurut Alini&Ardianti (2020) mengatakan bahwa dukungan anggota keluarga dengan dukungan informasi, dukungan emosional untuk merawat dan menjaga lansia tersebut agar lansia menerima kondisi  perubahan dan keadaan yang dialami oleh lansia tersebut (Alini, & Ardianti, 2020). Perubahan yang dialami pada lanjut usia menyebabkan beberapa gangguan kesehatan yaitu depresi.
REFERENSI
Aditya Cahyadi, Wardatul Mufidah, Tri Susilowati, Hevy Susanti, & Winda Dwi Anggraini. (2022). Menjaga Kesehatan Fisik Dan Mental Lanjut Usia Melalui Program Posyandu Lansia. Jurnal Pengabdian Masyarakat Darul Ulum, 1(1), 69–76. https://doi.org/10.32492/dimas.v1i1.568
Alini, & Ardianti, S. (2020). Hubungan Kasih Sayang Diri Sendiri terhadap status kesehatan mental pada lansia. Jurnal Ners, 4(23), 1–6.
Ariyanto, A., Puspitasari, N., Utami, D. N. & Yogyakarta, U. A. (. (2020). Aktivitas Fisik Terhadap Kualitas Hidup Pada Lansia. Kesehatan Al-Irsyad, 8(2), 145–151.
Artama, S., Wawomeo, A., & Tokan, P. K. (2022). Upaya Menjaga Kesehatan Fisik Dan Mental Lansia Di. 3(2), 111–120.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Lansia Sehat, Lansia Bahagia. 04 Juli 2019. https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/070413-lansia-sehat_-lansia-bahagia
Sahin, E., Topkaya, N., Gencoglu, C., & Ersanli, E. (2018). Prevalence and Correlates of Hopelessness among Turkish Elderly People Living with Family or in Nursing Homes. Societies, 8(2), 39. https://doi.org/10.3390/soc8020039
Windri et al. (2019). Pengaruh Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Panti Wredha Maria Sudarsih Ambarawa. Jurnal JMP Online, 3(11), 1444–1451.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H