Mohon tunggu...
Putri Aryanissa
Putri Aryanissa Mohon Tunggu... -

Numbers Doodler, Fueled by Coffee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haram, Halal, Sakit Hati, dan Gosip

4 November 2011   16:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:03 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nggak bakal gw undang lagi tuh orang"

Berawal dari niat baik sahabat kami, sebut saja Mbak Ulfa mengadakan Iedul Fitri Open House dirumahnya  untuk komunitas Indonesia di Amerika. Mbak Ulfa memesan catering dari beberapa chef, alias para ibu rumah tangga yang jago masak. Para chef ini sangat handal dalam mengolah makanan dan sudah terkenal di komunitas kami; Bu Tuti pakar Gudeg, Bu Tati ahlinya kue, Bu Titu ahli masakan padang, Bu Tini jagonya masakan Sunda (Karedoknya TOB banged!), dll.

Karena Open House, tamu yang datang segubrak. Menunya lengkap dan berlimpah; Gudeg (Gudeg di Amerika itu sesuatu banget loh, karena jarang yang bisa masak), Sate Ayam, Sate Kambing, Bakso Kuah, Risoles lengkap dengan bumbu kacang, Panada, Serabi (Serabi pertama yang saya makan sejak pulang ke Indonesia tahun lalu), Wajik, Es Kelapa, Es Cendol, dll. Menu yang di Indonesia dianggap menu biasa di Amerika menjadi menu ekslusif, karena hanya sedikit yang bisa memasak dengan hasil rasa seperti aslinya. Yang mencoba memasak banyak (termasuk saya), tapi hasilnya "WekKKk " , yang ada capek mencuci panci dan piring. Demi Gudeg yang sumpah rasa gudeg dan kereceknya lengkap dengan telor seperti gudeg jogja, kita rela mengeluarkan $7.00 per box. Satu box bisa suami saya habiskan dalam sekejap.

Suasana Open House sangat menyenangkan; tuan rumah sangat ramah, makanan berlimpah, sesama teman saling bersalaman, para ibu dan anak gadisnya berbusana cantik ala Syahrini (Bisa pakek gamis atau kaftan di Amerika tu sesuatu banget!), para bapak ber baju koko atau kemeja (buat yang kehabisan stock baju muslim), anak kecil bermain bersama, dll. Suasana indah yang sejenak bisa mengusir rasa rindu pada keluarga di tanah air.

Setelah tamu terakhir pulang, saya dan beberapa sahabat lain bersantai sambil ngobrol dan membantu Mbak Ulfa bersih-bersih rumah (Bersih-bersih = nge ziplok makanan sisa buat dibawa pulang kerumah). Saat itulah Mbak Ulfa mengutarakan rasa kesalnya. Salah satu tamu ada yang usil, kita sebut saja Mbok Usil. Mbok Usil ini diam diam berbisik bisik pada setiap tamu yang datang "Ada 4 jenis makanan dirumah ini yang nggak halal...jangan dimakan". Selain Mbok Usil, ada juga tamu yang selalu bertanya "Ini halal nggak?".  Menurut Mbak Ulfa, bukan hanya Mbak Ulfa yang annoyed / kesal dengan pertanyaan tersebut, karena ada teman lain yang membalas " Eh, elu tu yee...giliran makanan nanya halal apa nggak...giliran terima duit asal nerima"...skakk matttt....

Di Amerika, sudah banyak supermarket yang khusus menjual daging dan barang berlabel halal. Supermarket dan restoran halal umumnya di kelola komunitas dari Middle East. Saya dan teman teman bergiliran pergi ke Supermarket halal untuk membeli daging dalam jumlah banyak lalu dibagi bagi untuk beberapa keluarga. Untuk pesta, termasuk pesta Mbak Ulfa, si pemasak sudah "hafal" kalau dagingnya harus di beli di supermarket halal.

Ternyata yang digunjingkan Mbok Usil itu beberapa makanan, salah satunya Serabi (yang ludes des) yang dimasak oleh teman non-muslim. Alasan Mbok Usil "Menteganya belum tentu dari toko halal". Dari hasil obrolan, ternyata ada kejadian serupa di acara Iedul Fitri Open House di tempat lain. Ada makanan yang harus dibuang karena tidak ada yang menyentuh...ada rumor makanan itu nggak halal. Sewaktu di Indonesia saya sering membeli kue di Mayestik tanpa pernah bertanya ke si Abang dia beli mentega di mana. Kalau ibu saya beli daging di pasar juga tidak pernah bertanya itu halal atau tidak, boro boro bertanya si Abang muslim atau bukan (Kebayang kan pasar daging di Indonesia...banyak pisau dan golok besar besar).

Beberapa hari setelah Open House banyak email bertebaran membahas haram halal makanan di acara Mbak Ulfa. Mbok Usil dan beberapa teman dari kubu Mbok Usil menyarankan ke Mbak Ulfa untuk tidak memesan dari non-muslim. Mbak Ulfa tambah kesal; "Duit duit gw...acara acara gw...don't tell me what to do". Mbak Ulfa merasa kapok. Maksudnya baik sudah keluar dana yang banyak malah jadi sakit hati dan jadi bahan pergunjingan. Suami Mbak Ulfa berpesan "Lain kali kita undang sahabat dekat saja ya" menenangkan sang istri yang sedang emosi.

Masalah haram halal nya makanan sepertinya menjadi issue yang lebih besar ketika hidup di luar negeri. Ada keluarga yang hanya mau memakan makanan yang bahannya 100% dari toko halal. 100% artinya termasuk susu, mentega, telor dll. Ada yang hanya terbatas membeli daging dari toko halal tetapi bahan lainnya dibeli dari supermarket biasa. Ada yang hanya mau makan di restoran halal. Ada yang tidak mempermasalahkan asalkan menunya tidak mengandung babi (Terbatas hanya bertanya ke si waiter ada babinya atau tidak, dan membaca bismillah sebelum makan). Hal ini bisa complicated ketika kita berniat baik mengirim makanan untuk teman kita. Ada teman yang tersinggung karena kiriman makanannya di tolak, karena ayamnya tidak beli dari toko halal.

Masalah haram halal makanan ketika hidup diluar negeri bisa menimbulkan sakit hati diantara teman. Terkadang terlihat tidak sopan (Sudah di undang ke Open House Iedul Fitri masih bertanya halal atau tidak) dan kemubaziran. Apakah Mbok Usil menyebar kebenaran? Bagaimana dengan hukum membuang makanan yang segitu banyak karena rumor "mungkin" tidak halal? Adakah jalan tengah yang baik agar kita bisa menjalankan kepercayaan kita dengan baik dan secara bersamaan menjadi tetangga yang baik/saling menghormati?

Hanya satu yang pasti; Mbok Usil di black list dari acara Iedul Adha di acara Mbak Ulfa hari Minggu ini. More Serabi for me:)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun