Mohon tunggu...
putri wulan
putri wulan Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Malang

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bagaimana Pengasuhan yang Baik untuk Kesuksesan Seorang Anak

12 Desember 2016   22:32 Diperbarui: 12 Desember 2016   22:55 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bagaimana pengasuhan yang baik terhadap anak  ?

Setelah saya menemukan narasumber yang telah sukses dalam mendidik anaknya. Saya meperoleh pengetahuan atas beliau. Beliau bernama Ibu Dewi Masitoh. Beliau merupakan salah satu pengasuh pondok yang ada di Malang dan beliau juga pernah menjadi guru RA. Menurut beliau, Pengasuhan pada anak dimulai dari sejak lahir yakni dikenalkan dengan do’a. Walaupun masih di dalam kandungan juga mengenalkan tentang do’a. Segala sesuatu yang akan dilakukan tidak lupa untuk berdo’a sebelum maupun sesudah melakukan sesuatu. Selain dalam mengajarkan do’a beliau yang pastinya juga mengenalkan tentang ilmu agama bagi semua anaknya. Karena ilmu agama merupakan ilmu yang paling penting dalam keselamatan dunia maupun di akhirat nantinya.

Apakah ada bedanya pengasuhan pada zaman dahulu dengan sekarang ?

Tentu ada, kata beliau. Karena pengasuhan pada zaman dahulu anak itu hampir semua nurut dengan orangtua dan tidak ada yang membangkang karena anak zaman dahulu jika diperlakukan keras anak pasti akan takut dan nurut, kalau zaman sekarang anak susah dibilangi dan tidak nurut karena sudah beda zaman. Kalau anak zaman sekarang kalau dikerasin malah tambah menjadi-jadi. Kalau di larang pasti malah akan dilakukan. Kata beliau

Lalu, apakah ada perbedaan momong pada era tradisioanl dan zaman modern ini ?” tanya saya “. Kemudian beliau menjawab “ Tergantung juga . Artinya ya tergantung juga,Kalo orang dulu kan bermacam-macam juga. Nyatanya sebagian ada yang berhasil sebagian ada yang kurang berhasil itu realitas. Kalau orang dulu itu lebih apa? lebih mengandalkan kepada kemauauan orangtua. Kalau sekarang lebih demokratis secara umum lho ya,secara umum kalau dulu lebih menonjol menuruti kemauan orangtua. Kalau sekarang ini lebih kepada kemauana anak tapi orang tua tetap memberikan pertimbangan.

Pengasuhan yang bagaimana yang beliau terapkan ?

Pastinya penasaran kan, beliau menjawab “Ketika anak benar maka saya menyanjungnya akan tetapi kalau dia salah maka saya akan mengarahknnya sesuai syariat Islam. Semisal dia di jahili temannya itu saya gak pernah mencemooh temannya. Saya hanya merayu anak saya dengan cara semisal “oh tadi mungkin dia gak sengaja nak” biar anak gak gampang wadulan (mengadu). Anak saya dulu yang saya tanamkan seperti itu. Saya itu gak pernah seandainya dulukan kecil-kecilnya sama anak-anaknya yakni fais, sama habib. Sering dulu habib mukul-mukul fais juga gitu. Dan anak saya dulu kecil nya diem dan mereka suka mukul, tapi saya bilang “iku gak ngerti lek sampean le” saya merayu agar dia gak sering wadul nantinya. Dan saya gak pernah langsung marah-marah sama mereka “oo ancen mas habib nakal mas fais nakal” itu saya gak pernah. Ya yang saya tanamkan itu, metode-metode itu.

 Gak pernah mencemooh orang lain trus saya juga gak pernah seandainya saya jengkel kepada seseorang saya marah didepan anak-anak itu saya gak pernah. Yang jelas saya seandainya saya agak apa yaaa, agak marah ke bapaknya atau abahnya itu saya marah-marah kepada anaknya juga gak pernah. Dan saya diam saja, seandainya pun ada saudara saya atau tetangga saya yang gak cocok sama saya ya saya tidak bilang pada anak. Yang jelas ya itu metode yang saya pakek. Dan ketika anak dilibatkan pada masalah ini malah kadang-kadang anak akan lebih ikut apa yaa, lebih marah lagi gitu loh biasanya. Kok umik saya digituin kan biasanya seperti itu. Trus tidak menanamkan kebencian kepada orang lain. Biasanya kan ada ibu-ibu yang marah sama tetangganya atau saudaranya atau apa dilibatkannya pada anaknya “oo ancene abah e sampean ngene-ngene” dan kalau dilibatkan anaknya akhirnya anaknya dendam sama bapaknya, jadi anak semakin kurang penghormatan dan  ketaatannya.”

Bagaimana memberikan pengarahan terhadap anak, ketika biasa terdapat beda pendapat demi kesuksesan anak ? “ kemudian beliau menjawab, Orang tua itu mbak, Cuma biasa mengarahkan juga disesuaikan dengan kemauan dan kemampuan anak, kalo misalnya orang tua itu terlalu memaksakan keinginannya sendiri itu tidak akan menyelesaikan masalah. 

Pertama saya tanyai dulu anaknya apa cita-citanya trus saya baru mengarahkan anak jika anak tidak mau saya baru mengikuti kemauan anak selama itu pilihan yang terbaik. Contohnya anak saya yang pertama, dia pintar menggambar trus saya arahkan ke teknik arsitek supaya bisa meneruskan abahnya, tetapi anak saya tidak mau karena dia ingin mendalami tentang agama. Ya saya mendukung karena yang dipilihnya adalah pilihan terbaik. Jadi saya tidak memksakan kehendak anak. Kalau anak saya yang bungsu dia ingin memilih ke ekonomi karena dia ingin menjadi pengusaha. Dia tidak ingin bekerja pada orang lain. Dia malah ingin mempekerjakan orang . jadi saya selalu mendukung keinginan anak dan tidak pernah memaksa dan mengarahkannya.”

Kemudian saya bertanya lagi pada beliau, Bagaimana cara Ibu ketika adik kakak biasanya saling ingin mencari perhatian dari Ibu ?”beliau menjawab, Itu biasanya kalo saya ke kakaknya memberi tau “kasian mas, kan adik masih kecil dan sampeyan sudah besar”.Nah pokoknya selalu diarahkan. Trus ke adiknya biasanya “sampeyan kan yang sering digendong sama Ibu, mas kan jarang-jarang” gitu. Jadi saling diberi pengertian. Tapi ya Alhamdulillah gak pernah bertengkar sampek seperti itu. 

Tapi kalo anak kecil bertengkar karena iri ya sudah hal yang wajar. Kemudian saya membelikan sesuatu selalu saya samakan. Yang kecil dibelikan dan yang besar juga dibelikan. Seperti dulu musimnya mainan Tamiya, nah itunya saya belikan dua-duanya, jadi yang satu punya remote nya yang satunya lagi juga punya. Trus kalo yang satuya punya robot-robotan yang satunya lagi juga punya robot-robotan. Pokoknya selalu saya samakan, tidak pernah membeda-bedakan satu sama lain”

Sekian artikel yang saya buat  ini, dari pengalaman ibu Dewi Masitoh tentang pengasuhan yang baik terhadap anak demi kesuksesan anak juga. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi contoh bagi semua calon ibu. hehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun