anak, sudah tidak berpikiran sih sebenarnya untuk kerja di luar rumah. Toh di zaman sekarang ada banyak peluang yang bisa dikerjakan dengan fleksibel tanpa harus meninggalkan anak setiap hari. Tapi, kenyataan tak selalu sama dengan ekspektasi yang diidamkan.
Setelah mempunyaiSejak menikah dan memutuskan untuk tidak lagi berkarir di perusahaan, saya sudah bertekad untuk tetap berpenghasilan. Yaiyalah, masa iya kuliah tinggi-tinggi tapi cuma jadi ibu rumah tangga (kata orang-orang julid). Bahkan sering dipandang sebelah mata, tidak tahu apa kalau zaman sekarang banyak ibu rumahtangga yang juga banting setir untuk menopang finansial keluarga. Padahal sehari-hari sudah disibukkan dengan urusan rumah, dapur, dan semua tetek bengeknya.
Hebat bukan? Itulah mengapa aku sendiri sebagai seorang perempuan tidak pernah memandang sebelah mata perempuan yang memutuskan menjadi ibu rumahtangga. Mereka itu sama hebatnya dengan wanita-wanita karier di luar sana.
Tidak terasa sudah sekian lama bekerja di luar rumah (dulu kerja juga tapi di dalam rumah ) Bersyukur bisa melewati masa-masa penuh drama meninggalkan anak setiap pagi dan kembali bertemu sore hari. Setiap sore, sepulang kerja masih menyempatkan diri mengerjakan bisnis online yang kumulai sejak 4 (empat) tahun silam sampai akhirnya merasa kewalahan.
Sebuah dilema antara tetap menjalankan bisnis online sepulang dari kantor atau meluangkan waktu bersama anak. Akhirnya, pilihan jatuh sama anak. Masa iya, kerja setiap hari meninggalkan anak, pulang kantor masih mengurus semua kerjaan rumah, dan waktu sama anak jadi sangat terbatas karena kepikiran untuk mengerjakan bisnis lagi. No no no! My son is my priority.
Konon katanya menjadi seorang ibu itu juga perlu menjaga kewarasan diri setiap hari. Ngakak sih dengernya, tapi kalo dipikir-pikir ternyata ada benarnya. Kalau lagi capek ga sempat masak, gpp pesan makanan kesukaan via gofud, cuci mata ke mall, bolehlah lazy time sesekali di rumah (tapi jangan kebablasan ntar jadi tabiat). Kurang lebih gitulah salah satu ehh salah tiga contoh menjaga kewarasan diri. Sebab seorang ibu juga adalah manusia yang bisa marah dan bahkan suka marah-marah apalagi kalo udah capek ngurusin kerjaan rumah yang sering kaya ga ada beres-beresnya .
Jadi kangen masa-masa dulu...
Kadang suka mewek mengingat masa-masa dulu, jalan pagi dan berjemur matahari pagi sama-sama, trus belanja ke warung beli ikan sayur sama donat tiap pagi. Main dan belajar bareng, jalan-jalan sore sehabis mandi di komplek perumahan sambil melihat matahari terbenam, melihat laut, tegur sapa dengan tetangga, dan lihat ayam dan kucing berkeliaran. Bisa sesuka hati, kapan saja kalau pengen keluar buat jalan atau main ke mall walaupun ga ada duitÂ
Duuhh ga terasa waktu cepat sekali berlalu. Sekarang waktu sama anak ga lagi sama kaya dulu, tapi sukacita dan rasa bahagia setiap kali menghabiskan waktu bersama anak selalu menjadi momen mahal yang tak ternilai harganya. Mungkin di luar sana banyak orangtua yang terpaksa harus jauh dari anak-anaknya demi mencari nafkah. Ada yang terpisahkan kota, pulau, negara, bahkan benua. Lah ini cuma terpisahkan 8 jam sehari kok Senin-Jumat jadi harus tetap bersyukur. Bersyukur masih dikasih pekerjaan. Bersyukur bisa melihat anak sehat dan makin pinter setiap hari. Bersyukur untuk banyak hal baik yang Tuhan masih izinkan untuk kita nikmati.
Pergumulan, kesulitan, dan kesusahan yang Tuhan pun izinkan terjadi, anggap sebagai bonus untuk mengupgrade diri menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi pribadi tangguh dan kuat.
Semangat untuk semua ibu-ibu luar biasa! (jwriting)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H